AS Tuding China Langgar Komitmen Negosiasi Perang Dagang
A
A
A
NEW YORK - Anggota delegasi perdagangan Amerika Serikat (AS) Robert Lighthizer menuding China telah mengingkari komitmen dalam pembicaraan perdagangan sebagai upaya negosiasi menghentikan perang dagang. Meski begitu Ia menegaskan, kesepakatan mengenaikan penerapan tarif impor masih mungkin terjadi.
Lighthizer mengatakan, ancaman Presiden Donald Trump untuk mengenakan pajak baru terhadap ekspor Beijing setelah China melanggar janjinya. Namun dia mengutarakan, delegasi China masih diharapkan datang ke Washington pada hari Kamis untuk menjalani perundingan lebih lanjut.
Saham AS kembali menguat setelah jatuh tajam sebelumnya. Seperti diketahui pada akhir pekan kemarin, Trump melalui media Twitter mengutarakan, segera menaikkan tarif bea impor lebih dari dua kali lipat atas produk-produk asal China dengan nilai mencapai USD200 miliar. Kebijakan tarif baru ini diyakini bakal diterapkan pada hari Jumat, pekan ini.
Berbicara kepada wartawan, Lighthizer mengatakan: "Selama sekitar satu minggu terakhir ini kita telah melihat erosi pada komitmen China. Menurut pandangan kali, hal ini tidak dapat diterima,".
Dia menambahkan, China telah mencoba secara substansial mengubah teks perjanjian antara kedua negara saat mendekati tahap akhir. "Kami tidak akan menghentikan pembicaraan pada saat ini. Tetapi untuk sekarang, hari Jumat akan ada tarif lanjutan," kata Lighthizer.
Sebelumnya, pasar saham dunia merosot mengikuti tweet presiden, dengan Komposit Shanghai jatuh 5,6%. Namun di AS, Dow Jones ditutup turun hanya 0,3% setelah merosot 471 poin atau hampir setara dengan 1,8% di awal perdagangan.
Ancaman Trump
Pada hari Minggu, kematin Presiden AS men-tweeted bahwa tarif 10% untuk barang-barang tertentu akan naik menjadi 25% pada hari Jumat, mendatang dan USD325 miliar dari barang-barang yang tidak membayar pajak bisa dikenakan 25% "segera". "Kesepakatan Perdagangan dengan China berlanjut, tetapi terlalu lambat, ketika mereka berusaha untuk menegosiasikan kembali. Tidak!" ujar Trump dalam kicauannya.
Lalu diikuti dengan tweet lanjutan pada hari Senin, bahwa AS telah "kehilangan" USD500 miliar per tahun pada perdagangan dengan China. "Maaf, kita tidak akan melakukan itu lagi!" ujar Presiden lewat tweet-nya.
Setelah memberlakukan bea atas produk antara satu sama lain dengan nilai miliaran dolar tahun lalu, AS dan China telah berupaya untuk bernegosiasi dan dalam beberapa pekan terakhir, tampaknya hampir mencapai kesepakatan. Pekan lalu Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menggambarkan pembicaraan yang diadakan di Beijing sebagai hasil yang "produktif".
Namun menurut laporan, dalam beberapa hari terakhir pejabat AS menjadi frustrasi dengan penolakan China untuk mengubah hukumnya sebagai bagian dari kesepakatan - sesuatu yang sebelumnya telah disepakati. Poin-poin penting lainnya yang sangat krusial termasuk cara menegakkan kesepakatan, apakah dan seberapa cepat menurunkan tarif yang sudah diberlakukan dan masalah seputar perlindungan kekayaan intelektual.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan kepada wartawan bahwa, perundingan hampir 90% selesai tetapi perunding China berusaha untuk "kembali pada bahasa yang sebelumnya dinegosiasikan". "Ini sangat jelas, yang berpotensi mengubah kesepakatan secara dramatis," katanya.
Apakah Negosiasi Dagang Terhenti?
Sejauh ini, AS telah menetapkan tarif senilai USD250 miliar terhadap produk-produk asal China, setelah menuduh Negeri Tirai Bambu itu melakukan praktik perdagangan yang tidak adil. Beijing lalu membalas dengan bea atas barang-barang dari AS mencapai USD110 miliar, serta Beijing menyalahkan AS karena memulai "perang dagang terbesar dalam sejarah ekonomi".
Namun, beberapa analis mempertanyakan apakah ancaman Trump adalah taktik negosiasi. William Reinsch, pakar kebijakan perdagangan di Pusat Studi Strategis dan Internasional, mengatakan China tidak akan pernah memenuhi semua tuntutan AS. "Pada titik tertentu presiden akan mencari tahu bahwa mereka tidak akan memberikan semua yang dia inginkan," katanya kepada kantor berita AFP.
Itu akan menempatkan Trump dalam "posisi politik yang genting" apakah "menerima perjanjian yang akan dikritik sebagai pelemahan, sedangkan jika tidak mencapai perjanjian akan dikritik gagal".
Efek Kenaikan Tarif Bea Impor
Langkah terbaru Trump yakni akan meningkatkan bea atas lebih dari 5.000 produk yang dibuat oleh produsen China, mulai dari bahan kimia hingga tekstil dan barang-barang konsumen. Presiden AS awalnya memberlakukan tarif 10% untuk produk-produk tersebut pada bulan September yang akan naik pada bulan Januari, tetapi Trump menundanya karena ini pembicaraan negosiasi mengalami kemajuan.
Kekhawatiran tentang eskalasi lebih lanjut menyebabkan kemerosotan di pasar saham dunia menjelang akhir tahun lalu. IMF telah memperingatkan bahwa perang dagang sepenuhnya akan melemahkan ekonomi global.
Lighthizer mengatakan, ancaman Presiden Donald Trump untuk mengenakan pajak baru terhadap ekspor Beijing setelah China melanggar janjinya. Namun dia mengutarakan, delegasi China masih diharapkan datang ke Washington pada hari Kamis untuk menjalani perundingan lebih lanjut.
Saham AS kembali menguat setelah jatuh tajam sebelumnya. Seperti diketahui pada akhir pekan kemarin, Trump melalui media Twitter mengutarakan, segera menaikkan tarif bea impor lebih dari dua kali lipat atas produk-produk asal China dengan nilai mencapai USD200 miliar. Kebijakan tarif baru ini diyakini bakal diterapkan pada hari Jumat, pekan ini.
Berbicara kepada wartawan, Lighthizer mengatakan: "Selama sekitar satu minggu terakhir ini kita telah melihat erosi pada komitmen China. Menurut pandangan kali, hal ini tidak dapat diterima,".
Dia menambahkan, China telah mencoba secara substansial mengubah teks perjanjian antara kedua negara saat mendekati tahap akhir. "Kami tidak akan menghentikan pembicaraan pada saat ini. Tetapi untuk sekarang, hari Jumat akan ada tarif lanjutan," kata Lighthizer.
Sebelumnya, pasar saham dunia merosot mengikuti tweet presiden, dengan Komposit Shanghai jatuh 5,6%. Namun di AS, Dow Jones ditutup turun hanya 0,3% setelah merosot 471 poin atau hampir setara dengan 1,8% di awal perdagangan.
Ancaman Trump
Pada hari Minggu, kematin Presiden AS men-tweeted bahwa tarif 10% untuk barang-barang tertentu akan naik menjadi 25% pada hari Jumat, mendatang dan USD325 miliar dari barang-barang yang tidak membayar pajak bisa dikenakan 25% "segera". "Kesepakatan Perdagangan dengan China berlanjut, tetapi terlalu lambat, ketika mereka berusaha untuk menegosiasikan kembali. Tidak!" ujar Trump dalam kicauannya.
Lalu diikuti dengan tweet lanjutan pada hari Senin, bahwa AS telah "kehilangan" USD500 miliar per tahun pada perdagangan dengan China. "Maaf, kita tidak akan melakukan itu lagi!" ujar Presiden lewat tweet-nya.
Setelah memberlakukan bea atas produk antara satu sama lain dengan nilai miliaran dolar tahun lalu, AS dan China telah berupaya untuk bernegosiasi dan dalam beberapa pekan terakhir, tampaknya hampir mencapai kesepakatan. Pekan lalu Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menggambarkan pembicaraan yang diadakan di Beijing sebagai hasil yang "produktif".
Namun menurut laporan, dalam beberapa hari terakhir pejabat AS menjadi frustrasi dengan penolakan China untuk mengubah hukumnya sebagai bagian dari kesepakatan - sesuatu yang sebelumnya telah disepakati. Poin-poin penting lainnya yang sangat krusial termasuk cara menegakkan kesepakatan, apakah dan seberapa cepat menurunkan tarif yang sudah diberlakukan dan masalah seputar perlindungan kekayaan intelektual.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan kepada wartawan bahwa, perundingan hampir 90% selesai tetapi perunding China berusaha untuk "kembali pada bahasa yang sebelumnya dinegosiasikan". "Ini sangat jelas, yang berpotensi mengubah kesepakatan secara dramatis," katanya.
Apakah Negosiasi Dagang Terhenti?
Sejauh ini, AS telah menetapkan tarif senilai USD250 miliar terhadap produk-produk asal China, setelah menuduh Negeri Tirai Bambu itu melakukan praktik perdagangan yang tidak adil. Beijing lalu membalas dengan bea atas barang-barang dari AS mencapai USD110 miliar, serta Beijing menyalahkan AS karena memulai "perang dagang terbesar dalam sejarah ekonomi".
Namun, beberapa analis mempertanyakan apakah ancaman Trump adalah taktik negosiasi. William Reinsch, pakar kebijakan perdagangan di Pusat Studi Strategis dan Internasional, mengatakan China tidak akan pernah memenuhi semua tuntutan AS. "Pada titik tertentu presiden akan mencari tahu bahwa mereka tidak akan memberikan semua yang dia inginkan," katanya kepada kantor berita AFP.
Itu akan menempatkan Trump dalam "posisi politik yang genting" apakah "menerima perjanjian yang akan dikritik sebagai pelemahan, sedangkan jika tidak mencapai perjanjian akan dikritik gagal".
Efek Kenaikan Tarif Bea Impor
Langkah terbaru Trump yakni akan meningkatkan bea atas lebih dari 5.000 produk yang dibuat oleh produsen China, mulai dari bahan kimia hingga tekstil dan barang-barang konsumen. Presiden AS awalnya memberlakukan tarif 10% untuk produk-produk tersebut pada bulan September yang akan naik pada bulan Januari, tetapi Trump menundanya karena ini pembicaraan negosiasi mengalami kemajuan.
Kekhawatiran tentang eskalasi lebih lanjut menyebabkan kemerosotan di pasar saham dunia menjelang akhir tahun lalu. IMF telah memperingatkan bahwa perang dagang sepenuhnya akan melemahkan ekonomi global.
(akr)