Ekonomi Syariah Harus Jadi Arus Utama Ekonomi Nasional

Jum'at, 01 Februari 2019 - 20:37 WIB
Ekonomi Syariah Harus...
Ekonomi Syariah Harus Jadi Arus Utama Ekonomi Nasional
A A A
JAKARTA - Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) menginginkan keuangan dan ekonomi syariah menjadi arus utama atau mainstream dalam perekonomian nasional. Jadi ekonomi syariah bukan hanya sekadar jadi ekonomi alternatif seperti yang terjadi saat ini.

“Tanpa membawa ekonomi syariah ke arus utama, maka akan selamanya ekonomi syariah menjadi alternatif. Ekonomi alternatif hanya dimanfaatkan apabila di ekonomi arus utama yakni perbankan konvensional tidak bisa memenuhi aspek yang memuaskan bagi konsumennya, maka barulah konsumen mencarinya ke perbankan syariah,” kata Direktur Eksekutif KNKS Ventje Rahardjo saat menerima kunjungan KORAN SINDO dan SINDOnews.com di kantor KNKS, Jakarta, Jumat (1/2/2019).

Ventje juga didamping oleh Direktur Hukum, Promosi dan Hubungan Eksternal Taufik Hidayat , Direktur Bidang Inovasi Produk, Pendalaman Pasar, dan Pengembangan Infrastruktur Sistem Keuangan SyariahRonald Rulindo, dan Direktur Bidang Keuangan Inklusif, Dana Sosial Keagamaan, dan Keuangan Mikro SyariahAhmad Juwaini.

Menurutnya saat ini perbankan syariah masih menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat. Contohnya, tiap orang yang memiliki tabungan di bank syariah pasti memiliki tabungan utama di bank konvensional. Memang ada juga orang yang fanatik dan hanya mau menggunakan perbankan syariah, tapi jumlahnya tidak banyak dan masih cukup kecil dibandingkan dengan orang yang memilik tabungan konvensional.

“Supaya orang tertarik dengan perbankan syariah dan ekonomi syariah, maka harus memberikan nilai lebih atau terdapat diferensiasi dibandingkan dengan perbankan konvensional,” kata mantan Komisaris Utama Bank Mandiri ini.

Lebih lanjut Ventje menyayangkan produk-produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah selama ini rata-rata sama dengan yang ada di perbankan konvensional. Padahal seharusnya sama sekali berbeda dan punya nilai keunggulan lebih dibandingkan dengan bank konvesional. “Kalau yang ditawarkan oleh bank syariah sama saja dengan di bank konvesional, untuk apa orang menggunakan bank syariah,” ujar dia.

Sementara itu, Direktur Hukum, Promosi dan Hubungan Eksternal Taufik Hidayat mengungkapkan, market share perbankan syariah saat ini masih berada di kisaran 5,6% dari total industri perbankan nasional. Jumlah ini tidak kunjung membesar market sharenya, perbankan syariah masih sulit bersaing dengan perbankan konvensional.

“KNKS sedang memikirkan dan merancang bagaimana agar market share perbankan syariah bisa membesar dan menyamai market share perbankan konvensional. Perlu ada upaya ekstra melibatkan semua pihak termasuk memikirkan insentif seperti apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk mendongkrat market share perbankan syariah,” kata Taufik.

Direktur Bidang Inovasi Produk, Pendalaman Pasar, dan Pengembangan Infrastruktur Sistem Keuangan SyariahRonald Rulindo menambahkan, sebenarnya pertumbuhan bisnis perbankan syariah cukup baik berada di kisaran 11-12%. “Namun di sisi lain pertumbuhan bisnis bank konvensional melaju lebih tinggi lagi di atas pertumbuhan perbankan syariah. Sehingga jadinya perbankan syariah tertinggal dari perbankan konvesional,” kata Ronald.

Kondisi yang sama juga diungkapkan oleh Direktur Direktur Bidang Keuangan Inklusif, Dana Sosial Keagamaan, dan Keuangan Mikro Syariah Ahmad Juwaini, tentang salah satu produsen kecantikan syariah yakni kosmetik Wardah. Perusahaan itu dimulai dari UKM, awal-awal kosmetik Wardah dijajakan di masjid-masjid dan tempat pengajian ibu-ibu.

“Namun ini bisnis mereka membesar dan sudah mempunyai brand image tersendiri kalau ingin kosmetik yang halal adalah Wardah. Bahkan kini brand-brand kosmetik global seperti Unilever dan P&G meniru Wardah dengan memproduksi kosmetik yang ditujukan kepada wanita berhijab. Namun begitu ternyata di market share dan jumlah pendapatan produk kosmetik Wardah masih kalah dengan pendapat produk-produk brand global. Hal semacam ini juga akan kami kaji,” kata Ahmad Juwaini.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2257 seconds (0.1#10.140)