Kolaborasi Produk Kelapa Sawit RI dengan India Terus Didorong
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menekankan pentingnya perdagangan dengan mengutamakan prinsip kemitraan dan kolaborasi. Terutama dengan India yang merupakan mitra dagang Indonesia terbesar ke-4.
“Namun perdagangan bukan mengenai peringkat, dan tidak hanya mengenai surplus atau defisit. Perdagangan adalah mengenai kemitraan, bagaimana kita dapat menyediakan kebutuhan negara mitra dan bagaimana perdagangan dapat berkontribusi untuk perkembangan nasional dan negara lain,” ujar Mendag Enggar di Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Sambung dia menyampaikan, minyak kelapa sawit dan produk turunannya memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia. Sebanyak 60% total nilai ekspor Indonesia berasal dari minyak kelapa sawit dan merupakan sumber penghasilan bagi 16,5 juta pekerja langsung dan tidak langsung. "Industri minyak kelapa sawit Indonesia juga berkontribusi terhadap lebih dari 50% total produksi dunia," kayanya
Mendag juga menerangkan, Indonesia berbagi tanggung jawab dalam menjaga ketersediaan minyak kelapa sawit, penyediaan tenaga kerja, dan pengentasan kemiskinan di dunia. Hal ini penting, mengingat permintaan dunia atas minyak kelapa sawit diprediksi akan meningkat dua kali lipat menjadi 308 juta ton pada tahun 2050.
“Minyak kelapa sawit bagi Indonesia memiliki nilai penting seperti gula bagi India karena Industri tersebut mempekerjakan jutaan orang. Selain itu, komoditas ini bukan hanya sebuah produk, namun memiliki nilai yang merepresentasikan orang dan budaya kita,” jelasnya.
Saat ini, Pemanfaatan minyak kelapa sawit tidak hanya digunakan untuk produk kebutuhan sehari-hari, namun saat ini juga digunakan sebagai isolator, bahan campuran aspal jalan, biofuel, dan pembangkit listrik berbahan bakar minyak kelapa sawit. Ke depan, komoditas ini juga dapat berkontribusi terhadap teknologi selulosa, yang diyakini sebagai pengemban
Sektor pemrosesan kelapa sawit secara langsung dan tidak langsung menciptakan lapangan kerja di India dan di dunia. Penyerapan tenaga kerja di sektor ini, khususnya produk minyak nabati dan produk margarin mencapai angka 8,8 juta orang di India. Selain itu, di Indonesia industri ini menggunakan peralatan seperti ketel (boiler) dan pembangkit listrik ukuran kecil dan medium yang diproduksi di India.
“Hambatan tarif maupun nontarif pada perdagangan di antara kedua negara akan sangat mempengaruhi harga dasar penjualan yang pada akhirnya juga akan membebani industri di India,” tegasnya.
“Namun perdagangan bukan mengenai peringkat, dan tidak hanya mengenai surplus atau defisit. Perdagangan adalah mengenai kemitraan, bagaimana kita dapat menyediakan kebutuhan negara mitra dan bagaimana perdagangan dapat berkontribusi untuk perkembangan nasional dan negara lain,” ujar Mendag Enggar di Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Sambung dia menyampaikan, minyak kelapa sawit dan produk turunannya memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia. Sebanyak 60% total nilai ekspor Indonesia berasal dari minyak kelapa sawit dan merupakan sumber penghasilan bagi 16,5 juta pekerja langsung dan tidak langsung. "Industri minyak kelapa sawit Indonesia juga berkontribusi terhadap lebih dari 50% total produksi dunia," kayanya
Mendag juga menerangkan, Indonesia berbagi tanggung jawab dalam menjaga ketersediaan minyak kelapa sawit, penyediaan tenaga kerja, dan pengentasan kemiskinan di dunia. Hal ini penting, mengingat permintaan dunia atas minyak kelapa sawit diprediksi akan meningkat dua kali lipat menjadi 308 juta ton pada tahun 2050.
“Minyak kelapa sawit bagi Indonesia memiliki nilai penting seperti gula bagi India karena Industri tersebut mempekerjakan jutaan orang. Selain itu, komoditas ini bukan hanya sebuah produk, namun memiliki nilai yang merepresentasikan orang dan budaya kita,” jelasnya.
Saat ini, Pemanfaatan minyak kelapa sawit tidak hanya digunakan untuk produk kebutuhan sehari-hari, namun saat ini juga digunakan sebagai isolator, bahan campuran aspal jalan, biofuel, dan pembangkit listrik berbahan bakar minyak kelapa sawit. Ke depan, komoditas ini juga dapat berkontribusi terhadap teknologi selulosa, yang diyakini sebagai pengemban
Sektor pemrosesan kelapa sawit secara langsung dan tidak langsung menciptakan lapangan kerja di India dan di dunia. Penyerapan tenaga kerja di sektor ini, khususnya produk minyak nabati dan produk margarin mencapai angka 8,8 juta orang di India. Selain itu, di Indonesia industri ini menggunakan peralatan seperti ketel (boiler) dan pembangkit listrik ukuran kecil dan medium yang diproduksi di India.
“Hambatan tarif maupun nontarif pada perdagangan di antara kedua negara akan sangat mempengaruhi harga dasar penjualan yang pada akhirnya juga akan membebani industri di India,” tegasnya.
(akr)