OPEC: Tak Ada Perubahan Kebijakan pada Pertemuan April
A
A
A
NEW DELHI - Menteri Perminyakan Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan pada hari Minggu (10/3/2019) bahwa China dan Amerika Serikat (AS) akan memimpin permintaan minyak global yang sehat untuk tahun ini. Kendati demikian, dia mengatakan, terlalu dini untuk mengubah kebijakan produksi OPEC + pada pertemuan berikutnya di bulan April mendatang.
"Jika Anda melihat Venezuela sendirian, Anda akan panik, jika Anda melihat AS, Anda akan mengatakan dunia dipenuhi minyak. Artinya, Anda harus melihat pasar secara keseluruhan. Kami pikir permintaan 2019 sebenarnya cukup sehat," kata Falih kepada Reuters.
Dia mengatakan total permintaan minyak global diperkirakan akan tumbuh sekitar 1,5 juta barel per hari (bph). Di Venezuela yang menderita krisis politik dan ekonomi, ekspor minyak turun 40% menjadi sekitar 920.000 barel per hari (bph) sejak Washington menjatuhkan sanksi pada industri perminyakan pada 28 Januari. Di sisi lain, produksi di AS mencapai rekor lebih dari 12 juta barel per hari pada Februari.
Badan Energi Internasional dalam sebuah laporan bulan lalu memperkirakan pertumbuhan permintaan untuk 2019 tidak berubah dari Januari di angka 1,4 juta barel per hari.
Falih mengatakan permintaan China memecahkan rekor bulan demi bulan dan memperkirakan negara itu akan menembus 11 juta barel per hari pada 2019.
Untuk Arab Saudi, ia mengatakan produksi minyak pada bulan April diperkirakan akan tetap di level bulan ini 9,8 juta barel per hari.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya seperti Rusia - yang dikenal sebagai aliansi OPEC + - akan bertemu di Wina pada 17-18 April dan pertemuan lain dijadwalkan 25-26 Juni. Falih mengatakan, kelompok itu tidak mungkin mengubah kebijakan output pada bulan April. Menurut dia, jika diperlukan perubahan kebijakan output, penyesuaian akan dilakukan pada bulan Juni.
"Kami akan melihat apa yang terjadi pada bulan April jika ada gangguan yang tidak terduga di tempat lain, tetapi jika tidak, saya pikir kami hanya akan meneruskan (kebijakan sebelumnya)," kata Falih. "Kami akan melihat di mana pasar pada bulan Juni dan menyesuaikan dengan tepat," imbuhnya.
Pada 1 Januari, OPEC + memulai pengurangan produksi baru untuk menghindari kelebihan pasokan yang mengancam akan menekan harga. Kelompok itu sepakat untuk mengurangi pasokan sebesar 1,2 juta barel per hari selama enam bulan.
Sumber Reuters baru-baru ini mengatakan bahwa kebijakan produksi OPEC + diharapkan akan disepakati pada bulan Juni dengan perpanjangan pakta saat ini adalah skenario yang mungkin sejauh ini. Tetapi hal itu tergantung pada sejauh mana sanksi AS pada kedua anggota OPEC, Iran dan Venezuela.
Bagian OPEC adalah 800.000 barel per hari, yang akan dikirimkan oleh 11 anggota - semuanya kecuali Iran, Libya dan Venezuela, yang dibebaskan dari pemotongan. Baseline untuk pengurangan dalam banyak kasus adalah output mereka pada Oktober 2018.
"Jika Anda melihat Venezuela sendirian, Anda akan panik, jika Anda melihat AS, Anda akan mengatakan dunia dipenuhi minyak. Artinya, Anda harus melihat pasar secara keseluruhan. Kami pikir permintaan 2019 sebenarnya cukup sehat," kata Falih kepada Reuters.
Dia mengatakan total permintaan minyak global diperkirakan akan tumbuh sekitar 1,5 juta barel per hari (bph). Di Venezuela yang menderita krisis politik dan ekonomi, ekspor minyak turun 40% menjadi sekitar 920.000 barel per hari (bph) sejak Washington menjatuhkan sanksi pada industri perminyakan pada 28 Januari. Di sisi lain, produksi di AS mencapai rekor lebih dari 12 juta barel per hari pada Februari.
Badan Energi Internasional dalam sebuah laporan bulan lalu memperkirakan pertumbuhan permintaan untuk 2019 tidak berubah dari Januari di angka 1,4 juta barel per hari.
Falih mengatakan permintaan China memecahkan rekor bulan demi bulan dan memperkirakan negara itu akan menembus 11 juta barel per hari pada 2019.
Untuk Arab Saudi, ia mengatakan produksi minyak pada bulan April diperkirakan akan tetap di level bulan ini 9,8 juta barel per hari.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya seperti Rusia - yang dikenal sebagai aliansi OPEC + - akan bertemu di Wina pada 17-18 April dan pertemuan lain dijadwalkan 25-26 Juni. Falih mengatakan, kelompok itu tidak mungkin mengubah kebijakan output pada bulan April. Menurut dia, jika diperlukan perubahan kebijakan output, penyesuaian akan dilakukan pada bulan Juni.
"Kami akan melihat apa yang terjadi pada bulan April jika ada gangguan yang tidak terduga di tempat lain, tetapi jika tidak, saya pikir kami hanya akan meneruskan (kebijakan sebelumnya)," kata Falih. "Kami akan melihat di mana pasar pada bulan Juni dan menyesuaikan dengan tepat," imbuhnya.
Pada 1 Januari, OPEC + memulai pengurangan produksi baru untuk menghindari kelebihan pasokan yang mengancam akan menekan harga. Kelompok itu sepakat untuk mengurangi pasokan sebesar 1,2 juta barel per hari selama enam bulan.
Sumber Reuters baru-baru ini mengatakan bahwa kebijakan produksi OPEC + diharapkan akan disepakati pada bulan Juni dengan perpanjangan pakta saat ini adalah skenario yang mungkin sejauh ini. Tetapi hal itu tergantung pada sejauh mana sanksi AS pada kedua anggota OPEC, Iran dan Venezuela.
Bagian OPEC adalah 800.000 barel per hari, yang akan dikirimkan oleh 11 anggota - semuanya kecuali Iran, Libya dan Venezuela, yang dibebaskan dari pemotongan. Baseline untuk pengurangan dalam banyak kasus adalah output mereka pada Oktober 2018.
(fjo)