Dolar Menguat Seiring Solidnya Data Ekonomi dan Tenaga Kerja AS
A
A
A
NEW YORK - Indeks dolar Amerika Serikat (USD) menguat melawan enam mata uang utama, terutama yen Jepang dan euro. Mata uang George Washington terdongkrak oleh risalah pertemuan Federal Reserve, yang menyatakan ekonomi dan pasar tenaga kerja AS tetap kuat. Sebelum rilis berita acara, USD diperdagangkan lebih rendah.
Melansir dari Reuters, Kamis (21/2/2019), indeks USD yang mengukur kinerja greenback melawan enam mata uang utama, naik 0,05% menjadi 96,57. Hasil ini membuat USD naik 0,17% menjadi 110,8 yen. Dan menguat terhadap euro menjadi USD1,1346.
Namun dalam risalah tersebut, The Fed menyatakan tetap mempertahankan suku bunga. Menguatnya data ekonomi AS dan pasar tenaga kerja, membuat investor berharap The Fed menaikkan setidaknya satu kenaikan suku bunga di tahun 2019.
"Risalah The Fed menunjukkan hal lebih kuat daripada perkiraan pasar. Kini, investor berharap The Fed menaikkan suku bunga setidaknya satu kali di musim panas atau di musim gugur tahun ini," ujar Tom Galoma, direktur pelaksanan Seaport Global Holdings di New York.
Sementara itu, Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions, memprediksi The Fed akan menutup pintu untuk kenaikan suku bunga di tahun ini. Kalkulasi dia, hal ini demi mengantisipasi risiko penurunan pertumbuhan ekonomi.
"Saya menyimpulkan bahwa The Fed akan menahan suku bunga hingga akhir tahun. Saya rasa risalah tersebut konsisten dengan kebijakan The Fed yang tetap mempertahankan suku bunga stabil di pertemuan mendatang," ujarnya.
Sementara itu, yuan China menguat 0,39% terhadap USD menjadi 6,718 yuan, setelah Washington menekan Beijing untuk melakukan pelemahan mata uang, yang merupakan bagian dari kesepakatan dagang. AS meminta China tidak melakukan manipulasi mata uang dengan menurunkan nilai yuan demi menguntungkan produk mereka.
Tekanan dari AS dan kemajuan kesepakatan dagang kedua negara telah mendongkrak nilai tukar yuan. Mata uang China ini pun berkinerja kuat di sepanjang 2019 berjalan.
Melansir dari Reuters, Kamis (21/2/2019), indeks USD yang mengukur kinerja greenback melawan enam mata uang utama, naik 0,05% menjadi 96,57. Hasil ini membuat USD naik 0,17% menjadi 110,8 yen. Dan menguat terhadap euro menjadi USD1,1346.
Namun dalam risalah tersebut, The Fed menyatakan tetap mempertahankan suku bunga. Menguatnya data ekonomi AS dan pasar tenaga kerja, membuat investor berharap The Fed menaikkan setidaknya satu kenaikan suku bunga di tahun 2019.
"Risalah The Fed menunjukkan hal lebih kuat daripada perkiraan pasar. Kini, investor berharap The Fed menaikkan suku bunga setidaknya satu kali di musim panas atau di musim gugur tahun ini," ujar Tom Galoma, direktur pelaksanan Seaport Global Holdings di New York.
Sementara itu, Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions, memprediksi The Fed akan menutup pintu untuk kenaikan suku bunga di tahun ini. Kalkulasi dia, hal ini demi mengantisipasi risiko penurunan pertumbuhan ekonomi.
"Saya menyimpulkan bahwa The Fed akan menahan suku bunga hingga akhir tahun. Saya rasa risalah tersebut konsisten dengan kebijakan The Fed yang tetap mempertahankan suku bunga stabil di pertemuan mendatang," ujarnya.
Sementara itu, yuan China menguat 0,39% terhadap USD menjadi 6,718 yuan, setelah Washington menekan Beijing untuk melakukan pelemahan mata uang, yang merupakan bagian dari kesepakatan dagang. AS meminta China tidak melakukan manipulasi mata uang dengan menurunkan nilai yuan demi menguntungkan produk mereka.
Tekanan dari AS dan kemajuan kesepakatan dagang kedua negara telah mendongkrak nilai tukar yuan. Mata uang China ini pun berkinerja kuat di sepanjang 2019 berjalan.
(ven)