PDB Ekonomi Kreatif Diprediksi Tembus Rp1.200 Triliun
A
A
A
SURABAYA - Sekretaris Utama Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia, Restog Krisna Kusuma, optimistis tahun ini, sektor ekonomi kreatif mampu berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp1.200 triliun. Angka itu naik dibanding realisasi tahun lalu yang mencapai Rp1.000 triliun.
Dari 16 subsektor ekonomi kreatif, yang paling berkontribusi besar terhadap PDB adalah kuliner. Disusul kriya dan fashion. Di Jawa Timur, ada 230.980 pelaku usaha kuliner.
"Kami optimistis angka Rp1.200 triliun bisa tercapai. Kami terus mendorong agar pelaku usaha ini (UMKM) bisa terintegrasi dengan digital untuk mengoptimalkan kinerja usahanya. Sayangnya, saat ini kurang begitu banyak pelaku usaha yang go digital. Ini karena ketidaktahuan mereka saja," kata Restog dalam sebuah acara di Hotel Mercure, Rabu (26/12/2018).
Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jawa Timur, Tjahjono Haryono, menilai potensi kuliner di Jatim sangat besar. Hampir disetiap daerah memiliki kuliner yang khas. Semisal, Soto Lamongan, Pecel Madiun, Sate Madura, Kare Rajungan Tuban, Tepo Tahu Ngawi, Kupang Kerathon Pasuruan dan banyak lagi yang lainnya. "Saat ini kuliner sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan tujuan wisata," imbuhnya.
Dia menambahkan, saat ini orang tidak lagi ke suatu tempat untuk mengunjungi tempat wisata tertentu. Misalnya ke wisata alam maupun buatan. Sekarang kuliner sudah menjadi tujuan wisata. Bahkan ada orang Surabaya yang datang jauh-jauh ke Manado hanya untuk mencicipi kuliner yang ada di sana.
"Harus ada keberanian dari pengusaha kuliner untuk menampilkan produk mereka. Sejauh ini, banyak pengusaha kuliner yang kurang berani memamerkan karyanya," ujarnya.
Sehingga, lanjut dia, hal itu membuat pengusaha tersebut tidak maju. Nah, dengan adanya fasilitas dari pemerintah seperti rest area di jalan tol, itu menjadi peluang pengusaha kuliner menampilkan kuliner andalannya.
"Tapi pemerintah juga harus membantu. Misalnya, terkadang kan pengusaha kuliner itu keberataan terkait biaya sewa tempat. Mungkin untuk awal dibebaskan biaya sewa. Sebab, rata-rata pengusaha kuliner ada keterbatasan modal karena masih pelaku usaha kecil," tandasnya.
Dari 16 subsektor ekonomi kreatif, yang paling berkontribusi besar terhadap PDB adalah kuliner. Disusul kriya dan fashion. Di Jawa Timur, ada 230.980 pelaku usaha kuliner.
"Kami optimistis angka Rp1.200 triliun bisa tercapai. Kami terus mendorong agar pelaku usaha ini (UMKM) bisa terintegrasi dengan digital untuk mengoptimalkan kinerja usahanya. Sayangnya, saat ini kurang begitu banyak pelaku usaha yang go digital. Ini karena ketidaktahuan mereka saja," kata Restog dalam sebuah acara di Hotel Mercure, Rabu (26/12/2018).
Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jawa Timur, Tjahjono Haryono, menilai potensi kuliner di Jatim sangat besar. Hampir disetiap daerah memiliki kuliner yang khas. Semisal, Soto Lamongan, Pecel Madiun, Sate Madura, Kare Rajungan Tuban, Tepo Tahu Ngawi, Kupang Kerathon Pasuruan dan banyak lagi yang lainnya. "Saat ini kuliner sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan tujuan wisata," imbuhnya.
Dia menambahkan, saat ini orang tidak lagi ke suatu tempat untuk mengunjungi tempat wisata tertentu. Misalnya ke wisata alam maupun buatan. Sekarang kuliner sudah menjadi tujuan wisata. Bahkan ada orang Surabaya yang datang jauh-jauh ke Manado hanya untuk mencicipi kuliner yang ada di sana.
"Harus ada keberanian dari pengusaha kuliner untuk menampilkan produk mereka. Sejauh ini, banyak pengusaha kuliner yang kurang berani memamerkan karyanya," ujarnya.
Sehingga, lanjut dia, hal itu membuat pengusaha tersebut tidak maju. Nah, dengan adanya fasilitas dari pemerintah seperti rest area di jalan tol, itu menjadi peluang pengusaha kuliner menampilkan kuliner andalannya.
"Tapi pemerintah juga harus membantu. Misalnya, terkadang kan pengusaha kuliner itu keberataan terkait biaya sewa tempat. Mungkin untuk awal dibebaskan biaya sewa. Sebab, rata-rata pengusaha kuliner ada keterbatasan modal karena masih pelaku usaha kecil," tandasnya.
(ven)