Ubah Mindset Petani di Food Estate dengan Alsintan
loading...
A
A
A
KALIMANTAN TENGAH - Kementerian Pertanian (Kementan) bukan hanya bergerak untuk memaksimalkan produksi pertanian di lokasi Food Estate Kalimantan Tengah. Namun dengan sejumlah alsintan yang digelontorkan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan mencoba mengubah pola pikir atau mindset petani . Termasuk juga mencoba melibatkan petani milenial.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Kementerian Pertanian selalu mendorong agar pertanian Indonesia menjadi maju, mandiri, dan modern. “Salah satu ciri pertanian modern dan maju adalah dengan memanfaatkan alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam menjalankan aktivitas pertanian. Dengan cara ini, produktivitas bisa digenjot. Karena alsintan bisa menekan losses,” tuturnya, Kamis (8/10/2020).
(Baca Juga: Jokowi Yakin Model Bisnis Food Estate Bisa Dongkrak Pendapatan Petani )
Dirjen PSP Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy mempertegas pernyataan tersebut dengan menguangkapkan, alsintan harus dimanfaatkan untuk mendukung pertanian, khususnya di lokasi Food Estate. “Jadi para petani ini kita dorong untuk mengubah mindset mereka dari pola bertani tradisional ke pola bertani modern, tentunya dengan mekanisasi. Caranya dengan memanfaatkan alsintan,” tuturnya.
Untuk mendukung pertanian di Food Estate, Ditjen PSP memaksimal peran alsintan. Di antaranya alat tanam transplanter, mesin olah tanah seperti traktor roda dua yang kapasitasnya 0,3 sampai 0,5 hektar perhari, kemudian traktor roda 4 kapasitas nya 3 sampai 4 hektar perhari.
“Jadi yang biasa 1 hektar di kerjakan 15 orang selama 4 hari, dengan alsintan hanya cukup 1 jam sudah bisa mengerjakan 3 hektar. Sementara Untuk panennya kita bantu combine harvester yang bisa memanen perhektar hanya 1 hingga 2 jam. Dengan cara biasa, panen biasa memerlukan waktu 5 hari sampai seminggu yang dikerjakan 15 orang perhari,” terangnya.
Kemudian alat mesin dryer untuk mengerikan gabah sehingga bisa langsung digiling di Resmeling unit (RMU). Bahkan, Ditjen PSP pun memanfaatkan alsintan dengan teknologi kekinian yaitu drone untuk menyebar benih.
Menurut Sarwo Edhy, dengan pemanfaatan drone Kementan mencoba merangkul generasi muda agar mau terjun ke pertanian. “Kita memancing generasi muda agar mau jadi petani. Jadi, bertani itu tidak harus kotor-kotoran di lahan sawah, tidak harus becek becekan tapi bisa menggunakan mekanisasi dengan alat mesin pertanian. Sekarang kita sudah membuat alat mesin pertanian dengan kendali remote control, salah satunya adalah drone,” terangnya.
(Baca Juga: Food Estate Perlu Teknologi yang Tepat )
Sarwo Edhy menjelaskan, Kementerian Pertanian mempunyai alat ukur PH air dan drone untuk pertanian. Untuk tester PH, alat ini akan memberikan informasi berapa PH awal sebelum ditabur dolomit, dan berapa PH setelah ditabur dolomit.
“Sedangkan drone kita manfaatkan untuk menanam dengan sistem tabur. Karena lahan rawa ini memang cukup luas. Sehingga, kalau hanya dengan mesin transplanter mungkin ada rawa-rawa yang yang agak dalam itu agak susah untuk menanam. Makanya kita gunakan drone,” jelasnya.
Drone yang digunakan kapasitasnya 20 kg dengan kekuatan baterai 20 menit. Drone ini menaburkan benih lebih kurang 40 sampai 50 kg per hektar. Cara ini lebih efektif. Karena dengan cara tabur manual hanya 25 sampai 30 kg per hektar. Drone juga dimanfaatkan menebar pupuk NPK, Urea, SP36.
Sarwo Edhy juga mengajak petani di seluruh Indonesia untuk terus bekerja di sektor pertanian. Karena, sektor pertanian adalah sektor yang paling menjanjikan. Dan di saat covid-19, sektor yang paling bertumbuh adalah sektor pertanian tumbuh 16,24%, di banding sektor sektor lain.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Kementerian Pertanian selalu mendorong agar pertanian Indonesia menjadi maju, mandiri, dan modern. “Salah satu ciri pertanian modern dan maju adalah dengan memanfaatkan alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam menjalankan aktivitas pertanian. Dengan cara ini, produktivitas bisa digenjot. Karena alsintan bisa menekan losses,” tuturnya, Kamis (8/10/2020).
(Baca Juga: Jokowi Yakin Model Bisnis Food Estate Bisa Dongkrak Pendapatan Petani )
Dirjen PSP Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy mempertegas pernyataan tersebut dengan menguangkapkan, alsintan harus dimanfaatkan untuk mendukung pertanian, khususnya di lokasi Food Estate. “Jadi para petani ini kita dorong untuk mengubah mindset mereka dari pola bertani tradisional ke pola bertani modern, tentunya dengan mekanisasi. Caranya dengan memanfaatkan alsintan,” tuturnya.
Untuk mendukung pertanian di Food Estate, Ditjen PSP memaksimal peran alsintan. Di antaranya alat tanam transplanter, mesin olah tanah seperti traktor roda dua yang kapasitasnya 0,3 sampai 0,5 hektar perhari, kemudian traktor roda 4 kapasitas nya 3 sampai 4 hektar perhari.
“Jadi yang biasa 1 hektar di kerjakan 15 orang selama 4 hari, dengan alsintan hanya cukup 1 jam sudah bisa mengerjakan 3 hektar. Sementara Untuk panennya kita bantu combine harvester yang bisa memanen perhektar hanya 1 hingga 2 jam. Dengan cara biasa, panen biasa memerlukan waktu 5 hari sampai seminggu yang dikerjakan 15 orang perhari,” terangnya.
Kemudian alat mesin dryer untuk mengerikan gabah sehingga bisa langsung digiling di Resmeling unit (RMU). Bahkan, Ditjen PSP pun memanfaatkan alsintan dengan teknologi kekinian yaitu drone untuk menyebar benih.
Menurut Sarwo Edhy, dengan pemanfaatan drone Kementan mencoba merangkul generasi muda agar mau terjun ke pertanian. “Kita memancing generasi muda agar mau jadi petani. Jadi, bertani itu tidak harus kotor-kotoran di lahan sawah, tidak harus becek becekan tapi bisa menggunakan mekanisasi dengan alat mesin pertanian. Sekarang kita sudah membuat alat mesin pertanian dengan kendali remote control, salah satunya adalah drone,” terangnya.
(Baca Juga: Food Estate Perlu Teknologi yang Tepat )
Sarwo Edhy menjelaskan, Kementerian Pertanian mempunyai alat ukur PH air dan drone untuk pertanian. Untuk tester PH, alat ini akan memberikan informasi berapa PH awal sebelum ditabur dolomit, dan berapa PH setelah ditabur dolomit.
“Sedangkan drone kita manfaatkan untuk menanam dengan sistem tabur. Karena lahan rawa ini memang cukup luas. Sehingga, kalau hanya dengan mesin transplanter mungkin ada rawa-rawa yang yang agak dalam itu agak susah untuk menanam. Makanya kita gunakan drone,” jelasnya.
Drone yang digunakan kapasitasnya 20 kg dengan kekuatan baterai 20 menit. Drone ini menaburkan benih lebih kurang 40 sampai 50 kg per hektar. Cara ini lebih efektif. Karena dengan cara tabur manual hanya 25 sampai 30 kg per hektar. Drone juga dimanfaatkan menebar pupuk NPK, Urea, SP36.
Sarwo Edhy juga mengajak petani di seluruh Indonesia untuk terus bekerja di sektor pertanian. Karena, sektor pertanian adalah sektor yang paling menjanjikan. Dan di saat covid-19, sektor yang paling bertumbuh adalah sektor pertanian tumbuh 16,24%, di banding sektor sektor lain.
(akr)