Subak di Bali Dapat Pelatihan Pengoperasian Alsintan
A
A
A
JAKARTA - Anggota atau perwakilan dari sejumlah Subak di Bali diberi pelatihan cara mengoperasikan alat dan mesin pertanian (alsintan). Pelatihan diberikan Pemerintah Pusat bekerjasama dengan dinas pertanian provinsi.
"Pelatihan atau sosialisasi soal alsintan memang penting untuk meningkatan pengetahuan petani," kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy di Jakarta, Selasa (16/4/2019).
Menurut Sarwo Edhy, dengan melakukan sosialisasi dan pelatihan penggunan alsintan, petani diharapkan menjadi lebih terbiasa dengan teknologi, sehingga pemanfaatan alat tersebut menjadi maksimal.
"Melalui kegiatan tersebut, petani bisa lebih optimal menggunakan alsintan, mulai dari olah tanah sampai panen. Belakangan ini Subak di Bali rutin memberikan sosialisasi pentingnya memanfaatkan alsintan kepada anggota Poktan maupun Gapoktan," ungkap Sarwo Edhy.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana, W. Sutama, mengatakan pelatihannya bisa dilakukan di balai pelatihan dinas terkait selama 4-5 hari. Pesertanya adalah perwakilan anggota Subak yang mengelola alsintan sebanyak 20 orang.
"Subak yang ada di Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana hampir semuanya menerima bantuan pemerintah yaitu alsintan pra panen maupun pasca panen. Alsintan tersebut dikelola melalui Subak. Sebab, Subak ini merupakan organisasi kemasyarakatan yang langsung berhubungan dengan petani," kata Sutama.
Menurut Sutama, alsintan bantuan Kementan di Jembrana ada juga yang langsung dikelola UPJA. Umumnya, UPJA yang mengelola asintan ini dibentuk dari sejumlah petani.
"Jadi, sebenarnya mau dikelola oleh Subak atau UPJA itu tak ada masalah. Apalagi saat ini sudah banyak UPJA yang didirikan sejumlah petani di sini," paparnya.
Alsintan yang dikelola anggota Subak umumnya bisa berjalan dengan baik, karena manajemen Subak yang dikembangkan di Bali sudah banyak yang mapan. Sehingga alsintan yang dikelola lebih mudah dikembangkan.
Sutama juga mengungkapkan, Subak di Bali umumnya sudah punya koperasi. Sehingga, pengelolaan alsintan bisa dilakukan bersama koperasi anggota Subak.
"Karena itu, petani yang tergabung dalam Subak tak ada masalah dengan UPJA. Sebab, Subak itu fungsinya tak jauh beda dengan UPJA. Apakah alsintan itu akan dikelola melalui Subak atau UPJA secara tersendiri juga tak ada masalah bagi petani," paparnya.
Seperti diketahui, Subak merupakan organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur dan mengelola sistem pengairan sawah dalam bercocok tanam di Bali. Masyarakat khususnya petani Bali juga sangat menghormati kearifan lokal yang hingga kini masih dipelihara dengan baik.
"Pelatihan atau sosialisasi soal alsintan memang penting untuk meningkatan pengetahuan petani," kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy di Jakarta, Selasa (16/4/2019).
Menurut Sarwo Edhy, dengan melakukan sosialisasi dan pelatihan penggunan alsintan, petani diharapkan menjadi lebih terbiasa dengan teknologi, sehingga pemanfaatan alat tersebut menjadi maksimal.
"Melalui kegiatan tersebut, petani bisa lebih optimal menggunakan alsintan, mulai dari olah tanah sampai panen. Belakangan ini Subak di Bali rutin memberikan sosialisasi pentingnya memanfaatkan alsintan kepada anggota Poktan maupun Gapoktan," ungkap Sarwo Edhy.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana, W. Sutama, mengatakan pelatihannya bisa dilakukan di balai pelatihan dinas terkait selama 4-5 hari. Pesertanya adalah perwakilan anggota Subak yang mengelola alsintan sebanyak 20 orang.
"Subak yang ada di Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana hampir semuanya menerima bantuan pemerintah yaitu alsintan pra panen maupun pasca panen. Alsintan tersebut dikelola melalui Subak. Sebab, Subak ini merupakan organisasi kemasyarakatan yang langsung berhubungan dengan petani," kata Sutama.
Menurut Sutama, alsintan bantuan Kementan di Jembrana ada juga yang langsung dikelola UPJA. Umumnya, UPJA yang mengelola asintan ini dibentuk dari sejumlah petani.
"Jadi, sebenarnya mau dikelola oleh Subak atau UPJA itu tak ada masalah. Apalagi saat ini sudah banyak UPJA yang didirikan sejumlah petani di sini," paparnya.
Alsintan yang dikelola anggota Subak umumnya bisa berjalan dengan baik, karena manajemen Subak yang dikembangkan di Bali sudah banyak yang mapan. Sehingga alsintan yang dikelola lebih mudah dikembangkan.
Sutama juga mengungkapkan, Subak di Bali umumnya sudah punya koperasi. Sehingga, pengelolaan alsintan bisa dilakukan bersama koperasi anggota Subak.
"Karena itu, petani yang tergabung dalam Subak tak ada masalah dengan UPJA. Sebab, Subak itu fungsinya tak jauh beda dengan UPJA. Apakah alsintan itu akan dikelola melalui Subak atau UPJA secara tersendiri juga tak ada masalah bagi petani," paparnya.
Seperti diketahui, Subak merupakan organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur dan mengelola sistem pengairan sawah dalam bercocok tanam di Bali. Masyarakat khususnya petani Bali juga sangat menghormati kearifan lokal yang hingga kini masih dipelihara dengan baik.
(ven)