Kapitalisme Berada di Bawah Ancaman Serius
A
A
A
LONDON - Mantan Gubernur Bank Sentral India Raghuram Rajan memperingatkan bahwa kapitalisme tengah berada di bawah ancaman serius karena telah berhenti menyediakan kesempatan bagi masyarakat luas. Kepada BBC, Ia menerangkan pemerintah tidak bisa begitu saja mengabaikan ketidaksetaraan sosial ketika menyusun kebijakan ekonomi.
Rajan sendiri pernah memimpin Bank Sentral India serta menjabat kepala ekonom di Dana Moneter Internasional (IMF). Bahkan menurut beberapa orang, Ia dianggap sebagai penerus yang berpeluang besar menggantikan posisi Mark Carney sebagai Gubernur Bank of England.
"Saya pikir kapitalisme berada di bawah ancaman serius karena berhenti menyediakan peluang dan kesempatan bagi banyak orang dan ketika itu terjadi, banyak orang memberontak melawan kapitalisme," katanya kepada BBC, Selasa (12/3/2019).
Lebih lanjut Ia menceritakan, apabila di masa lalu kelas menengah dapat memiliki pekerjaan dengan 'pendidikan yang tidak terlalu tinnggi'. Tapi lanskap global berubah setelah krisis finansial tahun 2008 dan menyebabkan penghematan besar-besaran.
"Sekarang, jika Anda benar-benar ingin sukses, Anda memerlukan pendidikan yang sangat bagus. Sayangnya negara yang terpukul oleh kekuatan perdagangan global dan kondisi global cenderung yang kualitas pendidikan buruk, meningkatnya kejahatan, meningkatnya penyakit sosial dan tidak mampu mempersiapkan sumber daya mereka untuk ekonomi global," jelasnya.
Sebuah laporan dari S&P Global Ratings menunjukkan kemungkinan penurunan kredit global masih akan meluas, dimana bakal terjadi lonjakan utang dunia mencapai 50% pasca krisis keuangan global. Dikatakan sejak 2008, utang pemerintah telah naik 77% sementara utang perusahaan naik 51%.
Namun, para analis mengatakan penurunan berikutnya tidak akan separah krisis keuangan 2008. Rajan menyakini bahwa kapitalisme memburuk karena tidak memberikan peluang yang sama atau setara. "Tidak memberikan kesempatan yang sama dan pada kenyataannya orang-orang yang jatuh berada dalam situasi yang jauh lebih buruk," ungkapnya.
Selanjutnya ungkap dia, maka rezim otoriter muncul 'ketika semua alat produksi menjadi milik negara atau sosialis'. Ia mengatakan dibutuhkan keseimbangan karena tidak bisa dipilih salah satunya. "Yang diperlukan adalah meningkatkan kesempatan," kata Rajan.
Dalam membahas keadaan ekonomi global, Rajan, yang sekarang menjadi profesor di University of Chicago, juga menyoroti tantangan pembatasan perdagangan barang. "Jika kamu memasang penghalang itu, maka mereka juga akan memasang penghalang untuk barang Anda. Bagaimana menjaga barang tetap mengalir melintasi perbatasan?" paparnya.
Rajan sendiri pernah memimpin Bank Sentral India serta menjabat kepala ekonom di Dana Moneter Internasional (IMF). Bahkan menurut beberapa orang, Ia dianggap sebagai penerus yang berpeluang besar menggantikan posisi Mark Carney sebagai Gubernur Bank of England.
"Saya pikir kapitalisme berada di bawah ancaman serius karena berhenti menyediakan peluang dan kesempatan bagi banyak orang dan ketika itu terjadi, banyak orang memberontak melawan kapitalisme," katanya kepada BBC, Selasa (12/3/2019).
Lebih lanjut Ia menceritakan, apabila di masa lalu kelas menengah dapat memiliki pekerjaan dengan 'pendidikan yang tidak terlalu tinnggi'. Tapi lanskap global berubah setelah krisis finansial tahun 2008 dan menyebabkan penghematan besar-besaran.
"Sekarang, jika Anda benar-benar ingin sukses, Anda memerlukan pendidikan yang sangat bagus. Sayangnya negara yang terpukul oleh kekuatan perdagangan global dan kondisi global cenderung yang kualitas pendidikan buruk, meningkatnya kejahatan, meningkatnya penyakit sosial dan tidak mampu mempersiapkan sumber daya mereka untuk ekonomi global," jelasnya.
Sebuah laporan dari S&P Global Ratings menunjukkan kemungkinan penurunan kredit global masih akan meluas, dimana bakal terjadi lonjakan utang dunia mencapai 50% pasca krisis keuangan global. Dikatakan sejak 2008, utang pemerintah telah naik 77% sementara utang perusahaan naik 51%.
Namun, para analis mengatakan penurunan berikutnya tidak akan separah krisis keuangan 2008. Rajan menyakini bahwa kapitalisme memburuk karena tidak memberikan peluang yang sama atau setara. "Tidak memberikan kesempatan yang sama dan pada kenyataannya orang-orang yang jatuh berada dalam situasi yang jauh lebih buruk," ungkapnya.
Selanjutnya ungkap dia, maka rezim otoriter muncul 'ketika semua alat produksi menjadi milik negara atau sosialis'. Ia mengatakan dibutuhkan keseimbangan karena tidak bisa dipilih salah satunya. "Yang diperlukan adalah meningkatkan kesempatan," kata Rajan.
Dalam membahas keadaan ekonomi global, Rajan, yang sekarang menjadi profesor di University of Chicago, juga menyoroti tantangan pembatasan perdagangan barang. "Jika kamu memasang penghalang itu, maka mereka juga akan memasang penghalang untuk barang Anda. Bagaimana menjaga barang tetap mengalir melintasi perbatasan?" paparnya.
(akr)