Soft Skills Kian Dibutuhkan

Senin, 07 Januari 2019 - 11:37 WIB
Soft Skills Kian Dibutuhkan
Soft Skills Kian Dibutuhkan
A A A
NEW YORK - Bagi yang ingin mendapat pekerjaan dan karier baik, sebaiknya terlebih dulu mengasah soft skills. Sebab pada tahun ini dan ke depan, penguasaan atas kemampuan tersebut akan sangat dibutuhkan perusahaan.

Soft skills dimaksud antara lain kreativitas, persuasi, kolaborasi, adaptasi, dan manajemen waktu. Kendati demikian, bukan berarti hard skills tidak dibutuhkan. Hanya ke depan hard skills yang dibutuhkan mengarah pada penguasaan atau keahlian yang mencerminkan dampak pesatnya dunia digital.

Meningkatnya kebutuhan soft skills untuk lapangan ini diungkapkan LinkedIn Learning, jejaring sosial para profesional. Besarnya permintaan untuk skills ini diukur dengan mengidentifikasi berbagai skills yang paling dicari diprofil LinkedIn. Sebanyak 100.000 anggota LinkedIn dilibatkan dalam penyusunan data ini. Sebelumnya laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang berjudul The Future of Jobs juga menyebut pentingnya soft skills.

Sebelumnya Menristek Dikti Mohamad Nasir mengakui hard skills tidak lagi menjadi satu-satunya kemampuan yang harus dimiliki di era digital saat ini. Untuk itu dia mendorong lulusan perguruan tinggi memiliki soft skills yang menurut dia tidak bisa digantikan oleh robot. Editor LinkedIn Learning Paul Petrone mengungkapkan, kemampuan soft skills menjadi hal yang dibutuhkan perusahaan karena itu men jadi kemampuan kritis dalam bisnis bila dibandingkan dengan hard skills.

“Sekitar 57% pemimpin senior perusahaan menyatakan soft skills lebih kritis dalam bisnis mereka dari pada hard skills. Soft skills sangat sesuai dengan kebutuhan tempat kerja yang digital, kecerdasan buatan (artificial Intelligence/AI), dan cloud computing untuk menghadapi tuntut an baru,” ujar Petrone.

Dengan fakta tersebut, LinkedIn menyarankan calon tenaga kerja untuk mempelajari soft skills. Menurut Petrone, tidak semua soft skills harus dikuasai karena ada ribuan soft skills dari 50.000 skills profesional di dunia. Karena itu, jika seseorang hendak meluangkan waktu mempelajari beberapa skills bulan ini, dari puluhan ribu pilihan skills yang ada, LinkedIn memprioritaskan skills yang paling banyak dibutuhkan perusahaan.

“Untuk menemukannya, kami menggunakan data eksklusif LinkedIn dalam menentukan skills-skills yang paling dibutuhkan perusahaan pada 2019. Itulah skills yang bos Anda dan bosnya bos Anda paling bernilai, tapi sulit menemukannya dan skills itu paling membantu Anda melayani klien dan konsumen Anda lebih baik,” papar Petrone.

Dia mengungkapkan, sejum lah softs kill yang paling banyak dicari perusahaan pada tahun ini antara lain adalah kreativitas. “Mengapa ini penting? Dalam satu contoh, saat robotrobot mengoptimalkan ide-ide lama, organisasi paling membutuhkan pegawai kreatif yang dapat menemukan solusi-solusi masa depan,” papar Petrone.

Selanjutnya persuasi. Menurut Petrone, memiliki produk hebat, platform hebat atau konsep hebat adalah satu hal, tapi kuncinya adalah meyakinkan orang untuk membelinya. Kemudian kolaborasi. “Ini penting karena saat berbagai proyek semakin rumit dan global di era AI, kolaborasi efektif akan tumbuh semakin penting,” ungkap dia.

Soft skills lainnya adalah kemampuan beradaptasi. Menurut dia, pikiran yang dapat beradaptasi menjadi alat penting untuk navigasi dunia yang terus berubah hari ini karena solusi kemarin tidak akan dapat menyelesaikan masalah esok.
“Manajemen waktu juga menjadi skills yang paling di butuhkan. Skills ini terus dibutuhkan setiap saat. Menguasai manajemen waktu hari ini akan menguntungkan Anda di sisa karier Anda,” ungkap Petrone.

Sebelumnya Laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang berjudul The Future of Jobs juga menyebut pentingnya soft skills. “Perusahaan akan mencari kemampuan untuk mengatasi masalah baru di dunia nyata yang rumit untuk pekerjaan dengan gaji tinggi antara sekarang dan 2020,” papar laporan WEF.

Harvard Business Review (HBR) menyebut komunikasi sebagai salah satu soft skills yang penting karena tidak dapat diotomatiskan.

“Di dunia di mana total pengguna media AS hampir 12 jam per hari, rata-rata skills komunikasi penting untuk mendapat perhatian orang dan menggerakkan mereka bertindak. Bentuk paling dasar komunikasi ialah membentuk seluruh cerita,” ujar catatan HBR. Natalie Brett, Kepala London College of Communication dan wakil penasihat profesional di University of the Arts, London, membenarkan pentingnya soft skills lebih penting daripada hard skills. “Banyak bukti menunjukkan soft skills jauh lebih menguntungkan bagi para sarjana daripada yang diketahui sekarang,” ujar dia.

Brett menjelaskan, riset dari Universitas Harvard tentang pasar tenaga kerja global menunjukkan karier terkait hard skills tumbuh kuat antara 1989 dan 2000, tapi kemudian turun se jak saat itu. Sebaliknya lapangan kerja di industri kreatif, sektor yang disebut membutuh kan banyak soft skills, di Inggris naik hampir 20% menjadi 1,9 juta dalam lima tahun hingga Juni 2016. “Soft skills juga meningkat per mintaannya di lapangan kerja. Google menyebut kreativi tas, skills komunikasi, dan kepemimpinan sebagai syarat utama untuk pegawai sekarang,” tutur Brett.

Sementara itu Menristek Dikti Mohamad Nasir pernah mengakui di tengah perkembangan yang pesat di berbagai bidang saat ini, hard skills bukan lagi satu-satunya kemampuan yang harus dimiliki. Sebab soft skills juga dibutuhkan untuk mengembangkan karier.

Selain itu soft skills juga dibutuhkan untuk dapat mengaplikasikan ke mampuan akademik di dunia kerja. Karena itu dia mendorong lulusan perguruan tinggi juga mesti memiliki kemampuan soft skills yang tidak bisa digantikan oleh robot. “Soft skills seperti kerja sama, komunikasi, etika dalam bekerja, penam pilan, empati, dan kecerdasan emosional itu penting untuk kesuksesan karier atau bisnis bila di bandingkan dengan hasil akademik,” ujar mantan Rektor Universitas Diponegoro Semarang itu.

Praktisi manajemen SDM Ardhi Lufti Siregar mengakui soft skills kini menjadi sebuah keharusan bagi para pekerja pro fesionalketimbang hard skills. “Hari ini teknologi milenial, revolusi teknologi industri memang membuat soft skills sangat berpengaruh dengan peningkatan kemampuan, terutama untuk produktivitas perusahaan,” ujar Ardhi saat dihubungi KORAN SINDO, Minggu (6/1/2019).

Head of Human Resources Manulife Global Resourcing Philippines, Malaysia, and Chengdu ini membeberkan, soft skills yang sangat dibutuhkan dan perlu ditingkatkan pada 2019 yakni kompetensi manajemen, komunikasi, hingga manajemen waktu.

Peningkatan kompetensi tersebut menjadi pijakan dan tolok ukur diferensiasi para pekerja profesional. Pakar sosiologi pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Elly Malihah mengakui Revolusi Industri 4.0 yang semua serba digital menyebabkan kemampuan soft skills lebih dibutuhkan. Dengan soft skill yang baik orang akan lebih mudah mengomunikasikan, berkolaborasi, pantang menyerah, dan lainnya.

“Termasuk di dalamnya kemam puan emosional dan mengendalikan diri. Orang-orang yang sangat pintar cenderung overconfidence. Akibatnya, dia sulit untuk bekerja sama dengan lain,” ujarnya.

Senada, psikolog Universitas Maranatha Bandung Efnie Indrianie menyatakan soft skills lebih dibutuhkan karena soft skills akan meningkatkan kualitas pribadi seseorang. Semakin berkualitas pribadi, seseorang akan mudah dan mampu untuk bersaing di dunia kerja dan bisnis serta beradaptasi dengan tan tangan era digital.

Dia menyebut, soft skills yang dapat meningkatkan kuali tas pribadi saat ini antara lain rasa bersyukur (gratitude), pola pikir positif (positive mindset), siap menghadapi perubahan yang sangat cepat di era digital (flexibility), dan kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai karakter orang lain dan berbagai situasi sosial (people skills).

“Soft skills perlu dididik sejak dini melalui pola asuh orang tua. Lalu saat beranjak remaja aktiflah mengikuti organisasi dan setelah dewasa aktif bergabung dengan komunitas yang positif dan tidak melupakan aspek spiritualitas hidup,” ujarnya.

Hard Skills yang Diperlukan
Walaupun soft skills kian dibutuhkan, bukan berarti hard skills tidak lagi diperlukan. LinkedIn pun menekankan sejumlah hard skills yang patut dikuasai, terutama keahlian yang mencerminkan dampak meningkatnya dunia digital. Dengan adanya tren tersebut, Petrone menyebut komputasi cloud, AI, dan keterampilan digital.

Dunia digital juga memberi penggunaan baru untuk sejumlah skills, misalnya meningkatnya permintaan untuk produksi audio. “Ini skills yang dulu diperlukan untuk produksi radio. Saat ini skills tersebut di gunakan untuk produksi pod cast dan iklan digital,” ujar dia.

Dia lantas menuturkan, hard skills pertama yang paling di butuhkan adalah komputasi cloud. Pasalnya saat dunia bergerak menuju cloud, perusahaan-perusahaan pun sangat mencari para insinyur yang memiliki skills mengakomodasi kebutuhan ini. Selanjutnya kecerdasan buatan atau AI. Kebutuhan atas kecerdasan buatan searah dengan kebutuhan kemampuan akan penalaran analitis.

Menurut Petrone, saat perusahaan mengumpulkan data lebih banyak bila dibandingkan dengan sebelumnya, perusahaan lapar pada para profesional yang dapat membuat keputusan cerdas berdasarkan data. Hard skills lain yang dibutuhkan adalah manajemen manusia.

Dunia telah berubah dari model komando dan kontrol me nuju para pemimpin yang da pat melatih dan memberdayakan. Kemudian desain UX. Petrone menyebut desain UX menjadi kunci untuk membuat dunia digital dapat bekerja bagi manusia. Keenam, pengembangan aplikasi mobile.

“Ini skills yang diperlukan selama beberapa tahun saat perusahaan terus mendesain platform mobile pertama,” ungkap LinkedIn. Produksi video juga merupakan skills yang paling diperlukan. Permintaan untuk produksi video meningkat saat video streaming mewakili 70% dari semua lalu lintas internet konsumen. Kemudian kepemimpinan sales.

Sales menjadi salah satu skills yang selalu diperlukan dan para pemimpin sales hebat akan semakin sulit ditemukan. Kemampuan penerjemahan juga masih dibutuhkan. Menurut LinkedIn, manusia saat ini semakin terkoneksi secara global bila dibandingkan dengan sebelumnya.

Skills penerjemahan dapat meruntuhkan salah satu dari penghalang terakhir, yakni bahasa. Produksi audio juga diperlukan. Serupa dengan video, ada peningkatan minat untuk podcast dan format digital audio lainnya baru-baru ini. Kondisi ini memicu peningkatan permintaan untuk skills ini. Ke-11, pemrosesan bahasa alami.

Teknologi di balik Alexa dan Google Home, semua dari mobil kita hingga lampu sekarang sudah dapat diaktifkan dengan suara. Begitu pun komputasi ilmiah. Komputasi ilmiah digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah dengan jumlah data yang besar untuk dipertimbangkan, kebutuhan saat perusahaan terus mengumpulkan lebih banyak data. Pun kemampuan pengembangan game. “Untuk menyediakan pengalaman lebih baik bagi para pengguna digital, permintaan untuk skills ini adalah profesional yang dapat mengembangkan game online,” papar Petrone.

Skills selanjutnya yang diperlukan adalah marketing media sosial, animasi, analisis bisnis, jurnalisme, marketing di gital, desain industri, strategi kompetitif, sistem layanan kons men, pengujian software, sains data, grafik komputer, dan komunikasi korporat. (Syarifuddin/Andika Hendra/Agus Warsudi/Sabir Laluhu)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9553 seconds (0.1#10.140)