Investor Bakal Kabur ke Vietnam Jika RI Cabut Fasilitas Kawasan Berikat-KITE
A
A
A
JAKARTA - Fasilitas kepabeanan di Kawasan Berikat (KB) dan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) menjadi alasan banyak perusahaan untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Sehingga apabila hal itu dicabut, berdasarkan survei bakal membuat banyak perusahaan-perusahaan memindahkan bisnisnya ke Vietnam.
Hasil ini berdasarkan survei yang dilakukan University Network for Indonesia Export Development (Unied) dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) terhadap 1.606 perusahaan sepanjang 2017, terdiri dari 1.244 di KB dan 362 di KITE.
Chairman Unied Arif Satria mengatakan, sebanyak 32% memilih langkah untuk pindah ke negara lain, jika fasilitas kepabeanan dicabut pemerintah. Sedangkan 27% memilih untuk melakukan pengurangan pegawai, 20% melanjutkan usaha dan 14% menutup usahanya.
"Survei manfaat ekonomi yang dihasilkan oleh fasilitas Kawasan Berikat (KB) dan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), hasil kerja sama antara Bea Cukai memperlihatkan banyak investor asing bakal kabur ke Vietnam kalau ini dihapus," ujar Arief Satria di Jakarta, Senin (18/2/2019).
Sambung dia menerangkan, sebagian besar perusahaan di KB dan KITE memilih untuk pindah ke Vietnam. Terdiri dari 54,4% perusahaan di KB dan 27,7% perusahaan di KITE. Dari survei tersebut industri yang mendominasi perpindahan ke Vietnam tersebut berkaitan dengan bidang tekstil, elektronik, alas kaki dan bahan makanan.
“Dominan pada pindah ke Vietnam paling tinggi. Itu perusahaan KB tekstil, elektronik dan alas kaki. Kalau perusahaan KITE di bidang tekstil, otomotif, bahan makanan, serta barang dari plastik, kertas dan kayu," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani akan terus mendorong kegiatan ekspor untuk meningkatkan investasi. Untuk itu, regulasi pun perlu disiapkan agar produk ekspor menjadi unggul
"Bagaimana Indonesia bisa meningkatkan kegiatan ekspor dan investasi yang mana apa sih keunggulan yang kita dukung. Kita berusaha untuk menyeimbangkan ekonomi di bidang ekspor dimana pertumbuhan ekonomi disertai dengan meningkatkan neraca perdagangan," ungkapnya.
Hasil ini berdasarkan survei yang dilakukan University Network for Indonesia Export Development (Unied) dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) terhadap 1.606 perusahaan sepanjang 2017, terdiri dari 1.244 di KB dan 362 di KITE.
Chairman Unied Arif Satria mengatakan, sebanyak 32% memilih langkah untuk pindah ke negara lain, jika fasilitas kepabeanan dicabut pemerintah. Sedangkan 27% memilih untuk melakukan pengurangan pegawai, 20% melanjutkan usaha dan 14% menutup usahanya.
"Survei manfaat ekonomi yang dihasilkan oleh fasilitas Kawasan Berikat (KB) dan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), hasil kerja sama antara Bea Cukai memperlihatkan banyak investor asing bakal kabur ke Vietnam kalau ini dihapus," ujar Arief Satria di Jakarta, Senin (18/2/2019).
Sambung dia menerangkan, sebagian besar perusahaan di KB dan KITE memilih untuk pindah ke Vietnam. Terdiri dari 54,4% perusahaan di KB dan 27,7% perusahaan di KITE. Dari survei tersebut industri yang mendominasi perpindahan ke Vietnam tersebut berkaitan dengan bidang tekstil, elektronik, alas kaki dan bahan makanan.
“Dominan pada pindah ke Vietnam paling tinggi. Itu perusahaan KB tekstil, elektronik dan alas kaki. Kalau perusahaan KITE di bidang tekstil, otomotif, bahan makanan, serta barang dari plastik, kertas dan kayu," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani akan terus mendorong kegiatan ekspor untuk meningkatkan investasi. Untuk itu, regulasi pun perlu disiapkan agar produk ekspor menjadi unggul
"Bagaimana Indonesia bisa meningkatkan kegiatan ekspor dan investasi yang mana apa sih keunggulan yang kita dukung. Kita berusaha untuk menyeimbangkan ekonomi di bidang ekspor dimana pertumbuhan ekonomi disertai dengan meningkatkan neraca perdagangan," ungkapnya.
(akr)