Produk Perkeretaapian RI Bidik Pasar Asia
A
A
A
BANDUNG - Ekspor produk perkeretaapian ke Bangladesh dan Filipina menunjukkan industri dalam negeri diakui di pasar global. Langkah tersebut menjadi modal besar untuk meraih pasar lebih luas di mancanegara.
Produk perkeretaapian yang diekspor tersebut adalah bantalan rel dengan penambat rel KA-clip ke Filipina sebanyak 5 kontainer atau 345 set. Sementara ke Bangladesh telah diekspor sebanyak 15 gerbong kereta hasil produksi PT Industri Kereta Api (Inka). Adapun bantalan rel diproduksi atas kerja sama PT Pindad (Persero), PT Inka Multi Solusi Trading (IMST), dan PT Wika Beton.
Direktur Bisnis Produk Industrial Pindad Heru Puryanto mengatakan, produk yang diekspor tersebut akan menjalani uji lintasan untuk kemudian digunakan di Manila bila memenuhi syarat. Apabila seluruh proses uji berjalan dengan baik, proyek kerja sama Pindad, IMST, dan Wika ini diharapkan bisa berkelanjutan sehingga produk Indonesia bisa mendukung peningkatan transportasi di Filipina.
“Mohon doanya, semoga produk-produk hasil sinergi BUMN ini bisa lolos uji trek dan hasilnya memuaskan pengguna. Potensi pasarnya untuk ekspor sangat besar di Filipina, selain itu potensi juga terbuka untuk Bangladesh Railway,” ujar Heru.
Dia menambahkan, Pindad mengirimkan sistem penambat rel KA-clip yang merupakan karya anak bangsa dan telah memiliki paten. Produk tersebut merupakan rel penambat hasil penelitian bersama antara Pindad dan PT KAI. Produk ini juga terbukti kualitasnya karena telah digunakan PT KAI di sepanjang rel di Indonesia.
Dalam perjalanannya, KA-clip telah mengalami berbagai tahapan uji dan proses yang panjang. Di antaranya uji tarik shoulder, uji torsi shoulder, uji angkat spring clip, uji rail pad, uji gaya longitudinal, uji beban berulang, dan uji gaya lateral.
Selain KA-clip, Pindad juga telah memproduksi penambat rel lainnya seperti DE-clip dan E-clip. Kapasitas produksi sistem penambat rel di Pindad mencapai 1 juta per tahun.
Direktur Utama IMST I Gede Agus Prayatna mengatakan, program ini merupakan sasaran awal untuk mendapatkan peluang pekerjaan yang lebih besar. Proyek yang dibidik adalah jalur utama di Manila yang diperkirakan mencapai 300–400 km.
Sementara itu PT Inka (Persero) baru-baru ini mengirim kereta untuk Bangladesh Railway. Pengiriman Batch-1 ini merupakan pengiriman kereta untuk tipe BG (broad gauge) dengan jumlah total 15 gerbong. Sisanya dikirim bertahap melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, hingga Juli 2019.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah memberi penghargaan setinggi-tingginya atas keberhasilan PT Inka yang mampu memenangi tender pengadaan kereta api Bangladesh sebanyak total 250 gerbong.
“Pencapaian membanggakan ini menunjukkan kemampuan engineering dan teknologi yang bersaing di kancah industri perkeretaapian dunia,” katanya di sela pengiriman kereta di Pelabuhan Tanjung Perak pekan lalu.
Lebih jauh Airlangga mengatakan, pemerintah akan memperkuat bank ekspor untuk mendukung pembiayaan kegiatan ekspor agar industri mampu menembus pasar luar negeri.
Seiring dengan produksi gerbong untuk pasar ekspor, PT Inka juga telah meningkatkan jumlah sumber daya manusia (SDM) dari semula 5.000 pekerja menjadi 8.000 pekerja.
“PT Inka juga melakukan ekspansi fasilitas produksi di Banyuwangi,” tandasnya.
Direktur Utama PT Inka, Budi Noviantoro, mengatakan, secara keseluruhan perusahaan KA pelat merah itu memproduksi 250 kereta untuk Bangladesh Railway. Perinciannya, 50 kereta tipe BG dan 200 kereta tipe MG (metergauge).
Kereta tipe BG dan kereta tipe MG memiliki perbedaan dalam hal lebar trek (track gauge) yang digunakan. Untuk kereta tipe BG digunakan pada trek dengan lebar 1.676 mm, sedangkan kereta tipe MG digunakan pada trek dengan lebar 1.000 mm.
Tiap tipe tersebut akan dirangkai beberapa jenis kereta, baik yang menggunakan air conditioner (AC) maupun non-AC, yakni WJC (kereta tidur AC), WJCC (kereta penumpang AC), WEC (kereta penumpang non-AC), WPC (kereta pembangkit), dan WECDR (kereta makan). Pada pengiriman Batch-1 ini jenis kereta yang dikirimkan terdiri dari 1 WJC, 1 WJCC, 10 WEC, 2 WECDR, dan 1 WPC.
PT Inka merupakan pemenang tender dalam pengadaan kereta penumpang untuk Bangladesh Railway pada 2017 dengan total nilai kontrak sebesar USD100,89 juta untuk 250 kereta. Sebelumnya pada 2016, PT Inka juga telah mengekspor 150 kereta dengan nilai kontrak senilai USD72,39 juta dan 50 kereta ke Bangladesh pada 2006 dengan nilai kontrak sebesar USD13,8 juta.
Selain ke Bangladesh PT Inka juga pernah memenuhi pesanan kereta ke luar negeri lainnya meliputi power generating car (PGC) dan gerbong barang ke Malaysia, well wagon ke Singapura, ballast hopper wagon (BHW) ke Thailand, lokomotif ke Filipina, dan blizzard center sills ke Australia.
Saat ini perusahaan yang bermarkas di Madiun, Jatim, itu sedang melakukan penyelesaian produksi 438 kereta pesanan PT KAI (Persero) yang sampai saat ini telah terkirim 288 kereta. Adapun produk pesanan PT KAI lainnya adalah 31 trainset light rail transit (LRT) dengan setiap trainset terdapat 6 kereta yang akan dikirim pada pertengahan 2019. (Arif Budianto/Lukman Hakim)
Produk perkeretaapian yang diekspor tersebut adalah bantalan rel dengan penambat rel KA-clip ke Filipina sebanyak 5 kontainer atau 345 set. Sementara ke Bangladesh telah diekspor sebanyak 15 gerbong kereta hasil produksi PT Industri Kereta Api (Inka). Adapun bantalan rel diproduksi atas kerja sama PT Pindad (Persero), PT Inka Multi Solusi Trading (IMST), dan PT Wika Beton.
Direktur Bisnis Produk Industrial Pindad Heru Puryanto mengatakan, produk yang diekspor tersebut akan menjalani uji lintasan untuk kemudian digunakan di Manila bila memenuhi syarat. Apabila seluruh proses uji berjalan dengan baik, proyek kerja sama Pindad, IMST, dan Wika ini diharapkan bisa berkelanjutan sehingga produk Indonesia bisa mendukung peningkatan transportasi di Filipina.
“Mohon doanya, semoga produk-produk hasil sinergi BUMN ini bisa lolos uji trek dan hasilnya memuaskan pengguna. Potensi pasarnya untuk ekspor sangat besar di Filipina, selain itu potensi juga terbuka untuk Bangladesh Railway,” ujar Heru.
Dia menambahkan, Pindad mengirimkan sistem penambat rel KA-clip yang merupakan karya anak bangsa dan telah memiliki paten. Produk tersebut merupakan rel penambat hasil penelitian bersama antara Pindad dan PT KAI. Produk ini juga terbukti kualitasnya karena telah digunakan PT KAI di sepanjang rel di Indonesia.
Dalam perjalanannya, KA-clip telah mengalami berbagai tahapan uji dan proses yang panjang. Di antaranya uji tarik shoulder, uji torsi shoulder, uji angkat spring clip, uji rail pad, uji gaya longitudinal, uji beban berulang, dan uji gaya lateral.
Selain KA-clip, Pindad juga telah memproduksi penambat rel lainnya seperti DE-clip dan E-clip. Kapasitas produksi sistem penambat rel di Pindad mencapai 1 juta per tahun.
Direktur Utama IMST I Gede Agus Prayatna mengatakan, program ini merupakan sasaran awal untuk mendapatkan peluang pekerjaan yang lebih besar. Proyek yang dibidik adalah jalur utama di Manila yang diperkirakan mencapai 300–400 km.
Sementara itu PT Inka (Persero) baru-baru ini mengirim kereta untuk Bangladesh Railway. Pengiriman Batch-1 ini merupakan pengiriman kereta untuk tipe BG (broad gauge) dengan jumlah total 15 gerbong. Sisanya dikirim bertahap melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, hingga Juli 2019.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah memberi penghargaan setinggi-tingginya atas keberhasilan PT Inka yang mampu memenangi tender pengadaan kereta api Bangladesh sebanyak total 250 gerbong.
“Pencapaian membanggakan ini menunjukkan kemampuan engineering dan teknologi yang bersaing di kancah industri perkeretaapian dunia,” katanya di sela pengiriman kereta di Pelabuhan Tanjung Perak pekan lalu.
Lebih jauh Airlangga mengatakan, pemerintah akan memperkuat bank ekspor untuk mendukung pembiayaan kegiatan ekspor agar industri mampu menembus pasar luar negeri.
Seiring dengan produksi gerbong untuk pasar ekspor, PT Inka juga telah meningkatkan jumlah sumber daya manusia (SDM) dari semula 5.000 pekerja menjadi 8.000 pekerja.
“PT Inka juga melakukan ekspansi fasilitas produksi di Banyuwangi,” tandasnya.
Direktur Utama PT Inka, Budi Noviantoro, mengatakan, secara keseluruhan perusahaan KA pelat merah itu memproduksi 250 kereta untuk Bangladesh Railway. Perinciannya, 50 kereta tipe BG dan 200 kereta tipe MG (metergauge).
Kereta tipe BG dan kereta tipe MG memiliki perbedaan dalam hal lebar trek (track gauge) yang digunakan. Untuk kereta tipe BG digunakan pada trek dengan lebar 1.676 mm, sedangkan kereta tipe MG digunakan pada trek dengan lebar 1.000 mm.
Tiap tipe tersebut akan dirangkai beberapa jenis kereta, baik yang menggunakan air conditioner (AC) maupun non-AC, yakni WJC (kereta tidur AC), WJCC (kereta penumpang AC), WEC (kereta penumpang non-AC), WPC (kereta pembangkit), dan WECDR (kereta makan). Pada pengiriman Batch-1 ini jenis kereta yang dikirimkan terdiri dari 1 WJC, 1 WJCC, 10 WEC, 2 WECDR, dan 1 WPC.
PT Inka merupakan pemenang tender dalam pengadaan kereta penumpang untuk Bangladesh Railway pada 2017 dengan total nilai kontrak sebesar USD100,89 juta untuk 250 kereta. Sebelumnya pada 2016, PT Inka juga telah mengekspor 150 kereta dengan nilai kontrak senilai USD72,39 juta dan 50 kereta ke Bangladesh pada 2006 dengan nilai kontrak sebesar USD13,8 juta.
Selain ke Bangladesh PT Inka juga pernah memenuhi pesanan kereta ke luar negeri lainnya meliputi power generating car (PGC) dan gerbong barang ke Malaysia, well wagon ke Singapura, ballast hopper wagon (BHW) ke Thailand, lokomotif ke Filipina, dan blizzard center sills ke Australia.
Saat ini perusahaan yang bermarkas di Madiun, Jatim, itu sedang melakukan penyelesaian produksi 438 kereta pesanan PT KAI (Persero) yang sampai saat ini telah terkirim 288 kereta. Adapun produk pesanan PT KAI lainnya adalah 31 trainset light rail transit (LRT) dengan setiap trainset terdapat 6 kereta yang akan dikirim pada pertengahan 2019. (Arif Budianto/Lukman Hakim)
(nfl)