KNKS Ingin Keuangan Syariah Indonesia Menggeser Malaysia

Rabu, 30 Januari 2019 - 07:33 WIB
KNKS Ingin Keuangan Syariah Indonesia Menggeser Malaysia
KNKS Ingin Keuangan Syariah Indonesia Menggeser Malaysia
A A A
JAKARTA - Manajemen eksekutif Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) sudah bekerja selama 3 minggu sejak dilantik 3 Januari 2019 lalu. KNKS pun sudah menentukan beberapa target yang akan dilakukan. Salah satunya ingin industri keuangan dan ekonomi syariah Indonesia bisa berkembang besar mengalahkan Malaysia.

"KNKS menyadari daya serap dan kapasitas keuangan syariah belum besar, juga jenis-jenis produknya, dan instrumen keuangannya masih bervariasi dan belum mendalam. Sehingga perlu ada diversifikasi dan pendalaman jenis-jenis produknya," kata Direktur Hukum, Promosi dan Hubungan Eksternal, Taufik Hidayat kepada KORAN SINDO/SINDOnews di ruang kerjanya di Jakarta, Selasa (29/1/2019).

Menurut Taufik, KNKS memandang perlu suatu perbankan syariah yang besar. Di sisi lain, KNKS memahami untuk membentuk sebuah perbankan itu identik dengan permodalan yang besar. Artinya semakin besar suatu bank maka kapasitas penyerapannya juga semakin besar. Sementara dana yang beredar di masyarakat saat ini masih banyak diserap di perbankan konvensional.

"KNKS juga menginginkan perbankan syariah Indonesia bisa menarik dana-dana dari luar atau menjadi global hub yang selama ini relatif dikuasai Malaysia. Padahal Indonesia mempunyai potensi besar mengembangkan sektor keuangan dan ekonomi syariah dengan modal penduduk besar, wilayah besar, dan ekonomi juga besar," kata Taufik.

Taufik menyayangkan, Indonesia yang merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam tapi perkembangan ekonomi syariahnya kalah dengan Malaysia. Untuk itu, KNKS ingin mencerahkan masyarakat bahwa ekonomi syariah bersifat inklusif dan bukan eksklusif hanya untuk penduduk beragam Islam saja.

"Siapa pun bisa memanfaatkan keuangan syariah. KNKS akan mengembangkan imej-imej bahwa industri keuangan syariah harus kompetitif bersaing dengan industri keuangan konvensional. Jadi meskipun menerapkan syariat-syariat Islam namun tetap bisa kompetitif. Meski diakui saat ini industri keuangan syariah belum bisa kompetitif dengan industri keuangan konvensional," kata dia.

Taufik mengatakan, KNKS sedang memikirkan bagaimana cara agar bisa mendapatkan dana dari luar. Namun sayangnya saat ini belum ada bank investasi syariah. "Bank investasi syariah ini nantinya bisa mengeluarkan saham, mengeluarkan SUKUK, obligasi, dan right issue," ujar dia.

Di sisi lain, lanjut Taufik, KNKS melihat saat ini penghimpunan zakat sudah baik namun masih tersekat-sekat dan terpisah-pisah sporadis. KNKS ingin melihat potensi zakat ini bisa terskala dengan baik dan bisa dilakukan dengan administrasi dengan baik.

"KNKS ingin membuat sebuah sharing platform untuk mencatat transaksi zakat dengan lebih baik lagi. Meskipun saat ini sudah terekam dengan baik yang dilakukan Baznas. Nah di sini peran KNKS ingin memperkuat," kata dia.

Taufik mengatakan, KNKS akan mengusulkan adanya rekening zakat di bank-bank. Misalnya di bank di mana masyarakat menabung akan ditawari apakah akan membuka rekening zakat selain rekening tabungan yang ada selama ini. Sehingga, nantinya dari penghasilan gaji, tabungan atau deposito, secara otomatis akan terdebet ke rekening zakat.

Namun uangnya masih tetap dikuasai oleh pemilik rekening dan penggunaannya pun menjadi kewenangan sepenuhnya pemilik rekening zakat, apakah mau disalurkan ke lembaga zakat pilihannya sendiri atau mau disalurkan sendiri ke mustahiknya, terserah pemilik rekening. "Hal terpenting adalah KNKS sudah memotivasi dan memfasilitasi masyarakat untuk berzakat," kata dia.

Rencana ke depan, kata Taufik, KNKS ingin membuat studi tentang asuransi takaful yang besar. Jadi kalau ingin ikut worldwide takaful itu seperti apa formatnya. Hal ini harus diawali dengan studi terlebih dulu kelayakannya dan tahapan-tahapannya.

"KNKS juga sedang memikirkan dana-dana besar milik konglomerat Indonesia apakah memungkinkan untuk dikonversikan ke sektor keuangan syariah," ujar dia.

Terkait keuangan digital, kata Taufik, KNKS ingin memfasilitasi agar supaya semua bergerak bersama-sama untuk mendukung dan mensupport terjadinya perkembangan maupun pertumbuhan ekonomi syariah secara digital.

Kemudian KNKS juga mencermati soal marketplace yang saat ini marak di Indonesia, namun sejauh ini KNKS belum melihat marketplace spesifik yang halal. Nantinya KNKS menginginkan adanya ekosistem digital yang syariah.

"Dimulai dari marketplace-nya, sistem pembayarannya, sistem keuangannya, dan sistem ekonominya menjadi satu kesatuan terintegrasi. Untuk itu, diperlukan dorongan regulasi dan edukasi kepada masyarakat," kata Taufik.

KNKS menginginkan adanya global center of excellent for Islamic economic and finance. KNKS akan menginisiasi berdirinya pusat riset ekonomi dan keuangan syariah di dunia. KNKS ingin ahli-ahli ekonomi syariah dari seluruh dunia bisa berkontribusi ke center tersebut. Dimana KNKS mendatangkan mereka, lalu menulis jurnal, dan referensi terkait ekonomi syariah. Sebab selama ini center semacam itu hanya ada di Bahrain dan beberapa tempat lain.

"Potensi sudah ada dan harus lebih serius dibangun. KNKS juga ingin membuat platform BPRS atau BMT. Sebab saat ini, BMT masih banyak yang tidak efisien dan tidak terkelola dengan baik. Untuk itu, KNKS ingin ada sebuah platform standarisasi tertentu terkait BPRS dan BMT," pungkas Taufik.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6194 seconds (0.1#10.140)