Aduh Mak! Rupiah Terpuruk Jadi Rp14.120/USD
A
A
A
JAKARTA - Berbeda dengan IHSG yang ditutup ciamik di awal Maret ini, kurs rupiah berakhir terpuruk. Pertumbuhan PDB Amerika Serikat pada kuartal IV-2018 yang lebih kuat serta imbal hasil surat utang AS bertenor 10 tahun yang lebih tinggi, membuat dolar Amerika Serikat (USD) menjadi primadona.
Kondisi tersebut mengempaskan mayoritas mata uang Asia, termasuk rupiah. Indeks Bloomberg pada Jumat (1/3/2019) petang, mencatat mata uang NKRI jatuh 51 poin atau 0,36% ke level Rp14.120 per USD.
Pagi tadi, rupiah dibuka sudah meluncur 31 poin ke level Rp14.100, lebih rendah dari akhir Februari lalu di level Rp14.069 per USD. Jumat ini, rupiah bergerak di kisaran Rp14.100-Rp14.129 per USD.
Data Bloomberg mencatat sejumlah mata uang Asia yang melemah adalah yen Jepang -0,42% menjadi 111,86 yen, baht Thailand -0,38%, ketiga adalah rupiah, selanjutnya ringgit Malaysia -0,21%, yuan China -0,19%, rupee India -0,17%, dan peso Filipina -0,09% ke level 51,74 peso.
Data Yahoo Finance pada petang ini memantau, rupiah terdepresiasi 55 poin alias 0,39% menjadi Rp14.115 per USD. Kamis akhir Februari kemarin, rupiah ditutup di level Rp14.060 per USD. Hari ini, rupiah diperdagangkan di Rp14.058-Rp14.130 per USD.
Greenback--sebutan dolar AS--pulih dan mencapai level tertinggi 10 minggu berkat data PDB yang mumpuni dan imbal hasil lebih besar yang memikat investor. Melansir dari Reuters, Jumat (1/3/2019), PDB Amerika pada kuartal IV-2018 tumbuh 2,6%, diatas perkiraan para ekonom sebesar 2,3%.
Pertumbuhan itu mendorong imbal hasil surat utang pemerintah AS (US Treasury) bertenor 10 tahun mencapai 2,7204%, setelah melonjak 2,731% pada sesi sebelumnya, yang merupakan level tertinggi sejak 6 Februari.
Sehingga indeks USD yang mengukur kinerja greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,2% menjadi 96,325. Mengirim euro tergelincir 0,1% menjadi USD1,1360, memukul dolar Australia di USD0,7096, dan poundsterling Inggris berubah di USD1,3250.
Kondisi tersebut mengempaskan mayoritas mata uang Asia, termasuk rupiah. Indeks Bloomberg pada Jumat (1/3/2019) petang, mencatat mata uang NKRI jatuh 51 poin atau 0,36% ke level Rp14.120 per USD.
Pagi tadi, rupiah dibuka sudah meluncur 31 poin ke level Rp14.100, lebih rendah dari akhir Februari lalu di level Rp14.069 per USD. Jumat ini, rupiah bergerak di kisaran Rp14.100-Rp14.129 per USD.
Data Bloomberg mencatat sejumlah mata uang Asia yang melemah adalah yen Jepang -0,42% menjadi 111,86 yen, baht Thailand -0,38%, ketiga adalah rupiah, selanjutnya ringgit Malaysia -0,21%, yuan China -0,19%, rupee India -0,17%, dan peso Filipina -0,09% ke level 51,74 peso.
Data Yahoo Finance pada petang ini memantau, rupiah terdepresiasi 55 poin alias 0,39% menjadi Rp14.115 per USD. Kamis akhir Februari kemarin, rupiah ditutup di level Rp14.060 per USD. Hari ini, rupiah diperdagangkan di Rp14.058-Rp14.130 per USD.
Greenback--sebutan dolar AS--pulih dan mencapai level tertinggi 10 minggu berkat data PDB yang mumpuni dan imbal hasil lebih besar yang memikat investor. Melansir dari Reuters, Jumat (1/3/2019), PDB Amerika pada kuartal IV-2018 tumbuh 2,6%, diatas perkiraan para ekonom sebesar 2,3%.
Pertumbuhan itu mendorong imbal hasil surat utang pemerintah AS (US Treasury) bertenor 10 tahun mencapai 2,7204%, setelah melonjak 2,731% pada sesi sebelumnya, yang merupakan level tertinggi sejak 6 Februari.
Sehingga indeks USD yang mengukur kinerja greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,2% menjadi 96,325. Mengirim euro tergelincir 0,1% menjadi USD1,1360, memukul dolar Australia di USD0,7096, dan poundsterling Inggris berubah di USD1,3250.
(ven)