Darmin: Pencekalan Sawit Indonesia Tidak Masuk Akal
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai pencekalan terhadap minyak kelapa sawit asal Indonesia sebagai tindakan yang tidak masuk akal. Darmin mencurigai jika pencekalan yang dilakukan oleh Amerika Serikat maupun Eropa tersebut merupakan kesengajaan untuk menjatuhkan sawit Indonesia.
"Seharusnya tidak mengikuti irama yang sekadar mencari-cari kesalahan dari kelapa sawit tetapi berupaya menunjukkan kelebihan kekurangan dan apa hal-hal yang bisa ditempuh oleh berbagai negara termasuk Indonesia dalam persoalan pemenuhan minyak nabati dunia," ujar Darmin di Jakarta, Senin (4/1/2019).
Dia menyebutkan, alasan utama pencekalan ini adalah karena adanya persaingan dari produk yang menjadi penantang minyak nabati asal Indonesia tersebut. Apalagi, minyak sawit juga cukup banyak digunakan untuk berbagai produk.
Satuan Tugas Kelapa Sawit International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah merampungkan analisis objektif tentang dampak kelapa sawit terhadap keanekaragaman hayati secara global, serta menawarkan solusi untuk pelestarian lingkungan. Hasil studi menyimpulkan bahwa kelapa sawit sebagai sumber minyak nabati adalah yang paling efisien dan ramah lingkungan. Studi tersebut mendapati bahwa komoditas minyak nabati lainnya membutuhkan lahan sembilan kali lebih besar dibandingkan kelapa sawit.
"Kita tahu bahwa di dunia ini ada beberapa produk yang sama-sama menghasilkan minyak nabati. Selain kelapa sawit ada minyak bunga matahari, minyak kedelai, macam-macam. Studi ini agar seimbang," Katanya.
Karena itu, Darmin meminta agar terus dilakukan studi-studi lanjutan guna mendapatkan data dan informasi yang objektif berbasis ilmiah terkait komoditas kelapa sawit. Studi ini, tegas dia, hendaknya tetap menggunakan pendekatan target-target pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals). "Artinya akan semakin banyak lahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan minyak nabati jika sawit dicekal," tegasnya.
Pada tahun 2050, diperkirakan kebutuhan minyak nabati dunia sebesar 310 juta ton. Saat ini minyak kelapa sawit berkontribusi sebesar 35% dari total kebutuhan minyak nabati dunia, dengan konsumsi terbesar di India, China dan Indonesia. Adapun proporsi penggunaannya adalah 75% untuk industri pangan dan 25% untuk industri kosmetik, produk pembersih dan biofuel (bahan bakar nabati).
"Seharusnya tidak mengikuti irama yang sekadar mencari-cari kesalahan dari kelapa sawit tetapi berupaya menunjukkan kelebihan kekurangan dan apa hal-hal yang bisa ditempuh oleh berbagai negara termasuk Indonesia dalam persoalan pemenuhan minyak nabati dunia," ujar Darmin di Jakarta, Senin (4/1/2019).
Dia menyebutkan, alasan utama pencekalan ini adalah karena adanya persaingan dari produk yang menjadi penantang minyak nabati asal Indonesia tersebut. Apalagi, minyak sawit juga cukup banyak digunakan untuk berbagai produk.
Satuan Tugas Kelapa Sawit International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah merampungkan analisis objektif tentang dampak kelapa sawit terhadap keanekaragaman hayati secara global, serta menawarkan solusi untuk pelestarian lingkungan. Hasil studi menyimpulkan bahwa kelapa sawit sebagai sumber minyak nabati adalah yang paling efisien dan ramah lingkungan. Studi tersebut mendapati bahwa komoditas minyak nabati lainnya membutuhkan lahan sembilan kali lebih besar dibandingkan kelapa sawit.
"Kita tahu bahwa di dunia ini ada beberapa produk yang sama-sama menghasilkan minyak nabati. Selain kelapa sawit ada minyak bunga matahari, minyak kedelai, macam-macam. Studi ini agar seimbang," Katanya.
Karena itu, Darmin meminta agar terus dilakukan studi-studi lanjutan guna mendapatkan data dan informasi yang objektif berbasis ilmiah terkait komoditas kelapa sawit. Studi ini, tegas dia, hendaknya tetap menggunakan pendekatan target-target pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals). "Artinya akan semakin banyak lahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan minyak nabati jika sawit dicekal," tegasnya.
Pada tahun 2050, diperkirakan kebutuhan minyak nabati dunia sebesar 310 juta ton. Saat ini minyak kelapa sawit berkontribusi sebesar 35% dari total kebutuhan minyak nabati dunia, dengan konsumsi terbesar di India, China dan Indonesia. Adapun proporsi penggunaannya adalah 75% untuk industri pangan dan 25% untuk industri kosmetik, produk pembersih dan biofuel (bahan bakar nabati).
(fjo)