Genjot EOR, Pertamina EP Minta Dukungan Seluruh Stakeholder

Selasa, 12 Maret 2019 - 17:34 WIB
Genjot EOR, Pertamina EP Minta Dukungan Seluruh Stakeholder
Genjot EOR, Pertamina EP Minta Dukungan Seluruh Stakeholder
A A A
JAKARTA - PT Pertamina EP (PEP) menegaskan komitmennya untuk mengembangkan metode enhanced oil recovery (EOR) guna meningkatkan produksi minyak dari lapangan-lapangan yang dikelolanya.

Di tahap awal, Pertamina EP memprioritaskan sembilan struktur untuk pelaksanaan EOR, yakni di Lapangan Rantau, Sago, dan Ramba di Pertamina EP Aset 1; Jirak dan Limau di Pertamina EP Asset 2, Tambun dan Jatibarang di Pertamina EP Asset 3; serta Sukowati di Pertamina EP Asset 4, dan Tanjung di Pertamina EP Asset 5.

Penerapan EOR di lima struktur menggunakan metode kimia, yaitu Tanjung, Rantau, Sago, Jirak, dan Limau. Sementara, empat lainnya menggunakan metode penyuntikan karbondioksida (CO2).

Direktur Pengembangan Pertamina EP John H Simamora mengatakan, biaya penerapan EOR terbilang cukup besar. Karena itu, kata dia, Pertamina EP menerapkan EOR di lapangan yang punya cadangan besar.

Dia menjelaskan, prioritas pemilihan struktur berdasarkan jumlah cadangan yang dimiliki, rata-rata sekitar 300 -700 MMSTB. Terkait tingginya biaya penerapan metode pengangkatan minyak lanjutan tersebut, John berharap ada insentif untuk pengerjaan EOR.

"Pertamina EP melakukan pilot EOR dengan polimer di struktur Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan akhir 2018. Field trial untuk chemical EOR polimer di Tanjung menelan biaya sekitar USD4 juta, termasuk untuk pengadaan 70 ton polimer," ujar John dalam diskusi bertajuk “Strategi dan Inovasi Pertamina EP Mendongkrak Produksi Migas” di Jakarta, Selasa (12/3/2019).

John menjelaskan, penerapan EOR menjadi salah satu metode untuk meningkatkan produksi minyak perusahaan. Tahun ini, Pertamina EP menargetkan produksi migas sebesar 258 MBOEPD, terdiri atas produksi minyak 85.000 BOPD dan gas 970 MMSCFD.

VP Enhanced Oil Recovery Pertamina EP Andi W Bachtiar menambahkan, umumnya EOR diterapkan pada lapangan minyak yang telah lama beroperasi dengan tujuan meningkatkan produksi. Menurut dia, EOR dibutuhkan untuk mendapatkan produksi secara maksimal namun tetap ekonomis dari reservoar minyak, setelah perolehan dengan metode primer konvensional dan metode sekunder dilakukan.

Dia mengatakan, Pertamina EP sejak 2015 hingga 2018 lalu telah melaksanakan EOR dengan metode waterflood di beberapa lapangan. Secara keseluruhan, pihaknya telah menggelontorkan belanja modal (capex) untuk EOR di Lapangan Jirak, Ramba, Tanjung, Belimbing, Rantau, dan Tempino hingga 2018 sebesar USD776 juta.

Pertamina EP, lanjut dia, terus berupaya mendorong keberlanjutan proyek EOR dengan menggunakan metode lainnya seperti surfaktan, polimer, uap dan CO2 flooding. Andi mengakui, banyak tantangan dalam penerapan EOR di Pertamina EP, antara lain lapangannya yang tersebar luas di seluruh Indonesia, juga belum adanya perusahaan di bidang kimia yang secara khusus menekuni bidang ini.

Terkait dengan itu, Andi menekankan perlunya dukungan pemangku kepentingan utama, khususnya dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan SKK Migas.

"Pertamina EP sendiri telah memiliki research and technology center (RTC) dan telah membuat serta melengkapi laboratorium EOR dengan biaya USD5 juta," imbuhnya.

Pertamina EP, sambung dia, juga telah bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi di dalam negeri serta beberapa lembaga lainnya, termasuk perusahaan swasta dadi luar negeri untuk mengembangkan teknologi EOR di dalam negeri.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.0587 seconds (0.1#10.140)