Indonesia-Bangladesh Mulai Perundingan Pertama PTA
A
A
A
JAKARTA - Indonesia dan Bangladesh hari ini menyelesaikan perundingan pertama Indonesia-Bangladesh Preferential Trade Agreement (IB-PTA) di Dhaka, Bangladesh. Perundingan tersebut menandai upaya Indonesia untuk meningkatkan akses pasar ke negara-negara nontradisional.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebutkan, pertemuan ini cukup bersejarah, karena IB-PTA berhasil dilaksanakan setelah dipersiapkan selama setahun dan dilaksanakan setelah kedua kepala negara melakukan pertemuan di Dhaka pada 28 Januari 2018.
Pada perundingan ini, delegasi Indonesia dipimpin Direktur Perundingan Bilateral Kemendag Ni Made Ayu Marthini; sementara, delegasi Bangladesh dipimpin Additional Secretary (Head of FTA Wing) Kementerian Perdagangan Bangladesh, Shafiqul Islam.
"Perundingan pertama berlangsung produktif. Kedua delegasi berhasil mengadopsi Terms of Reference (TOR) IB-PTA yang merupakan landasan dan prinsip perundingan. Kedua negara sepakat menargetkan penyelesaian perundingan paling lambat semester pertama tahun 2020," ujar Made dalam keterangan resminya, Kamis (28/2/2019).
Kedua delegasi yakin bahwa komitmen tersebut akan meningkatkan perdagangan kedua negara dan mendukung perekonomian di masing-masing negara. Bangladesh merupakan pasar besar dengan jumlah penduduk kurang lebih 157 juta orang dan pada 2017 memiliki pertumbuhan ekonomi sebesar 7,1%.
"Kita perlu segera menyelesaikan dan memanfaatkan kerja sama PTA ini untuk memperluas pasar tujuan ekspor utama Indonesia," tegas Made.
Total perdagangan Indonesia-Bangladesh pada 2018 mencapai USD1,97 miliar, dengan nilai surplus untuk Indonesia sebesar USD1,79 miliar. Bangladesh menempati peringkat ke-20 sebagai negara tujuan ekspor utama Indonesia dan menempati urutan ke-67 sebagai negara sumber impor utama Indonesia.
Nilai ekspor Indonesia ke Bangladesh pada 2018 tercatat sebesar USD1,89 miliar atau naik 18,32% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai USD1,59 miliar. Sementara itu, impor Indonesia dari Bangladesh pada 2018 mencapai nilai USD89,46 juta atau naik 22,32% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai USD73,14 juta.
Komoditas ekspor andalan Indonesia ke Bangladesh pada tahun 2018 adalah minyak kelapa sawit dan turunannya, batu bara, briket, ovoid dan bahan bakar padat sejenis yang diproduksi dari batu bara, bubur kayu kimia, soda atau sulfat, benang serat stapel tiruan dan serat stapel tiruan.
Sementara komoditas impor utama Indonesia dari Bangladesh pada tahun 2018 adalah benang rami, kaos, singlet dan rompi, karung dan tas, pakaian wanita atau anak perempuan, dan pakaian pria dewasa atau anak laki-laki.
Made menambahkan, kedua negara sepakat bertemu kembali di Indonesia pada Juli 2019 untuk putaran kedua Trade Negotiating Committee (TNC) IB-PTA. Pertemuan tersebut untuk membahas isu-isu yang masih tertunda, termasuk pembahasan akses pasar.
"Kedua negara juga akan melakukan pertemuan intersesi guna mempercepat penyelesaian perundingan. Oleh sebab itu, ini saatnya kedua delegasi melakukan putaran konsultasi domestik agar mendapat masukan dan posisi," pungkasnya.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebutkan, pertemuan ini cukup bersejarah, karena IB-PTA berhasil dilaksanakan setelah dipersiapkan selama setahun dan dilaksanakan setelah kedua kepala negara melakukan pertemuan di Dhaka pada 28 Januari 2018.
Pada perundingan ini, delegasi Indonesia dipimpin Direktur Perundingan Bilateral Kemendag Ni Made Ayu Marthini; sementara, delegasi Bangladesh dipimpin Additional Secretary (Head of FTA Wing) Kementerian Perdagangan Bangladesh, Shafiqul Islam.
"Perundingan pertama berlangsung produktif. Kedua delegasi berhasil mengadopsi Terms of Reference (TOR) IB-PTA yang merupakan landasan dan prinsip perundingan. Kedua negara sepakat menargetkan penyelesaian perundingan paling lambat semester pertama tahun 2020," ujar Made dalam keterangan resminya, Kamis (28/2/2019).
Kedua delegasi yakin bahwa komitmen tersebut akan meningkatkan perdagangan kedua negara dan mendukung perekonomian di masing-masing negara. Bangladesh merupakan pasar besar dengan jumlah penduduk kurang lebih 157 juta orang dan pada 2017 memiliki pertumbuhan ekonomi sebesar 7,1%.
"Kita perlu segera menyelesaikan dan memanfaatkan kerja sama PTA ini untuk memperluas pasar tujuan ekspor utama Indonesia," tegas Made.
Total perdagangan Indonesia-Bangladesh pada 2018 mencapai USD1,97 miliar, dengan nilai surplus untuk Indonesia sebesar USD1,79 miliar. Bangladesh menempati peringkat ke-20 sebagai negara tujuan ekspor utama Indonesia dan menempati urutan ke-67 sebagai negara sumber impor utama Indonesia.
Nilai ekspor Indonesia ke Bangladesh pada 2018 tercatat sebesar USD1,89 miliar atau naik 18,32% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai USD1,59 miliar. Sementara itu, impor Indonesia dari Bangladesh pada 2018 mencapai nilai USD89,46 juta atau naik 22,32% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai USD73,14 juta.
Komoditas ekspor andalan Indonesia ke Bangladesh pada tahun 2018 adalah minyak kelapa sawit dan turunannya, batu bara, briket, ovoid dan bahan bakar padat sejenis yang diproduksi dari batu bara, bubur kayu kimia, soda atau sulfat, benang serat stapel tiruan dan serat stapel tiruan.
Sementara komoditas impor utama Indonesia dari Bangladesh pada tahun 2018 adalah benang rami, kaos, singlet dan rompi, karung dan tas, pakaian wanita atau anak perempuan, dan pakaian pria dewasa atau anak laki-laki.
Made menambahkan, kedua negara sepakat bertemu kembali di Indonesia pada Juli 2019 untuk putaran kedua Trade Negotiating Committee (TNC) IB-PTA. Pertemuan tersebut untuk membahas isu-isu yang masih tertunda, termasuk pembahasan akses pasar.
"Kedua negara juga akan melakukan pertemuan intersesi guna mempercepat penyelesaian perundingan. Oleh sebab itu, ini saatnya kedua delegasi melakukan putaran konsultasi domestik agar mendapat masukan dan posisi," pungkasnya.
(fjo)