Dolar AS Gugup Jelang G20, Rupiah Tegap 81 Poin ke Rp14.301
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah mengambil untung terhadap gugupnya dolar Amerika Serikat (USD) menjelang pertemuan KTT G20 di Argentina. Pada Jumat (30/11/2018), di indeks Bloomberg, rupiah ditutup tegap 81 poin alias 0,56% ke level Rp14.301 per USD.
Awal dagang, mata uang NKRI dibuka berotot 51 poin menjadi Rp14.331 per USD, berbanding Kamis lalu di level Rp14.382 per USD. Sepanjang Jumat ini, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp14.276-Rp14.355 per USD.
Senada, penguatan rupiah juga terpantau di data Yahoo Finance pada petang ini. Mata uang kebanggaan kita, menguat 77 poin atau 0,54% menjadi Rp14.298 per USD, berbanding Rp14.375 per USD di Kamis lewat. Hari ini, rupiah berada di Rp14.250-Rp14.403 per USD.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyambut positif semakin menguatnya nilai tukar rupiah terhadap USD. Ia menjelaskan, bahwa kebijakan yang diambil Bank Indonesia semakin memperkuat nilai tukar mata uang NKRI terhadap dolar AS. Dan ini juga menunjukkan, stabilitas keuangan di Indonesia semakin kuat
"Rupiah menguat karena kepercayaan diri terhadap ekonomi Indonesia. Kebijakan yang kami tempuh terbukti dengan adanya aliran modal asing masuk. Itu menambah suplai dan memperkuat nilai tukar rupiah. Kepercayaan diri itu bukan soal kebijakan juga kondisi ekonomi kita yang terus membaik dengan stabilitas terus terjaga," katanya.
Seperti diutarakan di atas, dolar AS gugup menjelang pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden RRC Xi Jinping dalam KTT G20 di Argentina. Pasar menanti apakah terjadi "gencatan senjata" dalam ketegangan perdagangan Sino-AS, yang akan meningkatkan mata yang pasar negara berkembang atau tidak terjadinya kesepakatan yang membuat USD tetap jadi bintang di aset safe haven.
Melansir dari Reuters, selama pekan ini tidak ada penjualan dolar dalam skala besar sehingga nilai USD berada di ruang ketat. Indeks USD yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama nyaris tidak beranjak di 96,72. Dolar pun melemah 0,07% melawan yen Jepang menjadi 113,41. Euro juga menguat menjadi USD1,1390.
"Jika terjadi gencatana senjata, maka mata uang negara berkembang akan berkinerja sangat baik. Selain itu, dolar Australia dan yen Jepang akan mendapat manfaat. Dan jika tarif impor China tetap di level 10%, dolar kemungkinan akan melemah karena risk appetite berkurang," ujar Nick Twidale, chief operating officer di Rakuten Securities.
Awal dagang, mata uang NKRI dibuka berotot 51 poin menjadi Rp14.331 per USD, berbanding Kamis lalu di level Rp14.382 per USD. Sepanjang Jumat ini, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp14.276-Rp14.355 per USD.
Senada, penguatan rupiah juga terpantau di data Yahoo Finance pada petang ini. Mata uang kebanggaan kita, menguat 77 poin atau 0,54% menjadi Rp14.298 per USD, berbanding Rp14.375 per USD di Kamis lewat. Hari ini, rupiah berada di Rp14.250-Rp14.403 per USD.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyambut positif semakin menguatnya nilai tukar rupiah terhadap USD. Ia menjelaskan, bahwa kebijakan yang diambil Bank Indonesia semakin memperkuat nilai tukar mata uang NKRI terhadap dolar AS. Dan ini juga menunjukkan, stabilitas keuangan di Indonesia semakin kuat
"Rupiah menguat karena kepercayaan diri terhadap ekonomi Indonesia. Kebijakan yang kami tempuh terbukti dengan adanya aliran modal asing masuk. Itu menambah suplai dan memperkuat nilai tukar rupiah. Kepercayaan diri itu bukan soal kebijakan juga kondisi ekonomi kita yang terus membaik dengan stabilitas terus terjaga," katanya.
Seperti diutarakan di atas, dolar AS gugup menjelang pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden RRC Xi Jinping dalam KTT G20 di Argentina. Pasar menanti apakah terjadi "gencatan senjata" dalam ketegangan perdagangan Sino-AS, yang akan meningkatkan mata yang pasar negara berkembang atau tidak terjadinya kesepakatan yang membuat USD tetap jadi bintang di aset safe haven.
Melansir dari Reuters, selama pekan ini tidak ada penjualan dolar dalam skala besar sehingga nilai USD berada di ruang ketat. Indeks USD yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama nyaris tidak beranjak di 96,72. Dolar pun melemah 0,07% melawan yen Jepang menjadi 113,41. Euro juga menguat menjadi USD1,1390.
"Jika terjadi gencatana senjata, maka mata uang negara berkembang akan berkinerja sangat baik. Selain itu, dolar Australia dan yen Jepang akan mendapat manfaat. Dan jika tarif impor China tetap di level 10%, dolar kemungkinan akan melemah karena risk appetite berkurang," ujar Nick Twidale, chief operating officer di Rakuten Securities.
(ven)