Pertumbuhan Melambat, Cermati Ekonomi China di 2019

Sabtu, 29 Desember 2018 - 18:27 WIB
Pertumbuhan Melambat,...
Pertumbuhan Melambat, Cermati Ekonomi China di 2019
A A A
JAKARTA - Perkembangan ekonomi China sering menjadi perhatian pelaku pasar karena tidak hanya menjadi bagian dari negara-negara besar, juga merupakan mitra dagang utama Indonesia. China memiliki nilai perdagangan terbesar di antara negara-negara lainnya. Karena itu, bila sesuatu hal negatif terjadi pada ekonomi China maka reaksi pelaku pasar cenderung negatif pada 2019.

Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, mengatakan permasalahan kali ini ialah ekonomi China memang sedang melambat. Selain karena memang didesain untuk tidak melaju pesat agar tidak hard landing juga adanya imbas dari konflik dagang dengan Amerika Serikat (AS).

"Di sisi lain, kebijakan bank sentralnya (PBoC) juga sebaiknya tidak luput dari perhatian karena bank sentralnya bisa melakukan sesuatu hal yang mengejutkan pasar alih-alih untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Entah itu, melakukan devaluasi yuan untuk meningkatkan ekspornya, memangkas suku bunga atau lainnya," ujarnya di Jakarta, Sabtu (29/12/2018).

Sementara dari dalam negeri, adanya rilis berbagai indikator utama makro ekonomi internal selalu menjadi perhatian pelaku pasar. Biasanya pelaku pasar mencermati rilis pertumbuhan ekonomi kuartalan, inflasi, neraca perdagangan dan cadangan devisa.

"Selain itu, juga mengkaitkannya dengan pergerakan nilai tukar rupiah. Adanya perubahan pada nilai mata uang rupiah merupakan imbas dari reaksi pasar atas sejumlah rilis data makro ekonomi dan juga imbas dari pergerakan mata uang asing, terutama hard currency seperti USD, EUR dan JPY," katanya.

Tidak hanya itu, lanjut Reza, jika laju rupiah bergerak melemah maka pelaku pasar langsung bereaksi negatif karena memiliki persepsi nantinya kinerja para eminten akan cenderung turun. Apalagi jika emiten-emiten tersebut memiliki eksposur utang dan biaya dalam bentuk USD maka ketika USD terapresiasi.

"Maka akan diasumsikan mengganggu kinerja emiten tersebut," pungkasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0996 seconds (0.1#10.140)