Ekonomi China Berangsur Pulih, Pasar Saham dan Mata Uang Berayun
A
A
A
BEIJING - Pasar saham Asia berayun lebih tinggi pada perdagangan hari Rabu (17/4/2019) seiring serangkaian data positif dari China, dimana ekonomi tumbuh melebihi ekspektasi yang pada akhirnya ekonomi terbesar kedua di dunia mendapatkan daya tariknya. Para investor mendapatkan berita baik dari China saat pertumbuhan ekonomi kuartal pertama mencapai 6,4%.
Lebih penting lagi output industri naik 8,5% di bulan Maret dari tahun sebelumnya, menyingkirkan perkiraan kenaikan 5,9 %. Penjualan ritel juga terpuaskan dengan lonjakan 8,7%. Sentimen positif membuat investor segera bereaksi dengan membeli dolar Australia, yang sering menjadi proksi likuid saham China, yang mendorong naik 0,3% ke posisi tertinggi dua bulan pada USD 0,7206.
Indeks Nikkei Jepang menambahkan tambahan 0,5% untuk mencapai level tertinggi dalam hampir lima bulan, sementara E-Mini futures untuk S&P 500 naik 0,2%. Sedangkan Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,2% mendekati level tertinggi sejak Juli 2018. "Ini menunjukkan bahwa langkah-langkah kebijakan yang diperkenalkan oleh pejabat China tahun lalu sekarang membuahkan hasil," kata Rodrigo Catril, ahli strategi valas senior di National Australia Bank.
"Kami memiliki kejutan positif pada data kredit dan data perumahan minggu lalu dan sekarang PDB telah datang lebih baik dari harapan, yang menandakan bahwa pemulihan sedang berlangsung. Kami melihat kebangkitan ekonomi China sebagai kondisi yang diperlukan untuk peningkatan prospek pertumbuhan global," tambahnya.
Di pasar mata uang, dolar akhirnya berhasil mengatasi resistensi atas yen di 112,13 untuk mencapai level tertinggi sejak Desember di 112,16. Terakhir angkanya berada di 112,02. Posisi dolar AS masih datar pada sekeranjang mata uang di 96,991, masih dalam kisaran 95,00 hingga 97,70 yang telah bertahan selama enam bulan terakhir.
Euro naik tipis ke USD 1,1298 (sekitar 15.775 rupiah), setelah tergelincir dari USD 1,1314 semalam pada laporan Reuters yang menunjukkan beberapa pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa berpendapat bahwa proyeksi ekonomi bank terlalu optimis.
Satu mata uang yang bergerak adalah dolar Selandia Baru yang merosot hingga USD0,6668 setelah inflasi harga konsumen tahunan berada jauh di bawah ekspektasi hanya 1,5% untuk kuartal pertama. Imbal hasil obligasi dua tahun turun 9 basis poin menjadi 1,48% karena investor memperkirakan Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) harus memotong suku bunga sebagai respons.
Pada pasar komoditas, peningkatan umum dalam sentimen risiko melihat harga emas tergelincir ke titik terendah untuk tahun ini sejauh ini dan terakhir bernilai USD 1.276,61 per ons. Sementara harga minyak mentah naik karena pertempuran di Libya dan penurunan ekspor Venezuela ditambah Iran meningkatkan kekhawatiran tentang pengetatan pasokan global. Minyak mentah AS bertahan hingga 48 sen pada USD 64,53 per barel, sementara minyak mentah Brent berjangka naik 27 sen menjadi USD 71,99.
Lebih penting lagi output industri naik 8,5% di bulan Maret dari tahun sebelumnya, menyingkirkan perkiraan kenaikan 5,9 %. Penjualan ritel juga terpuaskan dengan lonjakan 8,7%. Sentimen positif membuat investor segera bereaksi dengan membeli dolar Australia, yang sering menjadi proksi likuid saham China, yang mendorong naik 0,3% ke posisi tertinggi dua bulan pada USD 0,7206.
Indeks Nikkei Jepang menambahkan tambahan 0,5% untuk mencapai level tertinggi dalam hampir lima bulan, sementara E-Mini futures untuk S&P 500 naik 0,2%. Sedangkan Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,2% mendekati level tertinggi sejak Juli 2018. "Ini menunjukkan bahwa langkah-langkah kebijakan yang diperkenalkan oleh pejabat China tahun lalu sekarang membuahkan hasil," kata Rodrigo Catril, ahli strategi valas senior di National Australia Bank.
"Kami memiliki kejutan positif pada data kredit dan data perumahan minggu lalu dan sekarang PDB telah datang lebih baik dari harapan, yang menandakan bahwa pemulihan sedang berlangsung. Kami melihat kebangkitan ekonomi China sebagai kondisi yang diperlukan untuk peningkatan prospek pertumbuhan global," tambahnya.
Di pasar mata uang, dolar akhirnya berhasil mengatasi resistensi atas yen di 112,13 untuk mencapai level tertinggi sejak Desember di 112,16. Terakhir angkanya berada di 112,02. Posisi dolar AS masih datar pada sekeranjang mata uang di 96,991, masih dalam kisaran 95,00 hingga 97,70 yang telah bertahan selama enam bulan terakhir.
Euro naik tipis ke USD 1,1298 (sekitar 15.775 rupiah), setelah tergelincir dari USD 1,1314 semalam pada laporan Reuters yang menunjukkan beberapa pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa berpendapat bahwa proyeksi ekonomi bank terlalu optimis.
Satu mata uang yang bergerak adalah dolar Selandia Baru yang merosot hingga USD0,6668 setelah inflasi harga konsumen tahunan berada jauh di bawah ekspektasi hanya 1,5% untuk kuartal pertama. Imbal hasil obligasi dua tahun turun 9 basis poin menjadi 1,48% karena investor memperkirakan Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) harus memotong suku bunga sebagai respons.
Pada pasar komoditas, peningkatan umum dalam sentimen risiko melihat harga emas tergelincir ke titik terendah untuk tahun ini sejauh ini dan terakhir bernilai USD 1.276,61 per ons. Sementara harga minyak mentah naik karena pertempuran di Libya dan penurunan ekspor Venezuela ditambah Iran meningkatkan kekhawatiran tentang pengetatan pasokan global. Minyak mentah AS bertahan hingga 48 sen pada USD 64,53 per barel, sementara minyak mentah Brent berjangka naik 27 sen menjadi USD 71,99.
(akr)