Industri Hasil Tembakau Serap 5,98 Juta Tenaga Kerja

Sabtu, 23 Maret 2019 - 05:35 WIB
Industri Hasil Tembakau Serap 5,98 Juta Tenaga Kerja
Industri Hasil Tembakau Serap 5,98 Juta Tenaga Kerja
A A A
JAKARTA - Industri Hasil Tembakau (IHT) salah satu sektor manufaktur nasional yang strategis dan memiliki keterkaitan luas mulai dari hulu hingga hilir. Selain itu, berkontribusi besar dan berdampak luas terhadap aspek sosial, ekonomi, maupun pembangunan bangsa Indonesia selama ini.

"IHT merupakan bagian sejarah bangsa dan budaya Indonesia, khususnya rokok kretek. Produk berbasis tembakau dan cengkih menjadi warisan inovasi nenek moyang dan sudah mengakar secara turun temurun," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Jumat (22/3/2019).

Airlangga menjelaskan, industri rokok di dalam negeri telah meningkatkan nilai tambah dari bahan baku lokal, berupa hasil perkebunan seperti tembakau dan cengkih. Di samping itu, dinilai sebagai sektor padat karya dan berorientasi ekspor sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi.

Kementerian Perindustrian mencatat, total tenaga kerja yang diserap sektor industri rokok sebanyak 5,98 juta orang. Terdiri dari 4,28 juta pekerja di sektor manufaktur dan distribusi, sisanya 1,7 juta bekerja di sektor perkebunan. Pada 2018, nilai ekspor rokok dan cerutu mencapai USD931,6 juta atau meningkat 2,98% dibanding 2017 sebesar USD904,7 juta.

"Industri rokok juga dapat dikatakan sebagai sektor kearifan lokal yang memiliki daya saing global," tuturnya. IHT juga penyumbang penerimaan negara yang cukup signfikan melalui cukai. Sepanjang 2018, penerimaan cukai rokok menembus Rp153 triliun atau lebih tinggi dibanding perolehan di 2017 sebesar Rp147 triliun. Penerimaan cukai rokok tahun lalu, berkontribusi 95,8% terhadap cukai nasional.

Namun demikian, produk IHT merupakan barang kena cukai untuk mengendalikan konsumsinya. Sebagai konsekuensinya, peraturan terkait rokok semakin ketat, baik di dalam maupun luar negeri karena pertimbangan perlindungan konsumen dan kesehatan menjadi tantangan tersendiri bagi industri rokok.

"Tentunya, melalui industri ini, kami tidak menganjurkan agar masyarakat banyak mengkonsumsi rokok, tetapi kami mengajak bahwa anak-anak muda dijauhkan dari rokok, terutama anak sekolah. Selain itu, demi mendorong untuk menjaga kesehatan melalui R&D industrinya," ungkap Airlangga.

Beberapa peraturan terkait industri rokok, antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.

Selain itu, ada Peraturan Presiden RI No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Regulasi ini ditindak lanjuti dengan Peraturan Menteri Perindustrian No.64 tahun 2014 tentang Pengawasan dan Pengendalian Usaha Industri Rokok.

"Peraturan-peraturan tersebut merupakan kebijakan yang menjadi jalan tengah dalam menjamin kepastian berusaha IHT dengan tetap menjaga aspek penyerapan tenaga kerja dan menjamin aspek kesehatan masyarakat," tegasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5736 seconds (0.1#10.140)