JICT Berdayakan Masyarakat Lewat Program CSR
A
A
A
JAKARTA - Pengelola pelabuhan Jakarta International Container Terminal (JICT) berkomitmen terus memberdayakan masyarakat melalu program Corporate Social Responsibility (CSR). Pendidikan menjadi fokus utama perusahaan.
"Pendidikan merupakan satu-satunya jalan yang harus ditempuh untuk mengubah nasib seseorang. Kami berharap melalui program pendidikan yang kami jalani, perusahaan dan masyarakat dapat tumbuh bersama," tegas Wakil Direktur Utama JICT, Riza Erivan di Jakarta, Sabtu (6/4/2019).
Selain pendidikan, JICT juga memberdayakan masyarakat melalui program kesehatan dan lingkungan.
Perusahaan patungan antara Pelindo II dan Hutchison Ports Holding (HPH), saat ini mengoperasikan 16 unit container crane, 62 rubber tyred gantry (RTG), dan 120 head truck. Seluruh crane bertipe post-panamax dan super post panamax dengan kemampuan angkat ganda (twin lift).
Dengan peralatan itu, JICT mampu mempertahankan produktivitas bongkar muat peti kemas di atas 26 boks per crane per jam (BCH), dan produktivitas pelayanan kapal di atas 70 boks per kapal per jam (BSH).
Demi langgengnya keberlangsungan operasional bisnis serta berbagai aspek usaha bisnisnya, kata Riza, sebuah perusahaan perlu membangun hubungan harmonis dengan masyarakat.
Kegiatan tersebut biasanya dituangkan dalam bentuk CSR. Tujuan utamanya untuk menciptakan keseimbangan, keberlanjutan hidup, dan hubungan kemitraan yang timbal balik antara perusahaan dan strategic stakeholder (pemangku kepentingan), terutama komunitas atau masyarakat di sekitar wilayah kerja dan operasinya.
Di beberapa negara, termasuk Indonesia, kegiatan CSR diatur oleh pemerintah sebagai bentuk kewajiban. Tercermin dalam beberapa regulasi seperti UU No. 22/2001 tentang Migas, UU No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas, dan UU No. 25/2007 tentang Penanaman Modal.
Bagiperusahaan, CSR juga merupakan pemenuhan kewajiban hukum. Namun di luar dasar penugasan atau kewajiban, tanggung jawab sosial perusahaan sudah seyogianya dilaksanakan demi terwujudnya keselarasan, seperti konsep yang digagas John Elkington yakni Tripple Bottom Lines (profit, planet dan people).
Maksud konsep tersebut adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people), dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan. Perusahaan tentu harus memandang CSR sebagai investasi mereka terhadap keberlangsungan bisnis di masa yang akan datang.
"Berawal dari keinginan untuk tumbuh bersama masyarakat, kami merancang program-program yang memenuhi aspek Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu pembangunan yang berkelanjutan," tegas Riza.
Atas keseriusannya terhadap komitmen moral dan kemanusiaan, perusahaan ini meraih penghargaan program CSR terbaik untuk kategori SDGs 4 pada ajang Indonesian Sustainable Development Goals Award (ISDA) selama 2 tahun berturut-turut, pada 2017 dan 2018 dari Corporate Forum for Community Development (CFCD). Program Rumah Belajar (RumBel) menyabet penghargaan Gold di 2017 dan 2018. Sedangkan pada 2018, program Green Dock School berhasil meraih Silver.
SDGs merupakan aksi global yang telah disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia guna mengakhiri kemiskinan, mengakhiri kesenjangan dan melindungi lingkungan yang diharapkan dapat dicapai pada 2030.
"Penting bagi perusahaan untuk memperhatikan aspek SDGs pada program CSR-nya, karena ada peran perusahaan di samping pemerintah dan institusi lainnya dalam pencapaian SDGs di Indonesia," ujar Sudarmanto, ketua umum CFCD.
Selama 20 tahun, JICT telah hadir melayani Indonesia melalui perdagangan dunia. Merayakan ulang tahunnya, pada 1 April lalu, JICT menyelenggarakan bakti sosial di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Rawabadak Jakarta Utara, yang meliputi pemeriksaan kesehatan umum untuk ratusan masyarakat, pemeriksaan kandungan dan pemberian suplemen bagi wanita hamil, juga menyelenggarakan pelatihan demensia bagi lansia.
"Pendidikan merupakan satu-satunya jalan yang harus ditempuh untuk mengubah nasib seseorang. Kami berharap melalui program pendidikan yang kami jalani, perusahaan dan masyarakat dapat tumbuh bersama," tegas Wakil Direktur Utama JICT, Riza Erivan di Jakarta, Sabtu (6/4/2019).
Selain pendidikan, JICT juga memberdayakan masyarakat melalui program kesehatan dan lingkungan.
Perusahaan patungan antara Pelindo II dan Hutchison Ports Holding (HPH), saat ini mengoperasikan 16 unit container crane, 62 rubber tyred gantry (RTG), dan 120 head truck. Seluruh crane bertipe post-panamax dan super post panamax dengan kemampuan angkat ganda (twin lift).
Dengan peralatan itu, JICT mampu mempertahankan produktivitas bongkar muat peti kemas di atas 26 boks per crane per jam (BCH), dan produktivitas pelayanan kapal di atas 70 boks per kapal per jam (BSH).
Demi langgengnya keberlangsungan operasional bisnis serta berbagai aspek usaha bisnisnya, kata Riza, sebuah perusahaan perlu membangun hubungan harmonis dengan masyarakat.
Kegiatan tersebut biasanya dituangkan dalam bentuk CSR. Tujuan utamanya untuk menciptakan keseimbangan, keberlanjutan hidup, dan hubungan kemitraan yang timbal balik antara perusahaan dan strategic stakeholder (pemangku kepentingan), terutama komunitas atau masyarakat di sekitar wilayah kerja dan operasinya.
Di beberapa negara, termasuk Indonesia, kegiatan CSR diatur oleh pemerintah sebagai bentuk kewajiban. Tercermin dalam beberapa regulasi seperti UU No. 22/2001 tentang Migas, UU No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas, dan UU No. 25/2007 tentang Penanaman Modal.
Bagiperusahaan, CSR juga merupakan pemenuhan kewajiban hukum. Namun di luar dasar penugasan atau kewajiban, tanggung jawab sosial perusahaan sudah seyogianya dilaksanakan demi terwujudnya keselarasan, seperti konsep yang digagas John Elkington yakni Tripple Bottom Lines (profit, planet dan people).
Maksud konsep tersebut adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people), dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan. Perusahaan tentu harus memandang CSR sebagai investasi mereka terhadap keberlangsungan bisnis di masa yang akan datang.
"Berawal dari keinginan untuk tumbuh bersama masyarakat, kami merancang program-program yang memenuhi aspek Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu pembangunan yang berkelanjutan," tegas Riza.
Atas keseriusannya terhadap komitmen moral dan kemanusiaan, perusahaan ini meraih penghargaan program CSR terbaik untuk kategori SDGs 4 pada ajang Indonesian Sustainable Development Goals Award (ISDA) selama 2 tahun berturut-turut, pada 2017 dan 2018 dari Corporate Forum for Community Development (CFCD). Program Rumah Belajar (RumBel) menyabet penghargaan Gold di 2017 dan 2018. Sedangkan pada 2018, program Green Dock School berhasil meraih Silver.
SDGs merupakan aksi global yang telah disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia guna mengakhiri kemiskinan, mengakhiri kesenjangan dan melindungi lingkungan yang diharapkan dapat dicapai pada 2030.
"Penting bagi perusahaan untuk memperhatikan aspek SDGs pada program CSR-nya, karena ada peran perusahaan di samping pemerintah dan institusi lainnya dalam pencapaian SDGs di Indonesia," ujar Sudarmanto, ketua umum CFCD.
Selama 20 tahun, JICT telah hadir melayani Indonesia melalui perdagangan dunia. Merayakan ulang tahunnya, pada 1 April lalu, JICT menyelenggarakan bakti sosial di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Rawabadak Jakarta Utara, yang meliputi pemeriksaan kesehatan umum untuk ratusan masyarakat, pemeriksaan kandungan dan pemberian suplemen bagi wanita hamil, juga menyelenggarakan pelatihan demensia bagi lansia.
(ven)