Blok Cepu Penyumbang Minyak Terbesar Kalahkan Blok Rokan
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah menetapkan Blok Cepu sebagai andalan penyumbang produksi minyak nasional terbesar mengalahkan Blok Rokan. Produksi Blok Cepu diproyeksikan bisa meningkat 220.000 barel per hari (bph) hingga 2020 mendatang.
“Blok Cepu itu sekarang menyalip Blok Rokan. Awal Plan of Development 165.000 bph lalu kami upayakan 185.000 bph lalu naik menjadi 220.000 bph,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, peningkatan produksi Blok Cepu disebabkan karena ExxonMobil selaku operator Blok Cepu memasang alat pendingin atau cooler pada mesin produksi. Fasilitas pendingin tersebut diyakini mampu mempertahankan produksi sesuai Rencana Program dan Anggaran (Work Plan & Budget/WP&B) hingga 2020.
Untuk tahun ini ditargetkan produksi Blok Cepu sebesar 216.000 bph dan akan meningkat pada 2020 sebesar 220.000 bph. Adapun produksi Blok Cepu diprediksi akan mengalami penurunan pada 2021. Namun penurunan tersebut akan ditutup dari produksi Lapangan Kedung Keris pada kuartal III/2019.
Saat berproduksi, Lapangan Kedung Keris ditargetkan mencapai 10.000 bph. “Kedung Keris saat ini dalam proses pemasangan pipa sepanjang enam kilometer. Pemasangan pipa tersebut untuk masuk di fasilitas Lapangan Banyu Urip,” terang Djoko.
Sedangkan untuk Blok Rokan yang sebelumnya menjadi andalan, produksi siap jual (lifting) sesuai WP&B hanya mencapai 190.000 bph. Adapun target tersebut turun dibandingkan realisasi tahun 2018 sebesar 209.478 bph.
Untuk diketahui, ExxonMobil selaku operator Blok Cepu menemukan Lapangan Banyu Urip dengan cadangan mencapai 450 juta barel. Blok Cepu mulai produksi sejak 2008 dengan kapasitas 20.000 barel per hari pada 2009 lalu dan terus meningkat hingga sekarang.
Pada awal Desember 2018 cadangan Blok Cepu meningkat setelah operator melakukan pembaruan data seismic reprocessing guna meningkatkan gambaran di bawah tanah permukaan.
Cadangan di Lapangan Banyu Urip mengalami peningkatan dari 779 juta menjadi 823 juta barel. Pada 2011 lalu ExxonMobil juga berhasil menemukan cadangan di Kedung Keris dengan target produksi sebesar 10.000 bph.
Djoko mengungkapkan, penurunan Blok Rokan disebabkan karena sumur-sumur minyak di sana sudah tua sehingga target produksi mengalami penurunan tahun ini. Menurut dia, penurunan produksi Blok Rokan terjadi secara alami. “Secara alamiah kalau minyak di ambil secara terus menerus akan habis,” ucapnya.
Meski Blok Cepu jadi andalan, tapi produksi Blok Rokan harus tetap dipertahankan. Realisasi lifting minyak pada 2018 mencapai 778 million barel oil per day dan lifting gas mencapai 1.139 mboepd.
Hal senada juga dikatakan Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Wisnu Prabawa Taher. Ia mengatakan bahwa penurunan produksi di Blok Rokan karena lapangannya sudah tua. “Lapangannya sudah mature,” kata dia.
Lelang Blok
Di sisi lain, pemerintah juga akan melelang lima blok migas pada tahap pertama pada 2019 ini. Adapun lima blok tersebut terdiri dari blok eksploitasi dan eksplorasi.
Djoko menyebut, lima blok itu adalah dua blok produksi yakni West Kampar dan Selat Panjang. Sedangkan yang termasuk blok eksplorasi baru yakni West Ganal, Makassar Strait, dan West Kaimana. Adapun untuk skema kontraknya menggunakan gross split. “Lelang rencananya akan dilakukan bulan ini,” kata dia.
Dia mengatakan, rencananya pada tahun ini terdapat 10 blok migas yang akan dilelang. Sedangkan lima blok sisanya akan dilelang pada tahap dua yang masih berada dalam tahap kajian.
Sementara untuk tahun lalu, Kementerian ESDM berhasil melelang sembilan blok migas yakni Citarum, East Ganal, East Seram, Southest Jambi, South Jambi B, Banyumas, South Andaman, South Sakakemang, dan Maratua. Seluruhnya mengunakan skema gross split. Realisasi tahun 2018 lalu mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2017 hanya laku dilelang lima blok migas. (Nanang Wijayanto)
“Blok Cepu itu sekarang menyalip Blok Rokan. Awal Plan of Development 165.000 bph lalu kami upayakan 185.000 bph lalu naik menjadi 220.000 bph,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, peningkatan produksi Blok Cepu disebabkan karena ExxonMobil selaku operator Blok Cepu memasang alat pendingin atau cooler pada mesin produksi. Fasilitas pendingin tersebut diyakini mampu mempertahankan produksi sesuai Rencana Program dan Anggaran (Work Plan & Budget/WP&B) hingga 2020.
Untuk tahun ini ditargetkan produksi Blok Cepu sebesar 216.000 bph dan akan meningkat pada 2020 sebesar 220.000 bph. Adapun produksi Blok Cepu diprediksi akan mengalami penurunan pada 2021. Namun penurunan tersebut akan ditutup dari produksi Lapangan Kedung Keris pada kuartal III/2019.
Saat berproduksi, Lapangan Kedung Keris ditargetkan mencapai 10.000 bph. “Kedung Keris saat ini dalam proses pemasangan pipa sepanjang enam kilometer. Pemasangan pipa tersebut untuk masuk di fasilitas Lapangan Banyu Urip,” terang Djoko.
Sedangkan untuk Blok Rokan yang sebelumnya menjadi andalan, produksi siap jual (lifting) sesuai WP&B hanya mencapai 190.000 bph. Adapun target tersebut turun dibandingkan realisasi tahun 2018 sebesar 209.478 bph.
Untuk diketahui, ExxonMobil selaku operator Blok Cepu menemukan Lapangan Banyu Urip dengan cadangan mencapai 450 juta barel. Blok Cepu mulai produksi sejak 2008 dengan kapasitas 20.000 barel per hari pada 2009 lalu dan terus meningkat hingga sekarang.
Pada awal Desember 2018 cadangan Blok Cepu meningkat setelah operator melakukan pembaruan data seismic reprocessing guna meningkatkan gambaran di bawah tanah permukaan.
Cadangan di Lapangan Banyu Urip mengalami peningkatan dari 779 juta menjadi 823 juta barel. Pada 2011 lalu ExxonMobil juga berhasil menemukan cadangan di Kedung Keris dengan target produksi sebesar 10.000 bph.
Djoko mengungkapkan, penurunan Blok Rokan disebabkan karena sumur-sumur minyak di sana sudah tua sehingga target produksi mengalami penurunan tahun ini. Menurut dia, penurunan produksi Blok Rokan terjadi secara alami. “Secara alamiah kalau minyak di ambil secara terus menerus akan habis,” ucapnya.
Meski Blok Cepu jadi andalan, tapi produksi Blok Rokan harus tetap dipertahankan. Realisasi lifting minyak pada 2018 mencapai 778 million barel oil per day dan lifting gas mencapai 1.139 mboepd.
Hal senada juga dikatakan Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Wisnu Prabawa Taher. Ia mengatakan bahwa penurunan produksi di Blok Rokan karena lapangannya sudah tua. “Lapangannya sudah mature,” kata dia.
Lelang Blok
Di sisi lain, pemerintah juga akan melelang lima blok migas pada tahap pertama pada 2019 ini. Adapun lima blok tersebut terdiri dari blok eksploitasi dan eksplorasi.
Djoko menyebut, lima blok itu adalah dua blok produksi yakni West Kampar dan Selat Panjang. Sedangkan yang termasuk blok eksplorasi baru yakni West Ganal, Makassar Strait, dan West Kaimana. Adapun untuk skema kontraknya menggunakan gross split. “Lelang rencananya akan dilakukan bulan ini,” kata dia.
Dia mengatakan, rencananya pada tahun ini terdapat 10 blok migas yang akan dilelang. Sedangkan lima blok sisanya akan dilelang pada tahap dua yang masih berada dalam tahap kajian.
Sementara untuk tahun lalu, Kementerian ESDM berhasil melelang sembilan blok migas yakni Citarum, East Ganal, East Seram, Southest Jambi, South Jambi B, Banyumas, South Andaman, South Sakakemang, dan Maratua. Seluruhnya mengunakan skema gross split. Realisasi tahun 2018 lalu mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2017 hanya laku dilelang lima blok migas. (Nanang Wijayanto)
(nfl)