Perang Dagang Rugikan AS dan China Miliaran Dolar Sepanjang 2018

Minggu, 30 Desember 2018 - 09:10 WIB
Perang Dagang Rugikan AS dan China Miliaran Dolar Sepanjang 2018
Perang Dagang Rugikan AS dan China Miliaran Dolar Sepanjang 2018
A A A
CHICAGO - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China telah mengakibatkan kerugian miliaran dolar bagi kedua belah pihak sepanjang tahun 2018. Baku balas dengan penerapan tarif impor telah menghantam industri termasuk automotif, teknologi dan yang terutama, pertanian kedua negara.

Kerugian tersebut dinilai mungkin memberi motivasi bagi Presiden AS Donald Trump dan mitranya dari China Xi Jinping untuk menyelesaikan perselisihan perdagangan mereka sebelum batas waktu 2 Maret 2019, meskipun pembicaraan antara negara-negara adidaya ekonomi tersebut masih bisa bergeser.

"Ekonomi AS dan China masing-masing kehilangan sekitar USD2,9 miliar per tahun karena tarif Beijing untuk kedelai, jagung, gandum, dan sorgum saja," kata Ekonom Pertanian Universitas Purdue Wally Tyner seperti dikutip dari Reuters, Mingggu (30/12/2018).

Perdagangan pertanian yang terganggu melukai kedua belah pihak terutama karena China adalah importir kedelai terbesar di dunia dan tahun lalu bergantung pada Amerika Serikat untuk biji minyak senilai USD12 miliar.

China sebagian besar telah membeli kedelai dari Brasil sejak memberlakukan tarif 25% pada kedelai AS bulan Juli lalu sebagai balasan atas tarif AS untuk barang-barang impor asal China. Lonjakan permintaan mendorong harga kedelai Brasil menembus rekor atas kedelai berjangka AS di Chicago. Perang dagang tersebut mengurangi penjualan bagi eksportir AS dan menaikkan biaya bagi importir China.

"Itu adalah sesuatu yang menyerukan resolusi," kata Tyner. "Ini skenario kalah-kalah untuk Amerika Serikat dan China."

Total pengiriman ekspor pertanian AS ke China selama 10 bulan pertama tahun 2018 turun 42% dari tahun sebelumnya menjadi sekitar USD8,3 miliar, menurut Departemen Pertanian AS.

Untuk mengompensasi petani yang menderita, pemerintah AS telah mengalokasikan sekitar USD11 miliar untuk pembayaran langsung dan membeli barang pertanian untuk program makanan pemerintah.

China memulai kembali pembelian kedelai AS pada awal Desember setelah gencatan senjata perdagangan yang disetujui oleh para pemimpin dari kedua negara selama KTT G20 di Argentina. Tetapi Beijing mempertahankan tarif 25% untuk minyak biji dari Amerika, yang secara efektif membatasi pembelian komersial China.

"Dengan tarif, kacang tidak bisa masuk ke sistem komersial," kata seorang manajer di produsen pakan utama China yang tak ingin disebut namanya. "Pembelian akan memiliki dampak yang sangat terbatas pada pasar."

China juga menderita karena produk-produk seperti baterai ponsel terkena tarif AS, dan pelanggan mulai mencari untuk membeli dari negara lain.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Asosiasi Teknologi Konsumen menunjukkan tarif AS untuk produk-produk impor China menimbulkan biaya tambahan bagi industri teknologi sebesar USD1 miliar per bulan. Konflik tersebut juga menekan perusahaan ritel, manufaktur, dan konstruksi AS yang harus membayar lebih untuk logam dan barang lainnya.

"Tekanan harga input tetap naik sebagian karena tarif, khususnya di bidang manufaktur dan konstruksi, dan perusahaan berjuang untuk memberikan biaya yang lebih tinggi ini kepada pelanggan," kata Dallas Federal Reserve.

Tiga Besar produsen mobil Detroit - General Motors, Ford dan Fiat Chrysler Automobiles - masing-masing mengatakan biaya tarif yang lebih tinggi akan menekan keuntungan yang diperkirakan sekitar USD1 miliar tahun ini.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7146 seconds (0.1#10.140)