Perry Warjiyo: Gejolak Kurs Rupiah Akibat Faktor Eksternal
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang masih bergejolak naik turun hingga sesi siang perdagangan hari ini, diyakini karena faktor eksternal. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menerangkan, yang menjadi salah satu faktornya yaitu kenaikan suku bunga Amerika Serikat alias Fed rate.
“Dipengaruhi ketidakpastian global dan valuta asing musiman yang mana adanya beberapa kebutuhan akhir tahun. Kita akan menjaga fundamental ekonomi dengan menjalankan pasar dan pengembangan pasar keuangan,” ujar Perry di Gedung Bank Indonesia, Kamis (20/12/2018).
Terang dia, kondisi mata uang Garuda ini masih mengikuti sentimen pasar yang dipengaruhi arus modal dan perang dagang AS versus China. “Nilai tukar rupiah bergerak karena sentimen pasar dan konsisten, kita akan melihat risikonya serta tren kedepan bagaimana pengaruhnya,” paparnya
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi siang perdagangan menjelang akhir pekan masih tergelincir atau lebih rendah dari sebelumnya. Menurut Yahoo Finance, rupiah hingga perdagangan sesi I berada pada posisi Rp14.490/USD atau menyusut dari posisi penutupan sebelumnya Rp14.433/USD.
Tercatat berdasarkan data BI, Rupiah pada November 2018 menguat sebesar 6,29% secara point to point dibandingkan level bulan sebelumnya, dipengaruhi aliran masuk modal asing yang cukup besar akibat dampak positif perekonomian domestik yang tetap kondusif dan eskalasi ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok yang sempat mereda.
Ke depan, ditekankan Bank Indonesia terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya, dengan tetap mendorong berjalannya mekanisme pasar dan mendukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan.
“Dipengaruhi ketidakpastian global dan valuta asing musiman yang mana adanya beberapa kebutuhan akhir tahun. Kita akan menjaga fundamental ekonomi dengan menjalankan pasar dan pengembangan pasar keuangan,” ujar Perry di Gedung Bank Indonesia, Kamis (20/12/2018).
Terang dia, kondisi mata uang Garuda ini masih mengikuti sentimen pasar yang dipengaruhi arus modal dan perang dagang AS versus China. “Nilai tukar rupiah bergerak karena sentimen pasar dan konsisten, kita akan melihat risikonya serta tren kedepan bagaimana pengaruhnya,” paparnya
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi siang perdagangan menjelang akhir pekan masih tergelincir atau lebih rendah dari sebelumnya. Menurut Yahoo Finance, rupiah hingga perdagangan sesi I berada pada posisi Rp14.490/USD atau menyusut dari posisi penutupan sebelumnya Rp14.433/USD.
Tercatat berdasarkan data BI, Rupiah pada November 2018 menguat sebesar 6,29% secara point to point dibandingkan level bulan sebelumnya, dipengaruhi aliran masuk modal asing yang cukup besar akibat dampak positif perekonomian domestik yang tetap kondusif dan eskalasi ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok yang sempat mereda.
Ke depan, ditekankan Bank Indonesia terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya, dengan tetap mendorong berjalannya mekanisme pasar dan mendukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan.
(akr)