Meningkatkan Daya Saing IKM Melalui Kualitas Kemasan
A
A
A
JAKARTA - Salah satu kendala Industri Kecil dan Menengah (IKM) dalam berjualan online yakni penampilan dari kemasan produknya. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Ditjen Industri Kecil dan Menengah terus meningkatkan daya saing IKM melalui perbaikan kualitas kemasan.
Kemenperin memberikan fasilitas berupa desain kemasan dan mockup kemasan kepada IKM. Sampai tahun 2017 telah dibantu sekitar 6.998 desain kemasan dan 7.396 desain merek kepada 2.832 IKM serta bantuan cetakan kemasan yang diberikan kepada 371 IKM.
“Pada tahun 2018, pengembangan IKM memang difokuskan pada pembinaan dan peningkatan kualitas kemasan,” kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih.
Gati menambahkan, pihaknya telah memberikan dukungan bagi pelaku industri khususnya IKM untuk memperbaiki kualitas kemasan produknya dengan membentuk Klinik Desain Kemasan dan Merek sejak tahun 2003. Klinik Desain Kemasan dan Merek dapat melayani bimbingan dan konsultasi pengembangan desain kemasan dan merek di daerah, bantuan cetak kemasan serta bantuan desain kemasan dan merek untuk IKM yang datang langsung.
“Klinik tersebut juga ikut berpartisipasi pada kegiatan bimbingan dan pendampingan teknis desain merek dan kemasan yang diselenggarakan oleh daerah,” jelas Gati.
Kemenperin juga telah menggelar program Workshop e-Smart IKM yang tidak hanya bantu IKM online, tetapi juga bantu IKM memperbaiki tampilan kemasan produknya. Tahun 2017 sebanyak 1.730 IKM sudah mengikuti workshop e-smart, hingga November 2018 sudah sebanyak 4.925 IKM. “Klinik kemasan terus memfasilitasi IKM peserta workshop e-Smart IKM untuk diperbaiki kemasannya,” ungkapnya.
Data Sensus Ekonomi BPS tahun 2016 menyebutkan, jumlah unit usaha IKM mencapai sebesar 4,4 juta unit usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 10,5 juta tenaga kerja. Namun begitu, saat ini belum semua kemasan produk IKM yang menjual, berdesain menarik dan sesuai kebutuhan produk.
Banyaknya kemasan yang masih sederhana ini disebabkan oleh antara lain keterbatasan pengetahuan dan wawasan pengusaha IKM tentang kemasan, terbatasnya ketersediaan bahan kemasan serta berlakunya minimum order dan lain-lain. Kondisi ini menyebabkan produk IKM menjadi kurang menjual padahal mutunya sudah cukup baik.
Dengan upaya tersebut di atas, maka Klinik Pengembangan Desain Merek dan Kemasan diharapkan mampu meningkatkan daya saing produk IKM melalui peningkatan tampilan kemasan yang lebih artistik, berdaya jual dan memberikan informasi produk yang penting bagi konsumen Selain itu Kemenperin juga semakin gencar melahirkan wirausaha industri baru, termasuk sektor usaha rintisan (startup).
Pada era ekonomi digital, pelaku industri kecil dan menengah (IKM) perlu memanfaatkan teknologi manufaktur terkini dan peluang e-commerce. “Keberadaan startup sangat dibutuhkan untuk menjual produk-produk IKM lokal kita semakin meningkat serta menumbuhkan perdagangan melalui e-commerce,” paparnya.
Tahun ini Kemenperin membuka pendaftaran bagi para startup lokal yang ingin mengikuti kompetisi “Making Indonesia 4.0 Startup”. Dari kompetisi ini akan diambil lima peserta terbaik yang akan mendapatkan hadiah sebesar masing-masing Rp50 juta pada Acara Festival Startup 4.0 yang akan diadakan 13 Desember 2018.
Dalam festival itu akan ada pameran, temu bisnis, dan pemberian penghargaan. Sebanyak 15 Startup yang sudai dipilih selanjurnya menuju 5 Startup terbaik. Sasaran dari program kompetisi tersebut adalah startup binaan perguruan tinggi, inkubator bisnis, pemerintah daerah, bahkan BUMN dan swasta. “Kami senang dengan respons masyarakat terhadap teknologi baru terbukti dengan banyaknya pendaftar Workshop Cloud Computing ini,” ungkap Gati Wibawaningsih.
Pelaksanaan kegiatan Making Indonesia 4.0 Startup didukung oleh beberapa asosiasi usaha, komunitas dan lembaga yang begerak di bidang teknologi digital, di antaranya Amazon Web Services Indonesia, Asosiasi Cloud Computing, Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia, Asosiasi Tech Startup Indonesia, Angel Investor Network Indonesia, dan Block 71 Jakarta.
Selanjutnya, Komunitas Robotika Indonesia, Estubizi Network, Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia, serta Rice INTI Bandung. “Para pendukung program ini akan berkolaborasi bersama-sama untuk menyosialisasikan program, melakukan pembinaan lanjutan kepada para startup, serta memberikan akses kepada investor,” terang Gati.
Kemenperin memberikan fasilitas berupa desain kemasan dan mockup kemasan kepada IKM. Sampai tahun 2017 telah dibantu sekitar 6.998 desain kemasan dan 7.396 desain merek kepada 2.832 IKM serta bantuan cetakan kemasan yang diberikan kepada 371 IKM.
“Pada tahun 2018, pengembangan IKM memang difokuskan pada pembinaan dan peningkatan kualitas kemasan,” kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih.
Gati menambahkan, pihaknya telah memberikan dukungan bagi pelaku industri khususnya IKM untuk memperbaiki kualitas kemasan produknya dengan membentuk Klinik Desain Kemasan dan Merek sejak tahun 2003. Klinik Desain Kemasan dan Merek dapat melayani bimbingan dan konsultasi pengembangan desain kemasan dan merek di daerah, bantuan cetak kemasan serta bantuan desain kemasan dan merek untuk IKM yang datang langsung.
“Klinik tersebut juga ikut berpartisipasi pada kegiatan bimbingan dan pendampingan teknis desain merek dan kemasan yang diselenggarakan oleh daerah,” jelas Gati.
Kemenperin juga telah menggelar program Workshop e-Smart IKM yang tidak hanya bantu IKM online, tetapi juga bantu IKM memperbaiki tampilan kemasan produknya. Tahun 2017 sebanyak 1.730 IKM sudah mengikuti workshop e-smart, hingga November 2018 sudah sebanyak 4.925 IKM. “Klinik kemasan terus memfasilitasi IKM peserta workshop e-Smart IKM untuk diperbaiki kemasannya,” ungkapnya.
Data Sensus Ekonomi BPS tahun 2016 menyebutkan, jumlah unit usaha IKM mencapai sebesar 4,4 juta unit usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 10,5 juta tenaga kerja. Namun begitu, saat ini belum semua kemasan produk IKM yang menjual, berdesain menarik dan sesuai kebutuhan produk.
Banyaknya kemasan yang masih sederhana ini disebabkan oleh antara lain keterbatasan pengetahuan dan wawasan pengusaha IKM tentang kemasan, terbatasnya ketersediaan bahan kemasan serta berlakunya minimum order dan lain-lain. Kondisi ini menyebabkan produk IKM menjadi kurang menjual padahal mutunya sudah cukup baik.
Dengan upaya tersebut di atas, maka Klinik Pengembangan Desain Merek dan Kemasan diharapkan mampu meningkatkan daya saing produk IKM melalui peningkatan tampilan kemasan yang lebih artistik, berdaya jual dan memberikan informasi produk yang penting bagi konsumen Selain itu Kemenperin juga semakin gencar melahirkan wirausaha industri baru, termasuk sektor usaha rintisan (startup).
Pada era ekonomi digital, pelaku industri kecil dan menengah (IKM) perlu memanfaatkan teknologi manufaktur terkini dan peluang e-commerce. “Keberadaan startup sangat dibutuhkan untuk menjual produk-produk IKM lokal kita semakin meningkat serta menumbuhkan perdagangan melalui e-commerce,” paparnya.
Tahun ini Kemenperin membuka pendaftaran bagi para startup lokal yang ingin mengikuti kompetisi “Making Indonesia 4.0 Startup”. Dari kompetisi ini akan diambil lima peserta terbaik yang akan mendapatkan hadiah sebesar masing-masing Rp50 juta pada Acara Festival Startup 4.0 yang akan diadakan 13 Desember 2018.
Dalam festival itu akan ada pameran, temu bisnis, dan pemberian penghargaan. Sebanyak 15 Startup yang sudai dipilih selanjurnya menuju 5 Startup terbaik. Sasaran dari program kompetisi tersebut adalah startup binaan perguruan tinggi, inkubator bisnis, pemerintah daerah, bahkan BUMN dan swasta. “Kami senang dengan respons masyarakat terhadap teknologi baru terbukti dengan banyaknya pendaftar Workshop Cloud Computing ini,” ungkap Gati Wibawaningsih.
Pelaksanaan kegiatan Making Indonesia 4.0 Startup didukung oleh beberapa asosiasi usaha, komunitas dan lembaga yang begerak di bidang teknologi digital, di antaranya Amazon Web Services Indonesia, Asosiasi Cloud Computing, Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia, Asosiasi Tech Startup Indonesia, Angel Investor Network Indonesia, dan Block 71 Jakarta.
Selanjutnya, Komunitas Robotika Indonesia, Estubizi Network, Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia, serta Rice INTI Bandung. “Para pendukung program ini akan berkolaborasi bersama-sama untuk menyosialisasikan program, melakukan pembinaan lanjutan kepada para startup, serta memberikan akses kepada investor,” terang Gati.
(akr)