Rupiah Terpukul Internal dan Eksternal ke Level Rp14.127/USD
A
A
A
JAKARTA - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan di pasar spot, Rabu (16/1/2019) terdepresiasi 37 poin atau 0,27% ke level Rp14.127 per USD, berbanding Selasa lalu di Rp14.090. Rabu ini, mata uang NKRI di indeks Bloomberg, bergerak di level Rp14.107-Rp14.156 per USD.
Senada, rupiah pada petang ini juga melemah di catatan Yahoo Finance. Mata uang kecintaan kita, terjatuh 40 poin alias 0,28% ke level Rp14.120 per USD, berbanding penutupan kemarin di Rp14.080. Hari ini, rupiah diperdagangkan di Rp14.080-Rp14.155 per USD.
Melemahnya rupiah disebabkan tingginya defisit neraca perdagangan Indonesia 2018 yang kemarin dilansir oleh BPS. Neraca perdagangan periode 2018 mengalami defisit USD8,57 miliar, merupakan yang terburuk dalam sejarah Indonesia.
Selain tekanan internal dari melemahnya neraca perdagangan, memerahnya laju rupiah juga disebabkan faktor eksternal. Melemahnya ekonomi Uni Eropa, yaitu Jerman sebagai negara ekonomi terbesar di Eropa menambah ketidakpastian global.
Hal ini ditambah dengan kekalahan telak perjanjian perceraian Brexit, dimana Parlemen menang pemungutan suara melawan pemerintahan PM Theresa May. Hasil ini membuat euro melemah 0,08% menjadi USD1,1405 dan pound tergelincir ke level USD1,2849.
Melansir dari CNBC, Rabu (16/1/2019), ketidakpastian ini memberi dukungan bagi mata uang safe haven seperti USD yang berada di zona positif sebesar 95,98. Yen Jepang sebagai aset safe haven menjadi yang paling untung, dimana menguat 108,47 terhadap USD.
Senada, rupiah pada petang ini juga melemah di catatan Yahoo Finance. Mata uang kecintaan kita, terjatuh 40 poin alias 0,28% ke level Rp14.120 per USD, berbanding penutupan kemarin di Rp14.080. Hari ini, rupiah diperdagangkan di Rp14.080-Rp14.155 per USD.
Melemahnya rupiah disebabkan tingginya defisit neraca perdagangan Indonesia 2018 yang kemarin dilansir oleh BPS. Neraca perdagangan periode 2018 mengalami defisit USD8,57 miliar, merupakan yang terburuk dalam sejarah Indonesia.
Selain tekanan internal dari melemahnya neraca perdagangan, memerahnya laju rupiah juga disebabkan faktor eksternal. Melemahnya ekonomi Uni Eropa, yaitu Jerman sebagai negara ekonomi terbesar di Eropa menambah ketidakpastian global.
Hal ini ditambah dengan kekalahan telak perjanjian perceraian Brexit, dimana Parlemen menang pemungutan suara melawan pemerintahan PM Theresa May. Hasil ini membuat euro melemah 0,08% menjadi USD1,1405 dan pound tergelincir ke level USD1,2849.
Melansir dari CNBC, Rabu (16/1/2019), ketidakpastian ini memberi dukungan bagi mata uang safe haven seperti USD yang berada di zona positif sebesar 95,98. Yen Jepang sebagai aset safe haven menjadi yang paling untung, dimana menguat 108,47 terhadap USD.
(ven)