Penjualan Tahun Baru Imlek di China Menurun Drastis
A
A
A
BEIJING - Pertumbuhan ekonomi Republik Rakyat China yang melambat menjadi 6,6% pada tahun lalu--laju pertumbuhan terburuk sejak 1990--berdampak pada penjualan barang-barang di Negeri Tirai Bambu selama Tahun Baru Imlek 2019.
Akibat perlambatan ekonomi, konsumen di China memperketat belanjaan mereka selama libur Tahun Baru Imlek, yang membuat pertumbuhan penjualan selama Imlek turun menjadi satu digit. Penurunan konsumsi yang sangat drastis.
Melansir dari FXStreet, Rabu (13/2/2019), Kementerian Perdagangan China mengumumkan penjualan industri ritel dan makanan-minuman hanya tumbuh 8,5% dengan nominal 1 triliun yuan atau setara USD149 miliar, selama libur sepekan Tahun Baru Imlek.
Angka ini menurut Kementerian Perdagangan China turun 1,7% dibanding penjualan selama Tahun Baru Imlek 2018. Dan menjadi tingkat pertumbuhan terendah sejak tahun 2005.
Mengutip South China Morning Post, selain melemahnya tingkat penjualan, tingkat pendapatan pariwisata selama libur Tahun Baru Imlek 2019 juga menurun menjadi 8,2% dibanding tahun 2018 yang berada di level 12,1%. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China mengkonfirmasi selama libur sepekan, pendapatan dari pariwisata hanya mencapai 513,9 miliar yuan.
Kepala Ekonom Standard Chartered Bank di China, Ding Shuang, mengakui bahwa pertumbuhan penjualan selama libur besar tidak lagi tumbuh dua digit. "Sebenarnya penjualan bisa lebih buruk lagi jika pemerintah tidak melakukan insentif konsumsi," tukasnya.
Pemerintah China meluncurkan serangkaian insentif dengan menurunkan harga barang-barang peralatan rumah tangga. Dengan harga barang yang diturunkan, diharap bisa mendorong daya beli masyarakat demi menstabilkan perekonomian.
"Konsumsi yang lemah selama libur Imlek 2019 bukan pertanda baik bagi pertumbuhan penjualan ritel kedepannya. Konsumsi rumah tangga menurun karena perlambatan ekonomi, lemahnya sektor properti, dan menumpuknya utang," ujar ekonom di Nomura Bank di China, Lu Ting.
Karena itu, ia berharap pemerintah lebih banyak menginvestasikan dana pada bidang infrastruktur untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi China di tahun ini.
Akibat perlambatan ekonomi, konsumen di China memperketat belanjaan mereka selama libur Tahun Baru Imlek, yang membuat pertumbuhan penjualan selama Imlek turun menjadi satu digit. Penurunan konsumsi yang sangat drastis.
Melansir dari FXStreet, Rabu (13/2/2019), Kementerian Perdagangan China mengumumkan penjualan industri ritel dan makanan-minuman hanya tumbuh 8,5% dengan nominal 1 triliun yuan atau setara USD149 miliar, selama libur sepekan Tahun Baru Imlek.
Angka ini menurut Kementerian Perdagangan China turun 1,7% dibanding penjualan selama Tahun Baru Imlek 2018. Dan menjadi tingkat pertumbuhan terendah sejak tahun 2005.
Mengutip South China Morning Post, selain melemahnya tingkat penjualan, tingkat pendapatan pariwisata selama libur Tahun Baru Imlek 2019 juga menurun menjadi 8,2% dibanding tahun 2018 yang berada di level 12,1%. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China mengkonfirmasi selama libur sepekan, pendapatan dari pariwisata hanya mencapai 513,9 miliar yuan.
Kepala Ekonom Standard Chartered Bank di China, Ding Shuang, mengakui bahwa pertumbuhan penjualan selama libur besar tidak lagi tumbuh dua digit. "Sebenarnya penjualan bisa lebih buruk lagi jika pemerintah tidak melakukan insentif konsumsi," tukasnya.
Pemerintah China meluncurkan serangkaian insentif dengan menurunkan harga barang-barang peralatan rumah tangga. Dengan harga barang yang diturunkan, diharap bisa mendorong daya beli masyarakat demi menstabilkan perekonomian.
"Konsumsi yang lemah selama libur Imlek 2019 bukan pertanda baik bagi pertumbuhan penjualan ritel kedepannya. Konsumsi rumah tangga menurun karena perlambatan ekonomi, lemahnya sektor properti, dan menumpuknya utang," ujar ekonom di Nomura Bank di China, Lu Ting.
Karena itu, ia berharap pemerintah lebih banyak menginvestasikan dana pada bidang infrastruktur untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi China di tahun ini.
(ven)