Darmin: Ekspor Jadi PR Besar Indonesia 5 Tahun ke Depan
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, persoalan ekspor adalah pekerjaan rumah (PR) besar bagi pemimpin Indonesia 5 tahun ke depan. Kinerja ekspor Indonesia saat ini dinilainya masih belum cukup baik.
"Perhatikan bahwa ekspor kita itu dilihat dari 4 tujuan utama yakni China, Amerika, Jepang, Eropa. Itu sudah 2 bulan semua ekspor kita menurun. Artinya ada hal-hal baru yang berkembang yang juga harus dijawab," ujar Darmin di Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (17/4/2019).
Dia menjelaskan, sebenarnya pemerintahan saat ini sudah merancang strategi untuk menghadapi kondisi perekonomian lima tahun ke depan. Namun, ada ketidakpastian ekonomi global yang tak diduga sebelumnya.
Salah satunya, adanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, yang pada akhirnya berimbas kepada perekonomian seluruh negara di dunia. Akhirnya pertumbuhan ekonomi dunia pun melambat, IMF bahkan mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi hanya 3,3%
"Sebenarnya untuk kebijakan kita 5 tahun ke depan itu tadinya sudah kita siapkan sejak 2-3 tahun yang lalu. Tapi tiba-tiba ada gejolak ekonomi global, kita harus menghadapi yang dadakan itu. Artinya bagaimana caranya supaya ekspor kita ke neraca dagang bisa dipertahankan positif, karena kalau enggak, kita akan dianggap berisiko," jelasnya.
Darmin mengatakan, pemerintah juga telah menyusun strategi jangka menengah untuk menghadapi persoalan ekonomi global, seperti pembangunan infrastruktur, insentif pajak, mempermudah perizinan usaha, reformasi agraria, hingga pendidikan vokasi. Namun, dia menekankan, yang utama tetap membenahi kinerja ekspor. "Itu semua tetap penting (strategi jangka menengah), tetapi ada yang lebih mendesak sekarang yaitu ekspor," tandasnya.
"Perhatikan bahwa ekspor kita itu dilihat dari 4 tujuan utama yakni China, Amerika, Jepang, Eropa. Itu sudah 2 bulan semua ekspor kita menurun. Artinya ada hal-hal baru yang berkembang yang juga harus dijawab," ujar Darmin di Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (17/4/2019).
Dia menjelaskan, sebenarnya pemerintahan saat ini sudah merancang strategi untuk menghadapi kondisi perekonomian lima tahun ke depan. Namun, ada ketidakpastian ekonomi global yang tak diduga sebelumnya.
Salah satunya, adanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, yang pada akhirnya berimbas kepada perekonomian seluruh negara di dunia. Akhirnya pertumbuhan ekonomi dunia pun melambat, IMF bahkan mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi hanya 3,3%
"Sebenarnya untuk kebijakan kita 5 tahun ke depan itu tadinya sudah kita siapkan sejak 2-3 tahun yang lalu. Tapi tiba-tiba ada gejolak ekonomi global, kita harus menghadapi yang dadakan itu. Artinya bagaimana caranya supaya ekspor kita ke neraca dagang bisa dipertahankan positif, karena kalau enggak, kita akan dianggap berisiko," jelasnya.
Darmin mengatakan, pemerintah juga telah menyusun strategi jangka menengah untuk menghadapi persoalan ekonomi global, seperti pembangunan infrastruktur, insentif pajak, mempermudah perizinan usaha, reformasi agraria, hingga pendidikan vokasi. Namun, dia menekankan, yang utama tetap membenahi kinerja ekspor. "Itu semua tetap penting (strategi jangka menengah), tetapi ada yang lebih mendesak sekarang yaitu ekspor," tandasnya.
(fjo)