Harga Minyak Melonjak 4,5% Setelah AS-China Lakukan Gencatan Senjata

Senin, 03 Desember 2018 - 12:53 WIB
Harga Minyak Melonjak...
Harga Minyak Melonjak 4,5% Setelah AS-China Lakukan Gencatan Senjata
A A A
SINGAPURA - Harga minyak mentah melonjak pada perdagangan Senin (3/12/2018), setelah Amerika Serikat dan China menyetujui gencatan senjata 90 hari dalam konflik perdagangan kedua negara. Hal ini ditambah jelang pertemuan OPEC di Wina, Austria, dimana organisasi ini akan sepakat memangkas produksi demi menaikkan harga.

Melansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) naik tinggi sebesar USD2,73 per barel atau 5,4% menjadi USD53,63 per barel pada pukul 03.58 GMT.

Kenaikan harga minyak mentah AS yang tinggi ini, disebabkan pengumuman dari Kanada, dimana Provinsi Aberta akan memangkas produksi minyak mereka sebesar 8,7% alias 325.000 per barel demi mengatasi hambatan pipa yang mengganggu ke tempat penyimpanan mereka. Sebagian besar minyak dari Alberta diekspor ke Amerika Serikat.

Kepala Perdagangan Asia Pasifik di Oanda, Singapura, Stephen Innes, mengatakan keputusan Alberta merupakan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ia menilai hal ini dilakukan Alberta demi meredakan krisis dalam industri energi di Kanada.

Sementara itu, harga minyak mentah berjangka internasional, Brent bertambah USD2,8 per barel atau 4,8% ke level USD62,30 per barel.

Dan seperti diulas di atas, China dan Amerika Serikat sepakat selama pertemuan G20 di Argentina, tidak melancarkan perang tarif selama 90 hari. Gencatan ini akan dimanfaatkan kedua negara untuk mengadakan pembicaraan dalam menyelesaikan perselisihan yang terjadi.

Sejak konflik dagang meningkat di medio Maret 2018, perang tarif yang dilakukan dua negara ekonomi terbesar dunia telah membenani perdagangan global dan memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi. Perlambatan ekonomi global ini akan berdampak terhadap menurunnya permintaan minyak dunia.

Dengan gencatan senjata tadi, para pedagang menilai sebuah sentimen positif dan akan mendorong pasar minyak mentah. Bank asal AS, Morgan Stanley menilai gencatan senjata selama 90 hari akan memberi sedikit kenaikan dalam prospek pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2019.

Selain gencatan senjata, harga si emas hitam melonjak karena pedagang mencermati rencana pertemuan OPEC pada 6 Desember mendatang. Para anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan anggota non-OPEC seperti Rusia diperkirakan bakal memangkas produksi minyak. Kelebihan produksi belakangan ini telah menghancurkan harga hingga sepertiga sejak Oktober lalu.

Mayoritas analis memperkirakan OPEC dan Rusia akan memangkas produksi antara 1 juta-1,4 juta barel per hari (bph). Produksi minyak Rusia pada November lalu mencapai 11,37 juta bph, lebih rendah dari bulan Oktober sebesar 11,41 juta bph.

Sementara itu, produsen minyak besar lainnya, Amerika Serikat terus meningkatkan produksinya, dimana pada November kemarin mencapai 11,5 juta barel per hari. Sebagian besar analis memperkirakan AS akan terus meningkatkan produksinya hingga tahun 2019.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1431 seconds (0.1#10.140)