Menteri PPN: Pariwisata akan Menjadi Sumber Devisa Terbesar
A
A
A
JAKARTA - Sektor pariwisata Indonesia diyakini akan berkembang semakin pesat. Bahkan diprediksi akan menjadi sumber devisa terbesar di Indonesia. Pernyataan itu disampaikan Kepala Bappenas sekaligus Menteri PPN Bambang Brodjonegoro, Rabu (3/4/2019).
Pernyataan itu disampaikan Bambang dalam acara seminar nasional Ekonomi Kreatif Milenial di Era Revolusi Industri 4.0. di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Turut hadir dalam acara tersebut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, serta Duta Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia Kim Chang-beom.
“Indonesia juga akan menjadi salah satu negara tujuan wisata yang penting di dunia pariwisata akan menjadi sumber devisa terbesar di Indonesia. Menggantikan sumber daya alam, tambang. Dan perkebunan seperti kelapa sawit,” tutur Bambang.
Bambang menuturkan, minyak dan gas adalah masa lalu. Sedangkan masa depan Indonesia adalah digital. Dan Kementerian Pariwisata sudah menerapkan hal tersebut.
“Di 2013, empat dari lima perusahaan terbesar dunia adalah minyak dan gas. Namun di 2018, lima dari lima perusahaan terbesaradalah teknologi digital. Perkembangan teknologi digital tidak hanya menggeser lanskap persaingan global, tetapi juga membuka peluang barubagi bidang yang belum pernah ada sebelumnya. Untuk itu, Pemerintah Indonesia dengan cepat dan tanggap merespontantangan dan peluang ini,” jelas Bambang Brodjonegoro.
Sementara Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan Go Digital menjadi salah satu program strategis Kemenpar dalam upaya menenangkan pasar di era industri 4.0. Menurutnya, teknologi digital memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan industri pariwisata.
“Suka atau tidak suka, sudah terjadi perubahan perilaku pasar. Semua telah bergeser ke arah digital. Saat ini industri dunia telah bergeser ke arah industri digital era 4.0. Perannya mencapai 70%,” kata Menpar Arief Yahya.
Perubahaan perilaku pasar, kata Menpar Arief Yahya, diikuti pula dengan berubahnya perilakukan konsumen (customer behavior). Konsumen kini semakin mobile, personal, dan interaktif. Dan ini menjadi sifat dari digital yakni ‘semakin digital, semakin personal (The more digital, the more personal).
“Dalam industri pariwisata perubahan customer behavior itu terlihat ketika search and share 70% sudah melalui digital. Industri travel agent sudah tidak lagi bisa mengandalkan walk in service untuk reservasi tiket dan memilih paket wisata. Semua sudah berubah dengan digital,” kata Menpar Arief Yahya.
Menpar pun mengingatkan kembali tagline ‘The more digital, the more personal. The more digital, the more professional. The more digital, the more global'. Dijelaskannya, perubahaan perilaku konsumen yang mempengaruhi pasar tersebut digerakan oleh kaum milenial.
Hal ini sejalan dengan semangat Presiden Joko widodo (Jokowi) yang menyebutkan bahwa kaum milenial adalah masa depan Indonesia. Milenial cenderung selalu berperilaku dengan basis digital, mobile, interaktif yang kini jumlahnya mencapai 50% dari jumlah wisman inbound ke Indonesia.
"Maka siapapun yang menguasai komunitas anak muda, dialah yang berpotensi memenangkan pasar masa depan atau winning the future market," tambah Menpar Arief Yahya.
Pernyataan itu disampaikan Bambang dalam acara seminar nasional Ekonomi Kreatif Milenial di Era Revolusi Industri 4.0. di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Turut hadir dalam acara tersebut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, serta Duta Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia Kim Chang-beom.
“Indonesia juga akan menjadi salah satu negara tujuan wisata yang penting di dunia pariwisata akan menjadi sumber devisa terbesar di Indonesia. Menggantikan sumber daya alam, tambang. Dan perkebunan seperti kelapa sawit,” tutur Bambang.
Bambang menuturkan, minyak dan gas adalah masa lalu. Sedangkan masa depan Indonesia adalah digital. Dan Kementerian Pariwisata sudah menerapkan hal tersebut.
“Di 2013, empat dari lima perusahaan terbesar dunia adalah minyak dan gas. Namun di 2018, lima dari lima perusahaan terbesaradalah teknologi digital. Perkembangan teknologi digital tidak hanya menggeser lanskap persaingan global, tetapi juga membuka peluang barubagi bidang yang belum pernah ada sebelumnya. Untuk itu, Pemerintah Indonesia dengan cepat dan tanggap merespontantangan dan peluang ini,” jelas Bambang Brodjonegoro.
Sementara Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan Go Digital menjadi salah satu program strategis Kemenpar dalam upaya menenangkan pasar di era industri 4.0. Menurutnya, teknologi digital memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan industri pariwisata.
“Suka atau tidak suka, sudah terjadi perubahan perilaku pasar. Semua telah bergeser ke arah digital. Saat ini industri dunia telah bergeser ke arah industri digital era 4.0. Perannya mencapai 70%,” kata Menpar Arief Yahya.
Perubahaan perilaku pasar, kata Menpar Arief Yahya, diikuti pula dengan berubahnya perilakukan konsumen (customer behavior). Konsumen kini semakin mobile, personal, dan interaktif. Dan ini menjadi sifat dari digital yakni ‘semakin digital, semakin personal (The more digital, the more personal).
“Dalam industri pariwisata perubahan customer behavior itu terlihat ketika search and share 70% sudah melalui digital. Industri travel agent sudah tidak lagi bisa mengandalkan walk in service untuk reservasi tiket dan memilih paket wisata. Semua sudah berubah dengan digital,” kata Menpar Arief Yahya.
Menpar pun mengingatkan kembali tagline ‘The more digital, the more personal. The more digital, the more professional. The more digital, the more global'. Dijelaskannya, perubahaan perilaku konsumen yang mempengaruhi pasar tersebut digerakan oleh kaum milenial.
Hal ini sejalan dengan semangat Presiden Joko widodo (Jokowi) yang menyebutkan bahwa kaum milenial adalah masa depan Indonesia. Milenial cenderung selalu berperilaku dengan basis digital, mobile, interaktif yang kini jumlahnya mencapai 50% dari jumlah wisman inbound ke Indonesia.
"Maka siapapun yang menguasai komunitas anak muda, dialah yang berpotensi memenangkan pasar masa depan atau winning the future market," tambah Menpar Arief Yahya.
(akn)