Pangkas Produksi 737, Saham Boeing dan Pemasoknya Rontok
A
A
A
PARIS - Keputusan Boeing untuk memangkas produksi pesawat model 737 MAX menyebabkan saham perusahaan dan juga saham para pemasoknya merosot.
Boeing yang akhir pekan lalu menyatakan akan memangkas produksi bulanan pesawat 737 sebesar hampir 20% setelah dua kecelakaan terakhir yang melibatkan jenis pesawat itu dinilai memberikan sinyal bahwa regulator penerbangan tidak akan mengizinkan pesawat tersebut mengudara dalam waktu dekat.
Keputusan Boeing tersebut menyebabkan saham perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam pembuatan pesawat 737 yakni Meggitt, Melrose dan Safran terpangkas antara 1% hingga 2,5%. Sementara saham Boeing sendiri merosot sekitar 2,7% dalam perdagangan pra-pasar. Di sisi lain, gejolak yang dialami produsen pesawat terbesar asal AS tersebut mendongkrak saham pesaingnya, Airbus, sekitar 1%.
"Jika pemangkasan produksi itu bertahan hingga September 2019, rugi potensial pada penerimaan Meggitt sekitar USD8,525 juta, bahkan mungkin lebih karena angka produksi bulanan 737 MAX tadinya diprediksi naik menuju 57 unit sepanjang 2019," tulis analis pada perusahaan pialang Jefferies, seperti dikutip Reuters, Senin (8/4/2019).
Pengiriman pesawat terlaris Boeing tersebut dibekukan setelah jenis pesawat tersebut dikandangkan oleh regulator penerbangan seluruh dunia pascajatuhnya jet Ethiopian Airlines 10 Maret lalu, yang menewaskan 157 orang di dalamnya.
Boeing menyatakan, produksi 737 MAX akan dipangkas menjadi 42 pesawat per bulan dari 52 mulai pertengahan April, tanpa memberikan tanggal akhir.
Bank investasi Cowen menyatakan keputusan Boeing untuk memangkas produksi 737 adalah hal yang tepat untuk dilakukan. "Pemangkasan tingkat produksi 737 menjadi 42 unit per bulan akan membantu menyelesaikan krisis MAX, meski dengan dampak yang keras terhadap keuangan perusahaan di 2019," ungkap Cowen dalam sebuah catatan.
Boeing yang akhir pekan lalu menyatakan akan memangkas produksi bulanan pesawat 737 sebesar hampir 20% setelah dua kecelakaan terakhir yang melibatkan jenis pesawat itu dinilai memberikan sinyal bahwa regulator penerbangan tidak akan mengizinkan pesawat tersebut mengudara dalam waktu dekat.
Keputusan Boeing tersebut menyebabkan saham perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam pembuatan pesawat 737 yakni Meggitt, Melrose dan Safran terpangkas antara 1% hingga 2,5%. Sementara saham Boeing sendiri merosot sekitar 2,7% dalam perdagangan pra-pasar. Di sisi lain, gejolak yang dialami produsen pesawat terbesar asal AS tersebut mendongkrak saham pesaingnya, Airbus, sekitar 1%.
"Jika pemangkasan produksi itu bertahan hingga September 2019, rugi potensial pada penerimaan Meggitt sekitar USD8,525 juta, bahkan mungkin lebih karena angka produksi bulanan 737 MAX tadinya diprediksi naik menuju 57 unit sepanjang 2019," tulis analis pada perusahaan pialang Jefferies, seperti dikutip Reuters, Senin (8/4/2019).
Pengiriman pesawat terlaris Boeing tersebut dibekukan setelah jenis pesawat tersebut dikandangkan oleh regulator penerbangan seluruh dunia pascajatuhnya jet Ethiopian Airlines 10 Maret lalu, yang menewaskan 157 orang di dalamnya.
Boeing menyatakan, produksi 737 MAX akan dipangkas menjadi 42 pesawat per bulan dari 52 mulai pertengahan April, tanpa memberikan tanggal akhir.
Bank investasi Cowen menyatakan keputusan Boeing untuk memangkas produksi 737 adalah hal yang tepat untuk dilakukan. "Pemangkasan tingkat produksi 737 menjadi 42 unit per bulan akan membantu menyelesaikan krisis MAX, meski dengan dampak yang keras terhadap keuangan perusahaan di 2019," ungkap Cowen dalam sebuah catatan.
(fjo)