Zurich: Kerentanan Cyber dan Data Bocor Perlu Diperhatikan
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama Zurich Insurance Indonesia, Hassan Karim mengungkapkan, setidaknya terdalam lima risiko utama yang mengarah ke Indonesia pada tahun 2019 ini. Ia menyampaikan bahwa dalam laporan Global Risk World Economic Forum ke-14, terdapat risiko dalam interkoneksi.
"Kita harus melihat spektrum menyeluruh dari risiko dan mulai bekerja mencari solusi. Interkonektivitas risiko ini butuh ditangani oleh semua stakeholders, baik dari bisnis maupun pemerintah dengan memitigasinya lewat kolaborasi yang kompak," ungkap Hassan Karim dalam acara Zurich Global Risk Forum: Global Fragilities, Risk Mitigation and Impact to Today's Interconnected World di Jakarta, Jumat (26/4/2019).
Lebih lanjut Ia memberikan rician lima risiko yang membayang Indonesia, pertama dari segi makro ekonomi yakni perlambatan ekonomi dan tensi geopolitik secara global. Sedangkan risiko kedua adalah environmental risk atau cuaca ekstrim, meski menurutnya bukan isu baru tetapi hingga saat ini belum terselesaikan bagaimana cara menghadapinya.
"Perubahan iklim dan cuaca sangatlah penting mengingat dampaknya ke Indonesia. Negara kita seringkali mengalami bencana alam besar seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami. Namun perlu diperhatikan bahwa isu utama adalah banjir. Semua bencana ini tentunya berpengaruh ke bisnis dan hidup kita," tambahnya.
Ungkapnya risiko ketiga yaitu tingginya angka urbanisasi dan berisiko pada banjir, terkait dengan faktor lingkungan. Technological vulnerabilities juga perlu diperhatikan, dimana ransisi tren, seiring waktu, kita semakin bergantung pada teknologi dan kemudahannya yang meningkatkan kerentanan di saat yang sama. Risiko kelima yang terakhir adalah mental well-being, perubahan kompleks di masyarakat dan gaya hidup.
"Kerentanan cyber dan bocornya data serta privasi kita juga perlu diperhatikan. Ketergantungan kita yang sangat tinggi terhadap teknologi akan semakin mengekspos kerentanan kita terhadap serangan cyber, tentunya hal ini menjadi PR kita untuk memitigasi risikonya bersama," paparnya.
"Kita harus melihat spektrum menyeluruh dari risiko dan mulai bekerja mencari solusi. Interkonektivitas risiko ini butuh ditangani oleh semua stakeholders, baik dari bisnis maupun pemerintah dengan memitigasinya lewat kolaborasi yang kompak," ungkap Hassan Karim dalam acara Zurich Global Risk Forum: Global Fragilities, Risk Mitigation and Impact to Today's Interconnected World di Jakarta, Jumat (26/4/2019).
Lebih lanjut Ia memberikan rician lima risiko yang membayang Indonesia, pertama dari segi makro ekonomi yakni perlambatan ekonomi dan tensi geopolitik secara global. Sedangkan risiko kedua adalah environmental risk atau cuaca ekstrim, meski menurutnya bukan isu baru tetapi hingga saat ini belum terselesaikan bagaimana cara menghadapinya.
"Perubahan iklim dan cuaca sangatlah penting mengingat dampaknya ke Indonesia. Negara kita seringkali mengalami bencana alam besar seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami. Namun perlu diperhatikan bahwa isu utama adalah banjir. Semua bencana ini tentunya berpengaruh ke bisnis dan hidup kita," tambahnya.
Ungkapnya risiko ketiga yaitu tingginya angka urbanisasi dan berisiko pada banjir, terkait dengan faktor lingkungan. Technological vulnerabilities juga perlu diperhatikan, dimana ransisi tren, seiring waktu, kita semakin bergantung pada teknologi dan kemudahannya yang meningkatkan kerentanan di saat yang sama. Risiko kelima yang terakhir adalah mental well-being, perubahan kompleks di masyarakat dan gaya hidup.
"Kerentanan cyber dan bocornya data serta privasi kita juga perlu diperhatikan. Ketergantungan kita yang sangat tinggi terhadap teknologi akan semakin mengekspos kerentanan kita terhadap serangan cyber, tentunya hal ini menjadi PR kita untuk memitigasi risikonya bersama," paparnya.
(akr)