IA-CEPA Diteken, 6.475 Produk Asal Indonesia Bebas Bea Masuk ke Australia
A
A
A
JAKARTA - Indonesia dan Australia resmi menjalin kerjasama ekonomi, usai dilakukan penandatangan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Perjanjian perdagangan bilateral tersebut memberikan kemudahan akses pasar antar kedua negara dengan pembebasan tarif bea masuk menjadi 0%.
Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menerangkan, terdapat sebanyak 6.475 barang asal Indonesia akan dibebaskan dari bea masuk. Sedangkan, terdapat 94% komoditas Australia ke Indonesia yang mendapatkan tarif bea 0%.
"Perjanjian ini akan menghilangkan 100% pos tarif dari Australia (barang Indonesia ke Australia), sedangkan 94% dari pos tarif Indonesia (barang Australia ke Indonesia) akan secara bertahap dihapuskan," ujar Menteri Perdagangan (Mendag) RI Enggartiasto Lukita dalam dalam acara penandatanganan perjanjian dagang IA-CEPA di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Senin (4/3/2019).
Sambung dia menjelaskan, sektor industri utama kedua negara yang akan mendapatkan manfaat dari penghapusan tarif ini yakni otomotif, tekstil, karpet/permadani, agribisnis, makanan dan minuman, hingga furnitur berbahan kayu. Selain itu pembebasan tarif bea, perjanjian tersebut juga melingkupi pengurangan hambatan non-tarif, fasilitasi perdagangan, serta berbagai kemudahan untuk mengakses pasar jasa dan investasi di berbagai sektor.
"Perjanjian ini bertujuan untuk kemitraan ekonomi yang lebih komprehensif, berkualitas tinggi dan saling menguntungkan antara Indonesia dan Australia yang mencakup perdagangan barang, perdagangan jasa, perdagangan elektronik, investasi, kerja sama ekonomi, persaingan, dan ketentuan hukum," jelasnya.
Enggar menyatakan, perjanjian ini juga akan memberikan perlindungan investasi yang lebih kuat, dan mempromosikan iklim bisnis yang lebih stabil serta dapat diprediksi sehingga memungkinkan semakin besarnya aliran investasi langsung asing yang masuk. Terutama pada sektor-sektor seperti pertambangan, energi, besi dan baja, keuangan, pendidikan vokasi dan pariwisata, kesehatan, dan agribisnis.
Dia juga menjelaskan, kemitraan ini mendorong kedua negara dalam pengembangan sumber daya manusia, memfasilitasi inovasi, mendorong integrasi ke dalam rantai nilai global. "Misalnya dengan cara membangun program pertukaran keterampilan, pelatihan berbasis tempat kerja, hingga mengembangkan pusat inovasi makanan," papar Enggar.
Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menerangkan, terdapat sebanyak 6.475 barang asal Indonesia akan dibebaskan dari bea masuk. Sedangkan, terdapat 94% komoditas Australia ke Indonesia yang mendapatkan tarif bea 0%.
"Perjanjian ini akan menghilangkan 100% pos tarif dari Australia (barang Indonesia ke Australia), sedangkan 94% dari pos tarif Indonesia (barang Australia ke Indonesia) akan secara bertahap dihapuskan," ujar Menteri Perdagangan (Mendag) RI Enggartiasto Lukita dalam dalam acara penandatanganan perjanjian dagang IA-CEPA di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Senin (4/3/2019).
Sambung dia menjelaskan, sektor industri utama kedua negara yang akan mendapatkan manfaat dari penghapusan tarif ini yakni otomotif, tekstil, karpet/permadani, agribisnis, makanan dan minuman, hingga furnitur berbahan kayu. Selain itu pembebasan tarif bea, perjanjian tersebut juga melingkupi pengurangan hambatan non-tarif, fasilitasi perdagangan, serta berbagai kemudahan untuk mengakses pasar jasa dan investasi di berbagai sektor.
"Perjanjian ini bertujuan untuk kemitraan ekonomi yang lebih komprehensif, berkualitas tinggi dan saling menguntungkan antara Indonesia dan Australia yang mencakup perdagangan barang, perdagangan jasa, perdagangan elektronik, investasi, kerja sama ekonomi, persaingan, dan ketentuan hukum," jelasnya.
Enggar menyatakan, perjanjian ini juga akan memberikan perlindungan investasi yang lebih kuat, dan mempromosikan iklim bisnis yang lebih stabil serta dapat diprediksi sehingga memungkinkan semakin besarnya aliran investasi langsung asing yang masuk. Terutama pada sektor-sektor seperti pertambangan, energi, besi dan baja, keuangan, pendidikan vokasi dan pariwisata, kesehatan, dan agribisnis.
Dia juga menjelaskan, kemitraan ini mendorong kedua negara dalam pengembangan sumber daya manusia, memfasilitasi inovasi, mendorong integrasi ke dalam rantai nilai global. "Misalnya dengan cara membangun program pertukaran keterampilan, pelatihan berbasis tempat kerja, hingga mengembangkan pusat inovasi makanan," papar Enggar.
(akr)