Harga Minyak Merosot 1% Terbebani Bengkaknya Pasokan Minyak AS
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia jatuh hingga 1% pada perdagangan Rabu (5/12/2018), karena terbebani oleh membengkaknya pasokan minyak Amerika Serikat. Hal ini juga disebabkan oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
Melansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate berada di level USD52,61 per barel pada pukul 01:28 GMT, alias turun 64 sen atau 1,2% dari level sebelumnya. Harga minyak mentah Brent International jatuh 56 sen atau 0,9% ke USD61,52 per barel.
Laporan dari American Petroleum Institute menyatakan, persediaan minyak mentah AS naik 5,4 juta barel dalam seminggu hingga 30 November, sehingga totalnya menjadi 448 juta barel. Jumlah yang menunjukkan pasokan minyak AS sedang dalam kondisi bengkak.
Harga minyak tekor seiring kekhawatiran investor akan potensi melemahnya ekonomi global. Meski Washington dan Beijing sedang dalam gencatan senjata selama 90 hari terkait konflik dagang, namun Presiden AS Donald Trump pada Selasa kemarin mengumumkan "ancaman" terhadap China.
Trump menyatakan jika tidak mencapai kesepakatan yang diinginkan, maka AS akan menaikkan tarif terhadap impor barang-barang China ke Amerika. Kekhawatiran soal masa depan hubungan kedua negara ditengarai akan kembali berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi global.
Bank of America Merrill Lynch memprediksi, prospek ekonomi tahun 2019, kemungkinan akan melambat. Untuk itu diperlukan aliran stimulus moneter dan fiskal yang stabil demi membendung perlambatan.
Bank of America Merrill Lynch memperkirakan, harga rata-rata minyak Brent akan berada di USD70 per barel dan WTI sekitar USD59 per barel di tahun 2019. Sepanjang tahun 2018 ini, harga rata-rata Brent sebesar USD72,80 per barel dan WTI di USD66,10 per barel.
Melansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate berada di level USD52,61 per barel pada pukul 01:28 GMT, alias turun 64 sen atau 1,2% dari level sebelumnya. Harga minyak mentah Brent International jatuh 56 sen atau 0,9% ke USD61,52 per barel.
Laporan dari American Petroleum Institute menyatakan, persediaan minyak mentah AS naik 5,4 juta barel dalam seminggu hingga 30 November, sehingga totalnya menjadi 448 juta barel. Jumlah yang menunjukkan pasokan minyak AS sedang dalam kondisi bengkak.
Harga minyak tekor seiring kekhawatiran investor akan potensi melemahnya ekonomi global. Meski Washington dan Beijing sedang dalam gencatan senjata selama 90 hari terkait konflik dagang, namun Presiden AS Donald Trump pada Selasa kemarin mengumumkan "ancaman" terhadap China.
Trump menyatakan jika tidak mencapai kesepakatan yang diinginkan, maka AS akan menaikkan tarif terhadap impor barang-barang China ke Amerika. Kekhawatiran soal masa depan hubungan kedua negara ditengarai akan kembali berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi global.
Bank of America Merrill Lynch memprediksi, prospek ekonomi tahun 2019, kemungkinan akan melambat. Untuk itu diperlukan aliran stimulus moneter dan fiskal yang stabil demi membendung perlambatan.
Bank of America Merrill Lynch memperkirakan, harga rata-rata minyak Brent akan berada di USD70 per barel dan WTI sekitar USD59 per barel di tahun 2019. Sepanjang tahun 2018 ini, harga rata-rata Brent sebesar USD72,80 per barel dan WTI di USD66,10 per barel.
(ven)