Boeing Dituntut Pemegang Saham karena Sembunyikan Masalah Keamanan 737 MAX
A
A
A
CHICAGO - Pemegang saham Boeing menuntut pengungkapan secara rinci terkait kecelakaan yang melibatkan pesawat 737 MAX. Masalah hukum Boeing Co mencuat setelah adanya gugatan baru yang menuding perusahaan pembuat pesawat asal Amerika Serikat itu menipu pemegang saham dengan menyembunyikan masalah keamanan dalam pesawat Boeing 737 MAX.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (10/4/2019) Boeing dianggap menyembunyikan kekurangan keamanan di pesawat 737 MAX sebelum dua kecelakaan fatal membuat seluruh jenis pesawat tersebut dilarang terbang di seluruh dunia. Pengajuan guguatan yang dilakukan di pengadilan Federal Chicago tersebut berupaya untuk menagih ganti rugi atas dugaan pelanggaran keamanan setelah nilai valuasi Boeing anjlok hingga USD3 miliar dalam waktu dua minggu sejak kecelakaan Ethiopian Airlines.
Chief Executive Boeing Dennis Muilenburg dan Chief Financial Officer Gregory Smith menjadi pihak yang disebut sebagai terdakwa yang harus bertanggung jawab atas tudingan tersebut. Sementara itu juru bicara Boeing Charles Bickers tidak segera memberikan tanggapan atas kasus ini. Dalam keluhan tersebut tertulis bahwa Boeing telah menempatkan keuntungan dan pertumbuhan perusahaan di atas keamanan dan kejujuran dengan memproduksi serta memasarkan 737 Max ke pasar.
Hal itu dinilai dilakukan Boeing ketika persaingan ketat dengan Airbus SE. Buntutnya Boeing dianggap lalai tidak memberikan fitur-fitur ekstra untuk mencegah kecelakaan yang terjadi pada Ethiopian Airlines maupun Lion Air. Di sisi lain pernyataan Boeing tentang prospek pertumbuhan serta 737 MAX dihantam oleh dugaan konflik kepentingan dalam penilaian keamanan pesawat.
Richard Seeks sebagai penggugat utama, mengatakan kompromi Boeing mulai muncul setelah kecelakaan Ethiopian Airlines menewaskan semua 157 penumpang, lima bulan setelah kecelakaan Lion Air yang menewaskan 189. Ia mengaku dirinya membeli 300 saham Boeing di awal Maret dan menjualnya dua minggu belakangan secara rugi. Gugatan ini diajukan oleh mereka yang menjadi investor Boeing dalam kurun waktu 8 Januari hingga 21 Maret 2019.
Sebagai informasi para pemegang saham sering mengajukan tuntutan hukum terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan penipuan sekuritas karena menyembunyikan informasi negatif material yang menyebabkan harga saham merosot setelah dipublikasikan. Selain itu Boeing yang berbasis di Chicago juga harus menghadapi banyak tuntutan hukum lain karena kedua kecelakaan tersebut termasuk oleh keluarga korban dan karyawan mereka yang akan memasuki masa pensiun
Boeing pun menyatakan, pesanan pesawat mereka pada kuartal pertama tahun ini merosot jadi 95 pesanan pesawat dari 180 pesanan tahun lalu, dengan tidak adanya pesanan pesawat jenis 737 Max yang mendapatkan larangan terbang. Sebelumnya produsen pesawat raksasa asal AS itu menyatakan bakal memangkas produksi 737 secara bulanan menjadi 42 pesawat dari 52 dan menyakinkan tengah membuat kemajuan pada pembaruan perangkat lunak 737 MAX untuk mencegah kecelakaan ke depannya.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (10/4/2019) Boeing dianggap menyembunyikan kekurangan keamanan di pesawat 737 MAX sebelum dua kecelakaan fatal membuat seluruh jenis pesawat tersebut dilarang terbang di seluruh dunia. Pengajuan guguatan yang dilakukan di pengadilan Federal Chicago tersebut berupaya untuk menagih ganti rugi atas dugaan pelanggaran keamanan setelah nilai valuasi Boeing anjlok hingga USD3 miliar dalam waktu dua minggu sejak kecelakaan Ethiopian Airlines.
Chief Executive Boeing Dennis Muilenburg dan Chief Financial Officer Gregory Smith menjadi pihak yang disebut sebagai terdakwa yang harus bertanggung jawab atas tudingan tersebut. Sementara itu juru bicara Boeing Charles Bickers tidak segera memberikan tanggapan atas kasus ini. Dalam keluhan tersebut tertulis bahwa Boeing telah menempatkan keuntungan dan pertumbuhan perusahaan di atas keamanan dan kejujuran dengan memproduksi serta memasarkan 737 Max ke pasar.
Hal itu dinilai dilakukan Boeing ketika persaingan ketat dengan Airbus SE. Buntutnya Boeing dianggap lalai tidak memberikan fitur-fitur ekstra untuk mencegah kecelakaan yang terjadi pada Ethiopian Airlines maupun Lion Air. Di sisi lain pernyataan Boeing tentang prospek pertumbuhan serta 737 MAX dihantam oleh dugaan konflik kepentingan dalam penilaian keamanan pesawat.
Richard Seeks sebagai penggugat utama, mengatakan kompromi Boeing mulai muncul setelah kecelakaan Ethiopian Airlines menewaskan semua 157 penumpang, lima bulan setelah kecelakaan Lion Air yang menewaskan 189. Ia mengaku dirinya membeli 300 saham Boeing di awal Maret dan menjualnya dua minggu belakangan secara rugi. Gugatan ini diajukan oleh mereka yang menjadi investor Boeing dalam kurun waktu 8 Januari hingga 21 Maret 2019.
Sebagai informasi para pemegang saham sering mengajukan tuntutan hukum terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan penipuan sekuritas karena menyembunyikan informasi negatif material yang menyebabkan harga saham merosot setelah dipublikasikan. Selain itu Boeing yang berbasis di Chicago juga harus menghadapi banyak tuntutan hukum lain karena kedua kecelakaan tersebut termasuk oleh keluarga korban dan karyawan mereka yang akan memasuki masa pensiun
Boeing pun menyatakan, pesanan pesawat mereka pada kuartal pertama tahun ini merosot jadi 95 pesanan pesawat dari 180 pesanan tahun lalu, dengan tidak adanya pesanan pesawat jenis 737 Max yang mendapatkan larangan terbang. Sebelumnya produsen pesawat raksasa asal AS itu menyatakan bakal memangkas produksi 737 secara bulanan menjadi 42 pesawat dari 52 dan menyakinkan tengah membuat kemajuan pada pembaruan perangkat lunak 737 MAX untuk mencegah kecelakaan ke depannya.
(akr)