Airnav: Kami Monopoli, Tapi Bukan Cari Keuntungan
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama Perum LPPNPI atau AirNav Indonesia Novie Riyanto menyatakan, memonopoli bisnis di bidang usaha pelayanan navigasi udara. Sebab, tidak ada perusahaan yang bergerak di bidang serupa di Tanah Air.
“Kami monopoli, tetapi target kami bukan mencari keuntungan melainkan fokus terhadap pelayanan, pelayanan, dan pelayanan,” ujar Novie di Jakarta.
Menurut dia, walaupun Airnav tidak berorientasi terhadap keuntungan, namun kinerja keuangan dalam enam tahun terakhir atau periode 2013-2018 tidak pernah menunjukkan rapor merah. Pada 2018, Airnav mencatat laba dan pendapatan masing-masing Rp388 miliar dan Rp3,2 triliun.
“Intinya, dalam lima tahun terakhir sejak beroperasinya Airnav (2013), kami tidak pernah rugi,” tegasnya.
Selain itu, Airnav juga diuntungkan jika nilai tukar dolar AS terhadap Rupiah menguat. Hal ini disebabkan 70% pendapatan perseroan dikontribusi oleh dolar AS. “Bisa dibilang kami sangat diuntungkan kalau dolar AS menguat,” sambung dia.
Pada tahun ini, Airnav menganggarkan belanja modal sebesar Rp2,6 triliun. Rincian penggunaannya adalah peralatan communication adalah Rp260,4 miliar (10%), navigation Rp113,5 miliar (4%), surveillance Rp222 miliar (9%), automation Rp1,1 triliun (44%), mechanical & electrical Rp71,4 miliar (3%) serta building & supporting Rp779,7 miliar (30%).
“Salah satu penggalangan dana kami berasal dari tiket penumpang. Sekitar 1,5% biaya operasional maskapai penebangan dialokasikan untuk kami,” jelasnya.
“Kami monopoli, tetapi target kami bukan mencari keuntungan melainkan fokus terhadap pelayanan, pelayanan, dan pelayanan,” ujar Novie di Jakarta.
Menurut dia, walaupun Airnav tidak berorientasi terhadap keuntungan, namun kinerja keuangan dalam enam tahun terakhir atau periode 2013-2018 tidak pernah menunjukkan rapor merah. Pada 2018, Airnav mencatat laba dan pendapatan masing-masing Rp388 miliar dan Rp3,2 triliun.
“Intinya, dalam lima tahun terakhir sejak beroperasinya Airnav (2013), kami tidak pernah rugi,” tegasnya.
Selain itu, Airnav juga diuntungkan jika nilai tukar dolar AS terhadap Rupiah menguat. Hal ini disebabkan 70% pendapatan perseroan dikontribusi oleh dolar AS. “Bisa dibilang kami sangat diuntungkan kalau dolar AS menguat,” sambung dia.
Pada tahun ini, Airnav menganggarkan belanja modal sebesar Rp2,6 triliun. Rincian penggunaannya adalah peralatan communication adalah Rp260,4 miliar (10%), navigation Rp113,5 miliar (4%), surveillance Rp222 miliar (9%), automation Rp1,1 triliun (44%), mechanical & electrical Rp71,4 miliar (3%) serta building & supporting Rp779,7 miliar (30%).
“Salah satu penggalangan dana kami berasal dari tiket penumpang. Sekitar 1,5% biaya operasional maskapai penebangan dialokasikan untuk kami,” jelasnya.
(akr)