Sri Mulyani Warning Tantangan Industri Properti Makin Berat di 2019
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memaparkan bahwa sektor properti akan mengalami tantangan paling sulit di 2019. Alasannya masih bakal dibayangi oleh ketidakpastian, baik itu pertumbuhan ekonomi yang melambat hingga tren suku bunga acuan dan likuiditas yang akan semakin mengetat.
Lebih lanjut, Ia menerangkan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China serta kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve menjadi dua hal yang paling jadi perhatian. "Suku bunga dan tightening liquidity akan mempengaruhi sektor properti di Indonesia dan mana saja," ujar Menkeu Sri Mulyani di Jakarta, Senin (17/12/2018).
Menurutnya banyak dinamika ekonomi global dan ekonomi yang menjadi peringatan dari dua hal tersebut. Salah satunya sikap AS untuk melakukan resesi ekonomi yang bisa berujung dengan adanya resesi ekonomi dunia hingga kepastian kelanjutan perang dagang negara Adidaya tersebut dengan China.
"Kita akan memasuki 2019 dengan banyak sense ketidakpastian. Di G-20 di Argentina kemarin, mengatakan bahwa mereka merevisi outlook ekonomi global tahun depan. Karena seluruh risiko down side mulai terjadi," ungkapnya.
Selain itu, posisi Indonesia sebagai negara yang masih bergantung pada dinamika global juga harus tetap diwaspadai. Kebijakan suku bunga acuan hingga likuiditas perbankan yang mengetat jadi perhatian serius. "Banyak sekali warning-warning yang menjadi tanda-tanda bahwa the future is actually more bearish than in present," paparnya.
Sektor properti yang memiliki dampak multiplayer terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia itu, ditekankan harus dapat terjaga perkembangannya. Maka Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah menyiapkan berbagai pembaruan terhadap kebijakan fiskal, terutama dari sisi perpajakan yang memengaruhi perkembangan sektor properti.
Lebih lanjut, Ia menerangkan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China serta kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve menjadi dua hal yang paling jadi perhatian. "Suku bunga dan tightening liquidity akan mempengaruhi sektor properti di Indonesia dan mana saja," ujar Menkeu Sri Mulyani di Jakarta, Senin (17/12/2018).
Menurutnya banyak dinamika ekonomi global dan ekonomi yang menjadi peringatan dari dua hal tersebut. Salah satunya sikap AS untuk melakukan resesi ekonomi yang bisa berujung dengan adanya resesi ekonomi dunia hingga kepastian kelanjutan perang dagang negara Adidaya tersebut dengan China.
"Kita akan memasuki 2019 dengan banyak sense ketidakpastian. Di G-20 di Argentina kemarin, mengatakan bahwa mereka merevisi outlook ekonomi global tahun depan. Karena seluruh risiko down side mulai terjadi," ungkapnya.
Selain itu, posisi Indonesia sebagai negara yang masih bergantung pada dinamika global juga harus tetap diwaspadai. Kebijakan suku bunga acuan hingga likuiditas perbankan yang mengetat jadi perhatian serius. "Banyak sekali warning-warning yang menjadi tanda-tanda bahwa the future is actually more bearish than in present," paparnya.
Sektor properti yang memiliki dampak multiplayer terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia itu, ditekankan harus dapat terjaga perkembangannya. Maka Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah menyiapkan berbagai pembaruan terhadap kebijakan fiskal, terutama dari sisi perpajakan yang memengaruhi perkembangan sektor properti.
(akr)