RI Gandeng ICAO Kembangkan Penerapan Navigasi Penerbangan Berbasis Kinerja
A
A
A
JAKARTA - Peningkatan bisnis penerbangan nasional menyebabkan semakin banyaknya pesawat yang beroperasi di langit Indonesia setiap harinya. Lalu lintas atau navigasi pesawat-pesawat tersebut harus diatur secara baik sehingga teratur dan keselamatan penerbangannya tetap terjaga.
Tahun 2006, metode Navigasi Berbasis Kinerja (Performance Based Navigation/PBN) diperkenalkan di Indonesia dan tahun 2012 dioperasikan di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta untuk melakukan pengaturan lalu lintas penerbangan yang lebih baik.
PBN adalah metode navigasi pesawat yang dilengkapi dengan peralatan yang memenuhi persyaratan Required Navigation Performance (RNP) adalah pernyataan suatu performance accuracy dari navigasi pada airspace yang telah ditentukan berdasar pada kombinasi navigasi sensor error, airborne receiver error, display error dan flight technical erros, contohnya keharusan sebuah pesawat untuk terbang akurat di jalurnya.
Sedangkan RNAV (Area Navigation) adalah metode navigasi yang mengijinkan pesawat terbang untuk terbang dalam dalam lintasan yang diinginkan, dalam cakupan kerja dari stasiun navigasi bumi (VOR,DME, ADF). Tanpa RNAV, pesawat harus terbang dalam lintasan yang mengikuti posisi stasiun navigasi bumi. Peralatan tersebut dimonitor secara terus menerus terkait ketepatannya, integritasnya, ketersedian dan fungsinya.
PBN memberikan sejumlah manfaat operasional seperti meningkatkan keselamatan, efisiensi, mengurangi jejak karbon, dan mengurangi biaya operasional penerbangan.
Terkait dengan hal tersebut, untuk mengembangkan penerapan PBN di Indonesia, Ditjen Perhubungan Udara dan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) mengadakan serangkaian acara Performance Based Navigation- Implementation Coordination Group (PBN-ICG) Meeting pada Senin-Jumat (22-26 April 2019) di Bali.
"Navigasi penerbangan itu sangat perlu dalam operasional penerbangan. Navigasi penerbangan juga harus terus menerus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan lalu lintas dan teknologi penerbangan. Jadi kita adakan kegiatan ini untuk update terkait pelaksanaan PBN di Indonesia sehingga bisa diketahui operasional saat ini dan apa-apa yang dibutuhkan untuk pengembangan di masa depan," ujar Dirjen Perhubungan Udara Polana B Pramesti di Jakarta, Selasa (23/4/2019).
Dalam acara yang menghadirkan tenaga ahli ICAO dan perwakilan negara di kawasan Asia Pasific ini, Polana berharap dapat dilakukan diskusi dan saling memberi masukan sehingga operasional PBN dapat meningkatkan keselamatan penerbangan dan manfaat lainnya, tidak hanya di wilayah Indonesia, juga di kawasan Asia Pasifik.
Rangkaian acara PBN-ICG diawali hari ini dengan workshop nasional PBN. Kegiatan workshop ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman bersama terkait implementasi PBN yang sudah dilaksanakan dan dikembangkan di Indonesia. Dalam forum ini juga akan didiskusikan berbagai hal dan permasalahan terkait implementasi PBN sehingga implementasi PBN dapat berjalan dengan lebih baik.
Tahun 2006, metode Navigasi Berbasis Kinerja (Performance Based Navigation/PBN) diperkenalkan di Indonesia dan tahun 2012 dioperasikan di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta untuk melakukan pengaturan lalu lintas penerbangan yang lebih baik.
PBN adalah metode navigasi pesawat yang dilengkapi dengan peralatan yang memenuhi persyaratan Required Navigation Performance (RNP) adalah pernyataan suatu performance accuracy dari navigasi pada airspace yang telah ditentukan berdasar pada kombinasi navigasi sensor error, airborne receiver error, display error dan flight technical erros, contohnya keharusan sebuah pesawat untuk terbang akurat di jalurnya.
Sedangkan RNAV (Area Navigation) adalah metode navigasi yang mengijinkan pesawat terbang untuk terbang dalam dalam lintasan yang diinginkan, dalam cakupan kerja dari stasiun navigasi bumi (VOR,DME, ADF). Tanpa RNAV, pesawat harus terbang dalam lintasan yang mengikuti posisi stasiun navigasi bumi. Peralatan tersebut dimonitor secara terus menerus terkait ketepatannya, integritasnya, ketersedian dan fungsinya.
PBN memberikan sejumlah manfaat operasional seperti meningkatkan keselamatan, efisiensi, mengurangi jejak karbon, dan mengurangi biaya operasional penerbangan.
Terkait dengan hal tersebut, untuk mengembangkan penerapan PBN di Indonesia, Ditjen Perhubungan Udara dan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) mengadakan serangkaian acara Performance Based Navigation- Implementation Coordination Group (PBN-ICG) Meeting pada Senin-Jumat (22-26 April 2019) di Bali.
"Navigasi penerbangan itu sangat perlu dalam operasional penerbangan. Navigasi penerbangan juga harus terus menerus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan lalu lintas dan teknologi penerbangan. Jadi kita adakan kegiatan ini untuk update terkait pelaksanaan PBN di Indonesia sehingga bisa diketahui operasional saat ini dan apa-apa yang dibutuhkan untuk pengembangan di masa depan," ujar Dirjen Perhubungan Udara Polana B Pramesti di Jakarta, Selasa (23/4/2019).
Dalam acara yang menghadirkan tenaga ahli ICAO dan perwakilan negara di kawasan Asia Pasific ini, Polana berharap dapat dilakukan diskusi dan saling memberi masukan sehingga operasional PBN dapat meningkatkan keselamatan penerbangan dan manfaat lainnya, tidak hanya di wilayah Indonesia, juga di kawasan Asia Pasifik.
Rangkaian acara PBN-ICG diawali hari ini dengan workshop nasional PBN. Kegiatan workshop ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman bersama terkait implementasi PBN yang sudah dilaksanakan dan dikembangkan di Indonesia. Dalam forum ini juga akan didiskusikan berbagai hal dan permasalahan terkait implementasi PBN sehingga implementasi PBN dapat berjalan dengan lebih baik.
(fjo)