Reli Dolar Berhenti Karena Harapan Negosiasi Dagang AS-China
A
A
A
CHICAGO - Dolar Amerika Serikat (USD) jatuh pada perdagangan Selasa waktu setempat, mengakhiri kemenangan beruntun selama delapan sesi. Data Refinitiv menyebut ini merupakan kemenangan terbesar sejak Februari 2017. Berhentinya reli USD karena investor melihat ada harapan dalam negosiasi dagang AS dengan China.
Melansir dari Reuters, Rabu (13/2/2019), negosiator perdagangan utama dari Trump dan Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin tiba di Beijing pada Selasa kemarin, untuk pembicaraan tingkat tinggi di akhir pekan ini. Kedua negara ekonomi besar dunia tersebut berusaha menuntaskan kesepakatan dagang, diantaranya melindungi rahasia dagang perusahaan AS sehingga China bisa menghindari eskalasi tarif oleh Amerika.
Beberapa analis menyebut, perlambatan ekonomi China pada tahun lalu, akan membuat Negeri Tirai Bambu melunak dan bersedia "menurut" kepada Amerika Serikat.
"Ekonomi China sedang melambat, jadi masuk akal bila mereka bersedia duduk bersama Amerika Serikat. Ada pengaruh besar dari Amerika Serikat," kata Juan Perez, investor dan ahli strategi valuta asing di Tempus Inc., di Chicago, AS.
Harapan akan negosiasi dagang AS dengan China menurunkan selera investor untuk menumpuk USD sebagai safe haven. Hal ini membuat indeks USD yang mengukur kinerjanya melawan enam mata uang utama, turun 0,36% menjadi 96,71.
Hasil ini membuat mata uang safe haven lainnya pun melemah. Yen Jepang melemah terhadap USD menjadi 110,47 yen, dan franc Swiss melemah terhadap dolar menjadi USD1,0059. Dolar AS menyerah pada euro sebesar 0,51% menjadi USD1,1333, dan poundsterling Inggris menguat 0,35% ke level USD1,2984.
Pelemahan dolar juga didorong oleh masalah dalam negeri, dimana anggota parlemen AS hanya mencapai kesepakatan tentatif tentang pendanaan keamaan perbatasan. Hal ini demi membantu mencegah kembalinya government shutdown.
Melansir dari Reuters, Rabu (13/2/2019), negosiator perdagangan utama dari Trump dan Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin tiba di Beijing pada Selasa kemarin, untuk pembicaraan tingkat tinggi di akhir pekan ini. Kedua negara ekonomi besar dunia tersebut berusaha menuntaskan kesepakatan dagang, diantaranya melindungi rahasia dagang perusahaan AS sehingga China bisa menghindari eskalasi tarif oleh Amerika.
Beberapa analis menyebut, perlambatan ekonomi China pada tahun lalu, akan membuat Negeri Tirai Bambu melunak dan bersedia "menurut" kepada Amerika Serikat.
"Ekonomi China sedang melambat, jadi masuk akal bila mereka bersedia duduk bersama Amerika Serikat. Ada pengaruh besar dari Amerika Serikat," kata Juan Perez, investor dan ahli strategi valuta asing di Tempus Inc., di Chicago, AS.
Harapan akan negosiasi dagang AS dengan China menurunkan selera investor untuk menumpuk USD sebagai safe haven. Hal ini membuat indeks USD yang mengukur kinerjanya melawan enam mata uang utama, turun 0,36% menjadi 96,71.
Hasil ini membuat mata uang safe haven lainnya pun melemah. Yen Jepang melemah terhadap USD menjadi 110,47 yen, dan franc Swiss melemah terhadap dolar menjadi USD1,0059. Dolar AS menyerah pada euro sebesar 0,51% menjadi USD1,1333, dan poundsterling Inggris menguat 0,35% ke level USD1,2984.
Pelemahan dolar juga didorong oleh masalah dalam negeri, dimana anggota parlemen AS hanya mencapai kesepakatan tentatif tentang pendanaan keamaan perbatasan. Hal ini demi membantu mencegah kembalinya government shutdown.
(ven)