Perkampungan Sejahtera di Tengah Kepungan Perumahan Mewah
A
A
A
Suhu udara terasa panas meski sudah lewat tengah hari. Angin berhembus kencang di kawasan BSD City, Serpong, Tangerang. Kawasan kota mandiri di barat Jakarta ini cukup sepi di akhir pekan. Lalu lintas di kawasan ini tak sepadat hari-hari biasa. Kawasan Serpong kini menjelma menjadi sebuah kawasan kota baru yang memiliki fasilitas lengkap.
Tak hanya BSD City yang dikembangkan Sinar Mas Land, masih ada Gading Serpong besutan Paramount Land dan Summarecon Serpong yang dikembangkan Summarecon Group. Alhasil, kawasan ini dikenal sebagai segitiga emas yang di isi hunian mewah, pusat komersial, fasilitas pendidikan hingga pusat gaya hidup.
Namun, siapa sangka di dalam segitiga emas itu masih ada sebuah perkampungan yang jauh dari kesan hingar bingar kemewahan. Kampung Sawah, begitu nama perkampungan itu dikenal. Dihuni oleh 570 kepala keluarga (kk) di 5 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk 1.900 jiwa. Kampung Sawah tetap eksis di tengah pembangunan kawasan Serpong yang masif.
Dulu, sebelum kawasan Serpong dikembangkan sebagai kawasan kota mandiri, kampung ini dikelilingi oleh persawahan. Banyak penduduknya berprofesi sebagai petani. Seiring berjalannya waktu, sawah-sawah itu berubah sebagai kawasan permukiman. Kampung Sawah pun kini seolah berada di tengah hutan beton.
Untuk mengakses Kampung Sawah di Desa Lengkong Kulon, Pagedangan itu tidaklah susah. Lokasinya berada di belakang perumahan Greenwich Park dan tepat di depan Mozia. Dua kluster perumahan mewah yang dikembangkan oleh Sinar Mas Land. Kampung Sawah dan Mozia hanya dipisahkan jalan dan sungai selebar 4 meter. Di ujung gang, berdiri pos kamling yang sering digunakan warga untuk bersosialisasi di siang hari.
Enam orang pemuda tampak sibuk bekerja di bawah tenda, di lahan kosong berukuran sekitar 60 meter persegi. Meskipun keringat bercucuran deras, namun pemuda-pemuda itu terlihat bersemangat. "Mereka sedang membangun workshop yang nantinya akan dijadikan pusat kewirausahaan dan pusat kegiatan di kampung ini,"ujar Benny Rustandi kepada SINDOnews Minggu (30/12/2018).
Haji Benny, begitu pria bertubuh besar itu dikenal, mengungkapkan, lahan yang akan digunakan itu adalah lahan milik kakaknya. Lahan itu sebelumnya hanya ditanami singkong dan jagung untuk dikonsumsi sendiri. "Supaya lebih bermanfaat, saya berbicara kepada kakak saya agar di ijinkan untuk digunakan sebagai tempat anak-anak muda disini untuk mengembangkan kreativitasnya,"tegasnya. Apalagi, Haji Benny juga memiliki usaha sablon yang juga melibatkan pemuda Kampung Sawah.
Gayung pun bersambut, pemilik lahan bersedia, dan pemuda-pemuda desa pun menyambut gembira. "Kami berharap, kelak dari tempat ini akan dihasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Tak hanya warga Kampung Sawah tapi masyarakat luar kampung juga,"sahut Junaedi, pemuda Kampung Sawah yang memiliki keahlian seni ukir dan pahat.
Semangat masyarakat Kampung Sawah untuk maju dan sejahtera secara mandiri semakin kuat saat kawasan ini menjadi Kampung Berseri Astra (KBA) Lengkong Kulon. Haji Benny bercerita, Kampung Sawah sejak dua tahun terakhir menjelma menjadi kawasan yang bersih, sehat, dan produktif. Tak hanya itu, kualitas pendidikan di kawasan ini juga semakin membaik. "Dulu anak-anak disini kebanyakan maen, sekarang mereka sudah kreatif dan ada semangat untuk maju,"katanya.
Hal itulah yang menjadi salah satu alasan dibangunnya workshop di samping Masjid Al Istiqomah itu. Workshop ini dibangun agar anak-anak yang punya keahlian punya wadah. "Jika ada tempatnya kan mereka bisa menyalurkan bakatnya,"ujar Haji Benny.
Menurut dia, masyarakat Kampung Sawah sebenarnya banyak yang memiliki potensi. Namun, masih kurang memiliki rasa percaya diri bahwa mereka bisa maju dan mengubah kehidupan menjadi lebih baik. "Karena itu, kami disini dengan dukungan Astra mendidik masyarakat agar mandiri dan mengembangkan potensinya, mengembangkan kreatifitasnya dan bisa berinovasi,"paparnya.
Workshop yang dikembangkan itu, selain digunakan sebagai pusat edukasi kewirausahaan, nantinya juga akan digunakan sebagai tempat pelatihan ketrampilan, pengelolaan lingkungan, kesehatan dan pendidikan. "Semua akan dipusatkan di sini,"tuturnya.
Sementara bagi Junaedi, keberadaan workshop tersebut akan membantu masyarakat khususnya yang berusia produktif untuk mengembangkan bakatnya. Workshop tersebut, juga difungsikan sebagai tempat bagi dirinya dan masyarakat lainnya untuk berbagi ilmu yang dimiliki. "Saya hanya pengrajin, keinginan saya ingin membantu masyarakat sesuai dengan keahlian yang saya miliki. Agar mereka produktif dan menghasilkan sesuatu yang berguna,"ungkapnya.
Junaedi sendiri sebenarnya sudah memiliki usaha pembuatan kerajinan. Tak hanya itu, bersama rekan-rekannya, dia juga memiliki workshop pembuatan perlengkapan rumah seperti pagar besi dan teralis. Namun, keinginannya untuk membantu masyarakat Kampung Sawah sangat kuat. Awalnya, Junaedi merasa kesulitan untuk mengajak pemuda-pemuda di Kampung Sawah untuk mengembangkan kreativitasnya. Salah satu kendalanya adalah masalah wadah dan tempat. "Lalu saya dengar dari pak Haji Benny ada program KBA-nya Astra. Nah, akhirnya ada wadah juga untuk merangkul pemuda-pemuda disini bersama-sama untuk maju," katanya.
Bagi Junaedi, keberadaan workshop tersebut diyakini secara perlahan akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kampung Sawah. Saat ini, salah satu kewirausahaan yang sedang digeluti adalah pembuatan peralatan makan dari bahan kayu. Juga aksesori berupa lukisan, kerajinan batu pahat dan kerajinan dari kayu.
"Setidaknya untuk ibu-ibu bisa membantu mengamplas sehingga ada penghasilan tambahan. Untuk pemasaran, kami bisa pasok ke restoran. Misalnya ada restoran yang butuh tatakan, kami bisa bikin, peralatan produksinya sudah ada,"ungkapnya. Junaedi sendiri memilih meninggalkan workshop yang sudah dikembangkan bersama dua rekannya dan fokus untuk mengembangkan workshop yang dikelola bersama-sama masyarakat Kampung Sawah.
Keinginan kuat dari Junaedi untuk maju bersama warga masyarakat Kampung Sawah bukan tanpa alasan. Dirinya merasa di jaman yang sudah maju seperti saat ini, seseorang harus memiliki keahlian agar bisa bersaing. "Saya bisa merasakan orang yang berpendidikan rendah dan tidak punya keahlian tentu kurang dihargai. Beda dengan yang memiliki keahlian, meskipun dari sisi pendidikan kurang,"tutur pemuda yang hanya mengenyam pendidikan hingga SMP ini.
Hal itu pula yang pernah dirasakan oleh Junaedi. Namun, karena tekadnya yang kuat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, akhirnya Junaedi memutuskan untuk memperdalam keterampilan di bidang seni ukir dan seni pahat. "Saya belajar seni pahat di Bali, kemudian ke Jepara untuk belajar teknik mengukir,"tuturnya.
Junaedi menghabiskan waktu satu tahun di Bali dan sembilan bulan di Jepara untuk memperdalam keahliannya. Perjuangannya membuahkan hasil manis. Hasil kerajinan batu ukirnya digunakan di perumahan Citra Raya. Tak hanya itu, perkantoran Tower Kebon Jeruk pun menggunakan ukiran dua dimensi hasil karyanya. Di salah satu dinding ruangan hotel Mulia, Jakarta, juga tertempel aksesori ukiran serupa. "Beberapa kluster perumahan di BSD City, Sentul City, juga menggunakan ornamen batu pahat dan batu ukir dari kami,"ungkapnya.
Sejatinya, kata dia, anak-anak muda di Kampung Sawah banyak yang memiliki potensi di bidang kewirausahaan yang bisa dikembangkan. Namun, masih ada yang memiliki rasa enggan untuk memulai. "Jadi nanti bersama-sama di workshop ini untuk berkreasi dan menghasilkan produk yang bisa meningkatkan kesejahteraan bersama,"paparnya.
Junaedi juga menilai, masyarakat Kampung Sawah memiliki keinginan dan semangat yang kuat untuk maju. Sayangnya, selama ini masyarakat masih bingung untuk mengimplementasikan ide-ide yang sudah ada. "Ide dan planning nya sudah bagus, tapi belum bisa mengaplikasikan. Misalnya, bagaimana cara memulai berwirausaha masih bingung harus dari mana,"tuturnya.
Beruntung, kata dia, pelatihan yang diberikan oleh Astra dalam dua tahun terakhir sudah bisa memberikan gambaran kepada masyarakat untuk bisa mengimplementasikan ide-ide dan kreativitas yang dimiliki. "Karena Astra juga memberikan pelatihan mengenai manajemen bisnis,"tuturnya. Junaedi mengaku, dirinya tidak bisa membagi pengalaman dalam hal pendidikan, karena hanya lulusan SMP. Namun, yang bisa dia lakukan adalah membagi pengalaman bekerja yang dimilikinya. "Saya tentu tidak bisa berbagi untuk masalah pendidikan, tapi saya akan membagikan keahlian yang saya miliki agar bersama-sama bisa memajukan kampung ini,"cetunya.
Pemuda Kampung Sawah lainnya, Akif Zulkifli mengungkapkan, ada banyak perubahan yang dirasakan sejak kampungnya menjadi KBA. "Kami bisa melakukan pengembangan kualitas dan skill sumber daya manusia (SDM), juga menggali potensi-potensi yang ada dalam diri masyarakat,"tegasnya.
Sebelum menjadi KBA, kata dia, masyarakat merasa kesulitan untuk mengembangkan potensinya. Apalagi, setelah ada perubahaan kehidupan sosial dari sebelumnya bercocok tanam ke kehidupan urban. "Karena itu sejak dua tahun terakhir dengan bantuan Astra kami mencoba untuk berkreasi dan menghasilkan sesuatu,"katanya.
Untuk tahap awal, kata Akif, produk-produk yang sudah dihasilkan masyarakat Kampung Sawah dipasarkan melalui sosial media. "Untuk ke e-commerce belum karena produksinya masih belum besar. Kedepan kami akan mengarah ke situ,"tuturnya.
Semakin Peduli Kesehatan dan Lingkungan
Tak hanya dari sisi kewirausahaan saja yang sudah mulai maju. Kampung Sawah juga menunjukkan perubahan drastis dalam hal pengelolaan lingkungan, kesehatan dan pendidikan. Dulu, masyarakat di kawasan ini terkesan kurang memperhatikan masalah lingkungan, kesehatan dan pendidikan. Namun, sejak menjadi KBA, perlahan namun pasti, masyarakat Kampung Sawah semakin peduli terhadap tiga hal tersebut.
"Sebelum ada pembinaan dari Astra , kegiatan di Posyandu juga biasa-biasa saja. Datang, menimbang lalu pulang,"tutur Yuli Sulastri, salah satu kader Posyandu KBA Lengkong Kulon. Masyarakat, kata dia, tidak terlalu peduli dengan masalah kesehatan lainnya. Beruntung, ada pembinaan kader Posyandu yang dilakukan Astra. Pembinaan tersebut selain ditujukan untuk meningkatkan ilmu dan pengetahuan kader Posyandu, juga menyangkut bagaimana pelaksanaan Posyandu yang sesuai dengan standar. Hasilnya, kesadaran masyarakat pun meningkat.
"Sekarang kami bisa membina tiga Posyandu lainnya. Posyandu itu ada di RW 1, RW 2 dan RW 4. Supaya mereka bisa juga memiliki Posyandu seperti kami,"ungkap Yuli. Yang membanggakan, Posyandu KBA Lengkong Kulon berhasil masuk lima besar tingkat nasional tahun ini. Sementara kader Posyandunya, berhasil menyabet juara dua tingkat nasional untuk inovasi.
KBA Lengkong Kulon juga berhasil menjadi juara kedua se-Kabupaten Tangerang untuk Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu). Posbindu merupakan tempat edukasi bagi masyarakat tentang Penyakit Tidak Menular (PTM). Di Posbindu, masyarakat usia produktif dibekali pengetahuan tentang penyakit tidak menular. "Sebab, angka kematian terbesar kan dari penyakit tidak menular,"kata Yuli.
Dia bercerita, ada warga Kampung Sawah yang berusia kurang dari 30 tahun mendadak terserang stroke. Kejadian ini membuat masyarakat heran, karena yang ada di dalam pikiran mereka, stroke umumnya menyerang orang yang sudah berusia lanjut. "Tapi sekarang masyarakat sudah sadar bahawa penyakit bisa menyerang siapa saja dan di usia berapapun. Karena itu, sekarang kami sudah melakukan program pemantauan sejak dini. Kami melaksanakan Posbindu dimana saja, termasuk di tempat pengajian. Sekarang masyarakat semakin peduli kesehatan. Mau mengubah gaya hidup dan menerapkan pola hidup sehat,"papar Yuli.
Para remaja, juga dilibatkan dalam setiap kegiatan Posbindu yang ditujukan untuk mengurangi risiko penyakit tidak menular itu. Kesadaran masyarakat juga meningkat di program pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. Sebelum ada pendampingan dari Astra, kata dia, hanya 50% dari ibu menyusui di desa ini yang memberikan ASI eksklusif. "Sekarang sudah 80% setelah ada pendampingan,"ujarnya.
Selain masalah kesehatan, kesadaran masyarakat Kampung Sawah dalam hal pendidikan juga meningkat. Termasuk kesadaran untuk meningkatkan minat baca kepada anak-anak. Gerobak Baca yang disumbangkan oleh Astra Daihatsu menjadi salah satu alat untuk menumbuhkan minat baca pada anak-anak di kawasan ini. Setiap Sabtu dan Minggu dibuka program taman baca yang diselingi dengan berbagai kegiatan untuk anak-anak. Termasuk kegiatan permainan tradisional. "Kami pusatkan di sekitar masjid, dan menggunakan halaman masjid karena lahannya memang sudah tidak ada lagi,"tutur Yuli.
Program tersebut, lanjut dia, berhasil mengurangi intensitas anak-anak bermain game di smartphone saat libur sekolah. "Agar mereka bisa bersosialisai maka kami adakan permainan petak umpet. Di gerobak baca juga ada televisi yang kami gunakan untuk memutar video soal pengetahuan mengenai tanaman, hewan dan lainnya,"katanya.
Untuk meningkatkan rasa percaya diri dan menumbuhkan kreavifitas, anak-anak Kampung Sawah juga di challenge untuk bisa bercerita di depan banyak orang mengenai aktivitasnya selama satu pekan. "Untuk yang laki-laki juga kami adakan kelas pencak silat, ada pelatihnya. Jadi kalo sore atau malam bisa berlatih silat ,"tutur Yuli.
Selain itu, untuk meningkatkan kepedulian akan-anak Kampung Sawah terhadap lingkungan dan kebersihan, di kawasan itu juga dikembangkan kawasan ekowisata. Nantinya, anak-anak akan melihat secara langsung tentang cara bercocok tanam yang baik dan benar dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Termasuk edukasi mengenai pemanfaatan pupuk organik.
"Sebelum menjadi KBA kami belum punya kebun organik, sekarang sudah ada dan telah memberikan pemasukan keuangan bagi masyarakat kami,"imbuh Ahmad Romadhon. Saat ini, kebun organik yang terletak di lahan wakaf tersebut ditanami singkong, kangkung, jagung dan bayam. Adanya kebun organik ini, mampu memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat. Hasil penjualan buah dan sayuran organik itu kemudian dikelola untuk dimanfaatkan bagi pengembangan kawasan Kampung Sawah. Sehingga anggaran untuk beragam kegiatan tidak selalu mengandalkan bantuan dari pemerintah maupun pihak lainnya.
Dengan keterbatasan lahan, kata Ahmad, masyarakat dituntut lebih kreatif dan inovatif serta mampu menghasilkan ide-ide baru agar bisa sejahtera secara mandiri. "Beruntung ada pelatihan dan pendampingan dari Astra. Jadi kami bisa melakukan inovasi bagaimana bercocok tanam di lahan yang terbatas,"ungkapnya.
Dulu, kata dia, Desa Lengkong Kulon merupakan tanah agraris. Dengan hamparan sawah dan ladang yang sangat luas. Namun sekarang sudah berubah menjadi kawasan permukiman. "Tetapi, dengan segala keterbatasan itu, kami tetap mencoba membangun pertanian dan membangun lingkungan, juga mengolah limbah sampah agar memiliki nilai ekonomi,"katanya.
Dia memberikan contoh, untuk pengembangan kebun organik, digunakan kompos organik yang berasal dari limbah basah organik yang diolah sendiri. "Kami ciptakan sendiri agar pupuk yang kami gunakan ramah lingkungan,"paparnya. Ahmad Romadhon yakin, ke depan, kebun organik yang sedang dikembangkan itu akan memberikan nilai ekonomi yang lebih besar lagi bagi masyarakat.
Apalagi, lahan yang tersedia dinilai cukup untuk mengembangkan pertanian organik hingga sepuluh tahun ke depan. "Kesadaran masyarakat untuk maju terus meningkat sejak ada KBA . Apalagi kami menerapkan konsep Sabilulungan yang artinya gotong royong atau kebersamaan,"tegasnya. Ahmad Romadhon dan warga Kampung Sawah, memiliki mimpi besar, suatu saat nanti akan memasok sayuran organik ke supermarket besar yang sudah ada di kawasan Serpong. Apalagi di kawasan sekitar Kampung Sawah ada ribuan perumahan mewah dengan ratusan ribu penghuni.
KBA Lengkong Kulon, merupakan satu dari 77 Kampung Berseri Astra yang tersebar di 34 provinsi di seluruh Indonesia. PT Astra International Tbk. memiliki cita-cita yang kuat untuk sejahtera bersama bangsa. Komitmen ini diwujudkan dalam bentuk program tanggung jawab sosial (CSR) terstruktur, proaktif serta dan berkesinambungan. Tak hanya di bidang pendidikan saja, tapi mencakup juga bidang kesehatan, bidang lingkungan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui program kewirausahaan. Harapannya, desa-desa yang sudah dibina oleh perusahaan ini mampu menjadi desa yang masyarakat bersih, sehat, cerdas dan produktif. Program CSR Astra menargetkan 300 desa sejahtera pada 2018 di 100 kabupaten di seluruh Indonesia.
"Kami berharap ke depan setelah adanya pembinaan dari Astra ini, kami bisa menjadi sejahtera secara mandiri. Tak hanya itu, kami juga ingin semua ini menginspirasi dan menularkan energi baik yang sudah kami dapatkan kepada masyarakat di luar kampung kami,"kata Haji Benny.
Menyiapkan Wirausaha Mandiri
Harapan yang sama diungkapkan oleh Tri Priyanto, warga Kampung Berseri Astra (KBA) Keputih, Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur. Pria yang juga sebagai fasilitator lingkungan di Kelurahan Keputih itu berharap, kampungnya akan menjadi Kampung Sejahtera Mandiri dan Kampung Wisata. Meskipun KBA Keputih berdiri di atas lahan bekas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Keputih. Namun, kawasan itu sekarang berubah menjadi kawasan yang asri. "Kami sedang menyiapkan untuk menuju ke arah itu. Sekarang kami sedang menjalankan program kewirausahaan mandiri,"tegasnya kepada SINDOnews beberapa waktu lalu.
Bau sampah tak lagi menyengat di kawasan ini. Hutan bambu yang rindang menghadirkan kesejukan saat menuju ke kampung ini. Gapura bercat biru putih dengan gambar Bung Karno dan Bung Tomo berdiri kokoh sebagai pintu gerbang kampung ini. Di tiang gapura, terpampang gambar para presiden yang pernah memimpin negeri ini. Mulai dari Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, Susilo Bambang Yudhoyono hingga Joko Widodo.
Yang menarik, perkampungan di lahan bekas pembuangan sampah ini justru mendapat gelar dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sebagai perkampungan Merdeka Dari Sampah . Penghargaan itu diberikan, karena kesadaran dan kemandirian warga KBA Keputih yang membuat lingkungannya tetap asri dan bersih meskipun berada di lahan bekas TPA.
"Warga disini bahu membahu, gotong royong untuk sejahtera bersama-sama,"tegasnya. Upaya tersebut dilakukan dengan menggalakkan kegiatan kewirausahaan. Di KBA Keputih, dibentuk Kelompok Usaha Bersama (Kube). Kelompok usaha ini bergerak di bidang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) jamur, kerupuk, tempe, sirup markisa, sari kedelai, dan jahe merah.
"18 Desember 2018 lalu diselenggarakan pelatihan pembuatan bibit jamur. Warga akan dilatih selama empat kali hingga panen,"kata Tri. Pelatihan kedua akan dilakukan 21 hari sejak masa pembibitan. "Jadi nanti pelatihan keduanya sekitar 11 Januari 2019,"ungkapnya.
Selain kewirausahaan, lingkungan di kawasan ini juga sudah dikelola dengan baik. Di KBA Keputih, sampah sudah dikelola melalui pengembangan rumah kompos dan bank sampah. Rumah kompos berfungsi mendaur ulang sampah organik yang kemudian dijadikan pupuk organik. Sementara bank sampah berfungsi sebagai tempat pengumpulan sampah anorganik milik warga yang nantinya bisa ditukar menjadi uang.
Waga KBA Keputih juga tak lagi kesulitan megakses air bersih. Jika dulu harus membeli air bersih melalui PDAM, kini air bersih sudah tersedia melalui fasilitas Water Treatment Plant (WTP). Tak hanya itu, untuk menyiram tanaman, tersedia Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sehingga air untuk menyiram tanaman tiudak menggunakan air bersih namun berasal dari air hasil pengolahan limbah.
Untuk masalah pendidikan, Rumah Pintar, menjadi salah satu fasilitas yang mendukung peningkatan akses anak-anak dan warga sekitar untuk mendapatkan pengetahuan dan pendidikan. "Astra juga memberikan beasiswa kepada anak-anak di sini,"ungkap Tri. Dengan program-program sudah dan sedang dijalankan, Tri Priyanto yakin, masyarakat KBA Keputih akan menjadi masyarakat yang sejahtera dan mandiri secara ekonomi. "Dengan konsep dan program yang sedang berjalan, Insya Allah kami juga bisa merealisasikan target kami sebagai Kampung Wisata,"paparnya.
Tak hanya BSD City yang dikembangkan Sinar Mas Land, masih ada Gading Serpong besutan Paramount Land dan Summarecon Serpong yang dikembangkan Summarecon Group. Alhasil, kawasan ini dikenal sebagai segitiga emas yang di isi hunian mewah, pusat komersial, fasilitas pendidikan hingga pusat gaya hidup.
Namun, siapa sangka di dalam segitiga emas itu masih ada sebuah perkampungan yang jauh dari kesan hingar bingar kemewahan. Kampung Sawah, begitu nama perkampungan itu dikenal. Dihuni oleh 570 kepala keluarga (kk) di 5 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk 1.900 jiwa. Kampung Sawah tetap eksis di tengah pembangunan kawasan Serpong yang masif.
Dulu, sebelum kawasan Serpong dikembangkan sebagai kawasan kota mandiri, kampung ini dikelilingi oleh persawahan. Banyak penduduknya berprofesi sebagai petani. Seiring berjalannya waktu, sawah-sawah itu berubah sebagai kawasan permukiman. Kampung Sawah pun kini seolah berada di tengah hutan beton.
Untuk mengakses Kampung Sawah di Desa Lengkong Kulon, Pagedangan itu tidaklah susah. Lokasinya berada di belakang perumahan Greenwich Park dan tepat di depan Mozia. Dua kluster perumahan mewah yang dikembangkan oleh Sinar Mas Land. Kampung Sawah dan Mozia hanya dipisahkan jalan dan sungai selebar 4 meter. Di ujung gang, berdiri pos kamling yang sering digunakan warga untuk bersosialisasi di siang hari.
Enam orang pemuda tampak sibuk bekerja di bawah tenda, di lahan kosong berukuran sekitar 60 meter persegi. Meskipun keringat bercucuran deras, namun pemuda-pemuda itu terlihat bersemangat. "Mereka sedang membangun workshop yang nantinya akan dijadikan pusat kewirausahaan dan pusat kegiatan di kampung ini,"ujar Benny Rustandi kepada SINDOnews Minggu (30/12/2018).
Haji Benny, begitu pria bertubuh besar itu dikenal, mengungkapkan, lahan yang akan digunakan itu adalah lahan milik kakaknya. Lahan itu sebelumnya hanya ditanami singkong dan jagung untuk dikonsumsi sendiri. "Supaya lebih bermanfaat, saya berbicara kepada kakak saya agar di ijinkan untuk digunakan sebagai tempat anak-anak muda disini untuk mengembangkan kreativitasnya,"tegasnya. Apalagi, Haji Benny juga memiliki usaha sablon yang juga melibatkan pemuda Kampung Sawah.
Gayung pun bersambut, pemilik lahan bersedia, dan pemuda-pemuda desa pun menyambut gembira. "Kami berharap, kelak dari tempat ini akan dihasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Tak hanya warga Kampung Sawah tapi masyarakat luar kampung juga,"sahut Junaedi, pemuda Kampung Sawah yang memiliki keahlian seni ukir dan pahat.
Semangat masyarakat Kampung Sawah untuk maju dan sejahtera secara mandiri semakin kuat saat kawasan ini menjadi Kampung Berseri Astra (KBA) Lengkong Kulon. Haji Benny bercerita, Kampung Sawah sejak dua tahun terakhir menjelma menjadi kawasan yang bersih, sehat, dan produktif. Tak hanya itu, kualitas pendidikan di kawasan ini juga semakin membaik. "Dulu anak-anak disini kebanyakan maen, sekarang mereka sudah kreatif dan ada semangat untuk maju,"katanya.
Hal itulah yang menjadi salah satu alasan dibangunnya workshop di samping Masjid Al Istiqomah itu. Workshop ini dibangun agar anak-anak yang punya keahlian punya wadah. "Jika ada tempatnya kan mereka bisa menyalurkan bakatnya,"ujar Haji Benny.
Menurut dia, masyarakat Kampung Sawah sebenarnya banyak yang memiliki potensi. Namun, masih kurang memiliki rasa percaya diri bahwa mereka bisa maju dan mengubah kehidupan menjadi lebih baik. "Karena itu, kami disini dengan dukungan Astra mendidik masyarakat agar mandiri dan mengembangkan potensinya, mengembangkan kreatifitasnya dan bisa berinovasi,"paparnya.
Workshop yang dikembangkan itu, selain digunakan sebagai pusat edukasi kewirausahaan, nantinya juga akan digunakan sebagai tempat pelatihan ketrampilan, pengelolaan lingkungan, kesehatan dan pendidikan. "Semua akan dipusatkan di sini,"tuturnya.
Sementara bagi Junaedi, keberadaan workshop tersebut akan membantu masyarakat khususnya yang berusia produktif untuk mengembangkan bakatnya. Workshop tersebut, juga difungsikan sebagai tempat bagi dirinya dan masyarakat lainnya untuk berbagi ilmu yang dimiliki. "Saya hanya pengrajin, keinginan saya ingin membantu masyarakat sesuai dengan keahlian yang saya miliki. Agar mereka produktif dan menghasilkan sesuatu yang berguna,"ungkapnya.
Junaedi sendiri sebenarnya sudah memiliki usaha pembuatan kerajinan. Tak hanya itu, bersama rekan-rekannya, dia juga memiliki workshop pembuatan perlengkapan rumah seperti pagar besi dan teralis. Namun, keinginannya untuk membantu masyarakat Kampung Sawah sangat kuat. Awalnya, Junaedi merasa kesulitan untuk mengajak pemuda-pemuda di Kampung Sawah untuk mengembangkan kreativitasnya. Salah satu kendalanya adalah masalah wadah dan tempat. "Lalu saya dengar dari pak Haji Benny ada program KBA-nya Astra. Nah, akhirnya ada wadah juga untuk merangkul pemuda-pemuda disini bersama-sama untuk maju," katanya.
Bagi Junaedi, keberadaan workshop tersebut diyakini secara perlahan akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kampung Sawah. Saat ini, salah satu kewirausahaan yang sedang digeluti adalah pembuatan peralatan makan dari bahan kayu. Juga aksesori berupa lukisan, kerajinan batu pahat dan kerajinan dari kayu.
"Setidaknya untuk ibu-ibu bisa membantu mengamplas sehingga ada penghasilan tambahan. Untuk pemasaran, kami bisa pasok ke restoran. Misalnya ada restoran yang butuh tatakan, kami bisa bikin, peralatan produksinya sudah ada,"ungkapnya. Junaedi sendiri memilih meninggalkan workshop yang sudah dikembangkan bersama dua rekannya dan fokus untuk mengembangkan workshop yang dikelola bersama-sama masyarakat Kampung Sawah.
Keinginan kuat dari Junaedi untuk maju bersama warga masyarakat Kampung Sawah bukan tanpa alasan. Dirinya merasa di jaman yang sudah maju seperti saat ini, seseorang harus memiliki keahlian agar bisa bersaing. "Saya bisa merasakan orang yang berpendidikan rendah dan tidak punya keahlian tentu kurang dihargai. Beda dengan yang memiliki keahlian, meskipun dari sisi pendidikan kurang,"tutur pemuda yang hanya mengenyam pendidikan hingga SMP ini.
Hal itu pula yang pernah dirasakan oleh Junaedi. Namun, karena tekadnya yang kuat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, akhirnya Junaedi memutuskan untuk memperdalam keterampilan di bidang seni ukir dan seni pahat. "Saya belajar seni pahat di Bali, kemudian ke Jepara untuk belajar teknik mengukir,"tuturnya.
Junaedi menghabiskan waktu satu tahun di Bali dan sembilan bulan di Jepara untuk memperdalam keahliannya. Perjuangannya membuahkan hasil manis. Hasil kerajinan batu ukirnya digunakan di perumahan Citra Raya. Tak hanya itu, perkantoran Tower Kebon Jeruk pun menggunakan ukiran dua dimensi hasil karyanya. Di salah satu dinding ruangan hotel Mulia, Jakarta, juga tertempel aksesori ukiran serupa. "Beberapa kluster perumahan di BSD City, Sentul City, juga menggunakan ornamen batu pahat dan batu ukir dari kami,"ungkapnya.
Sejatinya, kata dia, anak-anak muda di Kampung Sawah banyak yang memiliki potensi di bidang kewirausahaan yang bisa dikembangkan. Namun, masih ada yang memiliki rasa enggan untuk memulai. "Jadi nanti bersama-sama di workshop ini untuk berkreasi dan menghasilkan produk yang bisa meningkatkan kesejahteraan bersama,"paparnya.
Junaedi juga menilai, masyarakat Kampung Sawah memiliki keinginan dan semangat yang kuat untuk maju. Sayangnya, selama ini masyarakat masih bingung untuk mengimplementasikan ide-ide yang sudah ada. "Ide dan planning nya sudah bagus, tapi belum bisa mengaplikasikan. Misalnya, bagaimana cara memulai berwirausaha masih bingung harus dari mana,"tuturnya.
Beruntung, kata dia, pelatihan yang diberikan oleh Astra dalam dua tahun terakhir sudah bisa memberikan gambaran kepada masyarakat untuk bisa mengimplementasikan ide-ide dan kreativitas yang dimiliki. "Karena Astra juga memberikan pelatihan mengenai manajemen bisnis,"tuturnya. Junaedi mengaku, dirinya tidak bisa membagi pengalaman dalam hal pendidikan, karena hanya lulusan SMP. Namun, yang bisa dia lakukan adalah membagi pengalaman bekerja yang dimilikinya. "Saya tentu tidak bisa berbagi untuk masalah pendidikan, tapi saya akan membagikan keahlian yang saya miliki agar bersama-sama bisa memajukan kampung ini,"cetunya.
Pemuda Kampung Sawah lainnya, Akif Zulkifli mengungkapkan, ada banyak perubahan yang dirasakan sejak kampungnya menjadi KBA. "Kami bisa melakukan pengembangan kualitas dan skill sumber daya manusia (SDM), juga menggali potensi-potensi yang ada dalam diri masyarakat,"tegasnya.
Sebelum menjadi KBA, kata dia, masyarakat merasa kesulitan untuk mengembangkan potensinya. Apalagi, setelah ada perubahaan kehidupan sosial dari sebelumnya bercocok tanam ke kehidupan urban. "Karena itu sejak dua tahun terakhir dengan bantuan Astra kami mencoba untuk berkreasi dan menghasilkan sesuatu,"katanya.
Untuk tahap awal, kata Akif, produk-produk yang sudah dihasilkan masyarakat Kampung Sawah dipasarkan melalui sosial media. "Untuk ke e-commerce belum karena produksinya masih belum besar. Kedepan kami akan mengarah ke situ,"tuturnya.
Semakin Peduli Kesehatan dan Lingkungan
Tak hanya dari sisi kewirausahaan saja yang sudah mulai maju. Kampung Sawah juga menunjukkan perubahan drastis dalam hal pengelolaan lingkungan, kesehatan dan pendidikan. Dulu, masyarakat di kawasan ini terkesan kurang memperhatikan masalah lingkungan, kesehatan dan pendidikan. Namun, sejak menjadi KBA, perlahan namun pasti, masyarakat Kampung Sawah semakin peduli terhadap tiga hal tersebut.
"Sebelum ada pembinaan dari Astra , kegiatan di Posyandu juga biasa-biasa saja. Datang, menimbang lalu pulang,"tutur Yuli Sulastri, salah satu kader Posyandu KBA Lengkong Kulon. Masyarakat, kata dia, tidak terlalu peduli dengan masalah kesehatan lainnya. Beruntung, ada pembinaan kader Posyandu yang dilakukan Astra. Pembinaan tersebut selain ditujukan untuk meningkatkan ilmu dan pengetahuan kader Posyandu, juga menyangkut bagaimana pelaksanaan Posyandu yang sesuai dengan standar. Hasilnya, kesadaran masyarakat pun meningkat.
"Sekarang kami bisa membina tiga Posyandu lainnya. Posyandu itu ada di RW 1, RW 2 dan RW 4. Supaya mereka bisa juga memiliki Posyandu seperti kami,"ungkap Yuli. Yang membanggakan, Posyandu KBA Lengkong Kulon berhasil masuk lima besar tingkat nasional tahun ini. Sementara kader Posyandunya, berhasil menyabet juara dua tingkat nasional untuk inovasi.
KBA Lengkong Kulon juga berhasil menjadi juara kedua se-Kabupaten Tangerang untuk Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu). Posbindu merupakan tempat edukasi bagi masyarakat tentang Penyakit Tidak Menular (PTM). Di Posbindu, masyarakat usia produktif dibekali pengetahuan tentang penyakit tidak menular. "Sebab, angka kematian terbesar kan dari penyakit tidak menular,"kata Yuli.
Dia bercerita, ada warga Kampung Sawah yang berusia kurang dari 30 tahun mendadak terserang stroke. Kejadian ini membuat masyarakat heran, karena yang ada di dalam pikiran mereka, stroke umumnya menyerang orang yang sudah berusia lanjut. "Tapi sekarang masyarakat sudah sadar bahawa penyakit bisa menyerang siapa saja dan di usia berapapun. Karena itu, sekarang kami sudah melakukan program pemantauan sejak dini. Kami melaksanakan Posbindu dimana saja, termasuk di tempat pengajian. Sekarang masyarakat semakin peduli kesehatan. Mau mengubah gaya hidup dan menerapkan pola hidup sehat,"papar Yuli.
Para remaja, juga dilibatkan dalam setiap kegiatan Posbindu yang ditujukan untuk mengurangi risiko penyakit tidak menular itu. Kesadaran masyarakat juga meningkat di program pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. Sebelum ada pendampingan dari Astra, kata dia, hanya 50% dari ibu menyusui di desa ini yang memberikan ASI eksklusif. "Sekarang sudah 80% setelah ada pendampingan,"ujarnya.
Selain masalah kesehatan, kesadaran masyarakat Kampung Sawah dalam hal pendidikan juga meningkat. Termasuk kesadaran untuk meningkatkan minat baca kepada anak-anak. Gerobak Baca yang disumbangkan oleh Astra Daihatsu menjadi salah satu alat untuk menumbuhkan minat baca pada anak-anak di kawasan ini. Setiap Sabtu dan Minggu dibuka program taman baca yang diselingi dengan berbagai kegiatan untuk anak-anak. Termasuk kegiatan permainan tradisional. "Kami pusatkan di sekitar masjid, dan menggunakan halaman masjid karena lahannya memang sudah tidak ada lagi,"tutur Yuli.
Program tersebut, lanjut dia, berhasil mengurangi intensitas anak-anak bermain game di smartphone saat libur sekolah. "Agar mereka bisa bersosialisai maka kami adakan permainan petak umpet. Di gerobak baca juga ada televisi yang kami gunakan untuk memutar video soal pengetahuan mengenai tanaman, hewan dan lainnya,"katanya.
Untuk meningkatkan rasa percaya diri dan menumbuhkan kreavifitas, anak-anak Kampung Sawah juga di challenge untuk bisa bercerita di depan banyak orang mengenai aktivitasnya selama satu pekan. "Untuk yang laki-laki juga kami adakan kelas pencak silat, ada pelatihnya. Jadi kalo sore atau malam bisa berlatih silat ,"tutur Yuli.
Selain itu, untuk meningkatkan kepedulian akan-anak Kampung Sawah terhadap lingkungan dan kebersihan, di kawasan itu juga dikembangkan kawasan ekowisata. Nantinya, anak-anak akan melihat secara langsung tentang cara bercocok tanam yang baik dan benar dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Termasuk edukasi mengenai pemanfaatan pupuk organik.
"Sebelum menjadi KBA kami belum punya kebun organik, sekarang sudah ada dan telah memberikan pemasukan keuangan bagi masyarakat kami,"imbuh Ahmad Romadhon. Saat ini, kebun organik yang terletak di lahan wakaf tersebut ditanami singkong, kangkung, jagung dan bayam. Adanya kebun organik ini, mampu memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat. Hasil penjualan buah dan sayuran organik itu kemudian dikelola untuk dimanfaatkan bagi pengembangan kawasan Kampung Sawah. Sehingga anggaran untuk beragam kegiatan tidak selalu mengandalkan bantuan dari pemerintah maupun pihak lainnya.
Dengan keterbatasan lahan, kata Ahmad, masyarakat dituntut lebih kreatif dan inovatif serta mampu menghasilkan ide-ide baru agar bisa sejahtera secara mandiri. "Beruntung ada pelatihan dan pendampingan dari Astra. Jadi kami bisa melakukan inovasi bagaimana bercocok tanam di lahan yang terbatas,"ungkapnya.
Dulu, kata dia, Desa Lengkong Kulon merupakan tanah agraris. Dengan hamparan sawah dan ladang yang sangat luas. Namun sekarang sudah berubah menjadi kawasan permukiman. "Tetapi, dengan segala keterbatasan itu, kami tetap mencoba membangun pertanian dan membangun lingkungan, juga mengolah limbah sampah agar memiliki nilai ekonomi,"katanya.
Dia memberikan contoh, untuk pengembangan kebun organik, digunakan kompos organik yang berasal dari limbah basah organik yang diolah sendiri. "Kami ciptakan sendiri agar pupuk yang kami gunakan ramah lingkungan,"paparnya. Ahmad Romadhon yakin, ke depan, kebun organik yang sedang dikembangkan itu akan memberikan nilai ekonomi yang lebih besar lagi bagi masyarakat.
Apalagi, lahan yang tersedia dinilai cukup untuk mengembangkan pertanian organik hingga sepuluh tahun ke depan. "Kesadaran masyarakat untuk maju terus meningkat sejak ada KBA . Apalagi kami menerapkan konsep Sabilulungan yang artinya gotong royong atau kebersamaan,"tegasnya. Ahmad Romadhon dan warga Kampung Sawah, memiliki mimpi besar, suatu saat nanti akan memasok sayuran organik ke supermarket besar yang sudah ada di kawasan Serpong. Apalagi di kawasan sekitar Kampung Sawah ada ribuan perumahan mewah dengan ratusan ribu penghuni.
KBA Lengkong Kulon, merupakan satu dari 77 Kampung Berseri Astra yang tersebar di 34 provinsi di seluruh Indonesia. PT Astra International Tbk. memiliki cita-cita yang kuat untuk sejahtera bersama bangsa. Komitmen ini diwujudkan dalam bentuk program tanggung jawab sosial (CSR) terstruktur, proaktif serta dan berkesinambungan. Tak hanya di bidang pendidikan saja, tapi mencakup juga bidang kesehatan, bidang lingkungan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui program kewirausahaan. Harapannya, desa-desa yang sudah dibina oleh perusahaan ini mampu menjadi desa yang masyarakat bersih, sehat, cerdas dan produktif. Program CSR Astra menargetkan 300 desa sejahtera pada 2018 di 100 kabupaten di seluruh Indonesia.
"Kami berharap ke depan setelah adanya pembinaan dari Astra ini, kami bisa menjadi sejahtera secara mandiri. Tak hanya itu, kami juga ingin semua ini menginspirasi dan menularkan energi baik yang sudah kami dapatkan kepada masyarakat di luar kampung kami,"kata Haji Benny.
Menyiapkan Wirausaha Mandiri
Harapan yang sama diungkapkan oleh Tri Priyanto, warga Kampung Berseri Astra (KBA) Keputih, Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur. Pria yang juga sebagai fasilitator lingkungan di Kelurahan Keputih itu berharap, kampungnya akan menjadi Kampung Sejahtera Mandiri dan Kampung Wisata. Meskipun KBA Keputih berdiri di atas lahan bekas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Keputih. Namun, kawasan itu sekarang berubah menjadi kawasan yang asri. "Kami sedang menyiapkan untuk menuju ke arah itu. Sekarang kami sedang menjalankan program kewirausahaan mandiri,"tegasnya kepada SINDOnews beberapa waktu lalu.
Bau sampah tak lagi menyengat di kawasan ini. Hutan bambu yang rindang menghadirkan kesejukan saat menuju ke kampung ini. Gapura bercat biru putih dengan gambar Bung Karno dan Bung Tomo berdiri kokoh sebagai pintu gerbang kampung ini. Di tiang gapura, terpampang gambar para presiden yang pernah memimpin negeri ini. Mulai dari Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, Susilo Bambang Yudhoyono hingga Joko Widodo.
Yang menarik, perkampungan di lahan bekas pembuangan sampah ini justru mendapat gelar dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sebagai perkampungan Merdeka Dari Sampah . Penghargaan itu diberikan, karena kesadaran dan kemandirian warga KBA Keputih yang membuat lingkungannya tetap asri dan bersih meskipun berada di lahan bekas TPA.
"Warga disini bahu membahu, gotong royong untuk sejahtera bersama-sama,"tegasnya. Upaya tersebut dilakukan dengan menggalakkan kegiatan kewirausahaan. Di KBA Keputih, dibentuk Kelompok Usaha Bersama (Kube). Kelompok usaha ini bergerak di bidang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) jamur, kerupuk, tempe, sirup markisa, sari kedelai, dan jahe merah.
"18 Desember 2018 lalu diselenggarakan pelatihan pembuatan bibit jamur. Warga akan dilatih selama empat kali hingga panen,"kata Tri. Pelatihan kedua akan dilakukan 21 hari sejak masa pembibitan. "Jadi nanti pelatihan keduanya sekitar 11 Januari 2019,"ungkapnya.
Selain kewirausahaan, lingkungan di kawasan ini juga sudah dikelola dengan baik. Di KBA Keputih, sampah sudah dikelola melalui pengembangan rumah kompos dan bank sampah. Rumah kompos berfungsi mendaur ulang sampah organik yang kemudian dijadikan pupuk organik. Sementara bank sampah berfungsi sebagai tempat pengumpulan sampah anorganik milik warga yang nantinya bisa ditukar menjadi uang.
Waga KBA Keputih juga tak lagi kesulitan megakses air bersih. Jika dulu harus membeli air bersih melalui PDAM, kini air bersih sudah tersedia melalui fasilitas Water Treatment Plant (WTP). Tak hanya itu, untuk menyiram tanaman, tersedia Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sehingga air untuk menyiram tanaman tiudak menggunakan air bersih namun berasal dari air hasil pengolahan limbah.
Untuk masalah pendidikan, Rumah Pintar, menjadi salah satu fasilitas yang mendukung peningkatan akses anak-anak dan warga sekitar untuk mendapatkan pengetahuan dan pendidikan. "Astra juga memberikan beasiswa kepada anak-anak di sini,"ungkap Tri. Dengan program-program sudah dan sedang dijalankan, Tri Priyanto yakin, masyarakat KBA Keputih akan menjadi masyarakat yang sejahtera dan mandiri secara ekonomi. "Dengan konsep dan program yang sedang berjalan, Insya Allah kami juga bisa merealisasikan target kami sebagai Kampung Wisata,"paparnya.
(fjo)