Industri Keramik Diprediksi Tumbuh 8% Tahun Ini
A
A
A
JAKARTA - Industri keramik Indonesia kembali memamerkan produk hasil inovasinya pada 14-17 Maret 2019 di Jakarta Convention Center. Pameran tersebut diharapkan dapat mendorong kinerja industri keramik nasional yang belakangan terus digempur keramik impor.
"Kami menargetkan angka produksi keramik nasional akan mencapai 410 juta-420 juta meter persegi sepanjang tahun ini atau tumbuh 8% dibandingkan jumlah produksi tahun lalu," ujar Ketua Umum Asosiasi Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto di sela pembukaan Keramika 2019 di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Kamis (14/3/2019).
Menurut dia, pameran Keramika 2019 berperan penting menunjang pertumbuhan industri keramik dalam negeri. Pasalnya pameran ini menjadi panggung utama bagi produsen keramik nasional memamerkan produknya baik di dalam maupun luar negeri.
"Sebagai produsen keramik Indonesia kita mampu memenuhi seluruh kebutuhan dalam negeri. Namun diperlukan kepercayaan para pelaku usaha untuk menembus pasar luar negeri," ujarnya.
Menurut dia pertumbuhan industri keramik telah terlihat sejak tahun lalu yaitu sebesar 5% atau tumbuh menjadi 380 juta meter persegi. Adapun capaian pertumbuhan tersebut disebabkan kebijakan safeguard yang diberlakukan oleh pemerintah.
Kebijakan safeguard diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 119/PMK.010/2018 tentang penetapan bea masuk bagi keramik impor. Adapun aturan tersebut telah diterbitkan oleh Kementerian Keuangan sejak 12 Oktober 2018.
"Daya saing industrik keramik akan meningkat seiring diterbitkan aturan safeguard. Kami optimistis setelah terbit aturan itu produk keramik lokal yang sebelumnya dihantam produk-produk impor dari China," ungkapnya.
Dia menambahkan, melihat kondisi industri keramik lokal yang terus membaik para pelaku usaha mulai berani menambah kapasitas produksi. Untuk saat ini kapasitas produksi keramik nasional mencapai 580 juta meter persegi dengan tingkat 65% dari tingkat kapasitas terpasang.
Dengan begitu, pihaknya optimistis produksi keramik Indonesia akan mampu menempati peringkat lebih baik lagi dibandingkan saat ini. Edy optimistis produksi keramik nasional akan mencapai peringkat keempat didunia dari saat ini menduduki peringkat kesembilan.
Bahkan dengan kebijakan safeguard mampu mendorong industri keramik nasional menduduki peringkat pertama di Asia Tenggara. Tak hanya itu, dengan desain menarik dan penggunaan teknologi, keramik lokal tidak kalah jika dibandingkan dengan luar negeri.
"Dengan upaya yang kami dan pemerintah lakukan kami optimistis produksi keramik nasional mampu menempati peringkat keempat di dunia," tandasnya.
Ia juga menyebut pertumbuhan keramik untuk lantai dan dinding dalam lima tahun terakhir (2013-2017) meningkat rata-rata 10,3% per tahun dari 274,52 juta meter persegi di tahun 2013 menjadi 366,59 juta meter persegi pada 2017.
Di mana pada 2013 ekspor keramik tile sebanyak 36,85 juta meter persegi dengan nilai USD44,22. Sedangkan pada 2017 ekspornya meningkat menjadi sebanyak 51,69 juta meter persegi dengan nilai USD75,87 juta dengan tujuan negara Korea Selatan, Thailand, Malaysia, Taiwan, Asutralia dan Amerika Serikat.
"Meningkatkan produksi ini akibat adanya ekspansi yang dilakukan oleh beberapa produsen keramik. Kita tahu keramik Indonesia sangat digemari di pasar internasional," tuturnya.
Sementara itu, General Manager Reed Panorama Exhibitions Steven Chwee mengatakan kebutuhan bangunan terus mengalami peningkatan. Hal itu akan mendorong peningkatan bagi elemen pendukungnya.
"Pertumbuhan kebutuhan bangunan tersebut didukung oleh pertumbuhan sektor properti di Indonesia. Selain itu, pameran Keramika 2019 juga menjadi peluang pertumbuhan bisnis keramik di dalam negeri," kata dia.
Pihaknya juga mengapresiasi komitmen serta langkah-langkah yang diambil oleh Asaki menyelenggarakan pameran keramik tahun ini. Sebab itu pihaknya berharap melalui pameran Keramika 2019 dapat terus meyuarakan aspirasi industri keramik untuk lebih maju dan meningkatkan kepercayaan para pelaku usaha dan pemilik peoperti untuk memilih keramik dari Indonesia. "Pelaku usaha dan pemilik properti harus mampu meyakinkan bahwa keramik Indonesia sebagai pilihan utama," ucapnya.
"Kami menargetkan angka produksi keramik nasional akan mencapai 410 juta-420 juta meter persegi sepanjang tahun ini atau tumbuh 8% dibandingkan jumlah produksi tahun lalu," ujar Ketua Umum Asosiasi Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto di sela pembukaan Keramika 2019 di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Kamis (14/3/2019).
Menurut dia, pameran Keramika 2019 berperan penting menunjang pertumbuhan industri keramik dalam negeri. Pasalnya pameran ini menjadi panggung utama bagi produsen keramik nasional memamerkan produknya baik di dalam maupun luar negeri.
"Sebagai produsen keramik Indonesia kita mampu memenuhi seluruh kebutuhan dalam negeri. Namun diperlukan kepercayaan para pelaku usaha untuk menembus pasar luar negeri," ujarnya.
Menurut dia pertumbuhan industri keramik telah terlihat sejak tahun lalu yaitu sebesar 5% atau tumbuh menjadi 380 juta meter persegi. Adapun capaian pertumbuhan tersebut disebabkan kebijakan safeguard yang diberlakukan oleh pemerintah.
Kebijakan safeguard diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 119/PMK.010/2018 tentang penetapan bea masuk bagi keramik impor. Adapun aturan tersebut telah diterbitkan oleh Kementerian Keuangan sejak 12 Oktober 2018.
"Daya saing industrik keramik akan meningkat seiring diterbitkan aturan safeguard. Kami optimistis setelah terbit aturan itu produk keramik lokal yang sebelumnya dihantam produk-produk impor dari China," ungkapnya.
Dia menambahkan, melihat kondisi industri keramik lokal yang terus membaik para pelaku usaha mulai berani menambah kapasitas produksi. Untuk saat ini kapasitas produksi keramik nasional mencapai 580 juta meter persegi dengan tingkat 65% dari tingkat kapasitas terpasang.
Dengan begitu, pihaknya optimistis produksi keramik Indonesia akan mampu menempati peringkat lebih baik lagi dibandingkan saat ini. Edy optimistis produksi keramik nasional akan mencapai peringkat keempat didunia dari saat ini menduduki peringkat kesembilan.
Bahkan dengan kebijakan safeguard mampu mendorong industri keramik nasional menduduki peringkat pertama di Asia Tenggara. Tak hanya itu, dengan desain menarik dan penggunaan teknologi, keramik lokal tidak kalah jika dibandingkan dengan luar negeri.
"Dengan upaya yang kami dan pemerintah lakukan kami optimistis produksi keramik nasional mampu menempati peringkat keempat di dunia," tandasnya.
Ia juga menyebut pertumbuhan keramik untuk lantai dan dinding dalam lima tahun terakhir (2013-2017) meningkat rata-rata 10,3% per tahun dari 274,52 juta meter persegi di tahun 2013 menjadi 366,59 juta meter persegi pada 2017.
Di mana pada 2013 ekspor keramik tile sebanyak 36,85 juta meter persegi dengan nilai USD44,22. Sedangkan pada 2017 ekspornya meningkat menjadi sebanyak 51,69 juta meter persegi dengan nilai USD75,87 juta dengan tujuan negara Korea Selatan, Thailand, Malaysia, Taiwan, Asutralia dan Amerika Serikat.
"Meningkatkan produksi ini akibat adanya ekspansi yang dilakukan oleh beberapa produsen keramik. Kita tahu keramik Indonesia sangat digemari di pasar internasional," tuturnya.
Sementara itu, General Manager Reed Panorama Exhibitions Steven Chwee mengatakan kebutuhan bangunan terus mengalami peningkatan. Hal itu akan mendorong peningkatan bagi elemen pendukungnya.
"Pertumbuhan kebutuhan bangunan tersebut didukung oleh pertumbuhan sektor properti di Indonesia. Selain itu, pameran Keramika 2019 juga menjadi peluang pertumbuhan bisnis keramik di dalam negeri," kata dia.
Pihaknya juga mengapresiasi komitmen serta langkah-langkah yang diambil oleh Asaki menyelenggarakan pameran keramik tahun ini. Sebab itu pihaknya berharap melalui pameran Keramika 2019 dapat terus meyuarakan aspirasi industri keramik untuk lebih maju dan meningkatkan kepercayaan para pelaku usaha dan pemilik peoperti untuk memilih keramik dari Indonesia. "Pelaku usaha dan pemilik properti harus mampu meyakinkan bahwa keramik Indonesia sebagai pilihan utama," ucapnya.
(fjo)