Sepikiran dengan Ahmad Zaky, Guru Besar Ini Dorong Anggaran Riset Digenjot
A
A
A
JAKARTA - Dorongan agar pemerintah meningkatkan anggaran penelitian dan pengembangan (research and development/R&D) masih bermunculan. Kali ini, desakan muncul dari Guru Besar FMIPA ITB Hendra Gunawan yang menilai pemerintah harus segera meningkatkan anggaran riset dan pengembangan seiring langkah Indonesia memasuki era revolusi industri 4.0.
Hendra menyoal anggaran R&D yang saat ini hanya sekitar 0,08% dari produk domestik bruto (PDB) negara ini. Menurut dia, anggaran R&D setidaknya harus mencapai 1% dari PDB. "Jika ingin jadi negara maju, anggaran risetnya harus 1% dari PDB," ujar Hendra saat dihubungi media, akhir pekan ini.
Saat ini, PDB Indonesia sekitar USD1 triliun atau setara Rp14.000 triliun, sehingga dengan kebutuhan 1% untuk R&D, anggaran penelitian dan pengembangan yang harusnya dikucurkan negara mencapai Rp140 triliun (sekitar USD10 miliar).
Hendra menegaskan, anggaran riset ini sangat berguna untuk meningkatkan daya saing bangsa. Pemerintah, tegas dia, harus serius dalam mengembangkan anggaran riset ini . Jika tidak, lanjutnya, peningkatan ekonomi tak akan mudah dicapai.
Sebelumnya, persoalan minimnya anggaran riset ini sempat menjadi sorotan berkat cuitan CEO Bukalapak Achmad Zaky yang menyebutkan anggaran riset Indonesia terlalu kecil. Menurutnya, peningkatan anggaran riset dan pengembangan dibutuhkan agar Indonesia siap menghadapi revolusi industri 4.0.
"Omong kosong industri 4.0 kalau budget R&D; negara kita kaya gini (2016, in USD) 1. AS 511 B (billion); 2. China 451 B; 3 Jepang 165 B; 4. Jerman 118 B; 5. Korea 91 B; 11. Taiwan 33 B; 14. Australia 23 B; 24. Malaysia 10 B; 25. Spore 10 B; 43. Indonesia 2 B," tulis Zaky di cuitannya beberapa waktu lalu.
Zaky mengatakan bahwa pada prinsipnya ia sangat memperhatikan kemajuan industri teknologi di Indonesia. Ia sangat berharap agar investasi dalam bidang riset dan SDM tingkat tinggi bisa menjadi salah satu pendorong kemajuan Indonesia.
Hendra menyoal anggaran R&D yang saat ini hanya sekitar 0,08% dari produk domestik bruto (PDB) negara ini. Menurut dia, anggaran R&D setidaknya harus mencapai 1% dari PDB. "Jika ingin jadi negara maju, anggaran risetnya harus 1% dari PDB," ujar Hendra saat dihubungi media, akhir pekan ini.
Saat ini, PDB Indonesia sekitar USD1 triliun atau setara Rp14.000 triliun, sehingga dengan kebutuhan 1% untuk R&D, anggaran penelitian dan pengembangan yang harusnya dikucurkan negara mencapai Rp140 triliun (sekitar USD10 miliar).
Hendra menegaskan, anggaran riset ini sangat berguna untuk meningkatkan daya saing bangsa. Pemerintah, tegas dia, harus serius dalam mengembangkan anggaran riset ini . Jika tidak, lanjutnya, peningkatan ekonomi tak akan mudah dicapai.
Sebelumnya, persoalan minimnya anggaran riset ini sempat menjadi sorotan berkat cuitan CEO Bukalapak Achmad Zaky yang menyebutkan anggaran riset Indonesia terlalu kecil. Menurutnya, peningkatan anggaran riset dan pengembangan dibutuhkan agar Indonesia siap menghadapi revolusi industri 4.0.
"Omong kosong industri 4.0 kalau budget R&D; negara kita kaya gini (2016, in USD) 1. AS 511 B (billion); 2. China 451 B; 3 Jepang 165 B; 4. Jerman 118 B; 5. Korea 91 B; 11. Taiwan 33 B; 14. Australia 23 B; 24. Malaysia 10 B; 25. Spore 10 B; 43. Indonesia 2 B," tulis Zaky di cuitannya beberapa waktu lalu.
Zaky mengatakan bahwa pada prinsipnya ia sangat memperhatikan kemajuan industri teknologi di Indonesia. Ia sangat berharap agar investasi dalam bidang riset dan SDM tingkat tinggi bisa menjadi salah satu pendorong kemajuan Indonesia.
(fjo)