Awal Tahun 2019, Neraca Perdagangan Indonesia Defisit USD1,16 Miliar

Jum'at, 15 Februari 2019 - 10:30 WIB
Awal Tahun 2019, Neraca...
Awal Tahun 2019, Neraca Perdagangan Indonesia Defisit USD1,16 Miliar
A A A
JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia di awal tahun atau periode Januari 2019 masih mengalami defisit USD1,16 miliar, berdasarkan data resmi yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS). Ekspor terus mengalami tekanan, sedangkan impor masih cukup tinggi untuk membuat defisit neraca dagang kembali terjadi.

Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan pada 2012, neraca dagang Indonesia mengalami defisit USD1,7 miliar. Kemudian pada 2013 Indonesia juga mengalami defisit USD4,08 miliar dan 2014 defisit sebesar USD1,89 miliar.

"Penurunan lebih landai, terlihat pada awal tahun yang mencapai USD1,16 miliar dan di akhir tahun saja mencapai USD8,57 miliar. Kalau kita mundur ke belakang, defisit di 2012 sebesar USD1,7 miliar, 2013 defisit USD4,08 miliar dan 2014 defisit USD1,89 miliar," katanya di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (15/1/2019).

Tercatat nilai ekspor Indonesia Januari 2019 mencapai USD13,87 miliar atau menurun 3,24% dibanding ekspor Desember 2018. Demikian juga dibanding Januari 2018 menurun 4,70%. Di sisi lain impor Indonesia Januari 2019 lebih besar dari ekspor mencapai USD15,03 miliar.

Meski tinggi, namun impor juga cenderung lebih rendah 2,19% dibanding Desember 2018, demikian pula jika dibanding Januari 2018 turun 1,83%. Lebih lanjut, Kepala BPS menerangkan Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan sebanyak enam kali. Periodenya adalah tahun 1945, 1975, 2012, 2013, 2014, dan 2018.

Hal ini diakuinya tentu harus menjadi pekerjaan yang perlu diselesaikan. "Terlihat lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, karena itu Indonesia harus bisa menekan defisit neraca perdagangan dengan meningkatkan ekspor," paparnya.

Pemerintah sendiri sudah menggulirkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan ekspor, seperti insentif untuk industri berorientasi ekspor, penyederhanaan perizinan, menurunkan biaya logistik, dan diversifikasi pasar.

Selain itu, pemerintah juga berusaha mengendalikan impor dengan mengerem laju 1.147 komoditas konsumsi dan modal. Serta berupaya menerapkan mandatori biodiesel 20% (B20). "Kita berharap tahun ini neraca perdagangan surplus," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8196 seconds (0.1#10.140)