Kemenhub Minta Anggaran Rp500 Miliar untuk Perbaiki Terminal Bus
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perhubungan berikhtiar memperbaiki dan merenovasi terminal-terminal bus tipe A di seluruh Indonesia. Tekad ini dilakukan demi meningkatkan kenyamanan dan keamanan penumpang yang menggunakan transportasi bus.
"Dalam jangka menengah, kami memang berencana merenovasi dan memperbaiki terminal-terminal bus tipe A di seluruh Indonesia. Selama ini, kami tidak dapat anggaran tapi tahun depan mungkin dapat alokasi anggaran yang memadai," ujar Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi di Jakarta, Sabtu (18/5/2019).
Untuk itu, Budi Karya akan berbicara dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani terkait anggaran renovasi terminal bus. Ia yakin bisa mendapatkan anggaran yang sesuai dengan kebutuhan.
"Anggarannya kita harapkan dapat yang besar. Bila dapat, katakanlah Rp500 miliar, masing-masing terminal bisa dapat Rp10 miliar. Minimal di terminal itu ada lounge, WC yang bagus dan nyaman. Karena banyak sekali terminal yang masih perlu perbaikan. Karena ini juga ada kaitannya dengan pariwisata di daerah," katanya.
Selain perbaikan terminal bus, Menhub juga meminta kepada pengusaha bus untuk memperbaiki level of service, dengan memperbaiki dan merawat bus.
"Kalau busnya sudah reot, orang tidak akan mau naik. Tapi kalau busnya kinclong, orang akan tertarik," katanya.
Menhub menambahkan bahwa keinginan untuk mengembangkan bus sebagai angkutan utama sudah ada sejak tahun lalu. Karena kebanyakan yang naik bus ini adalah masyarakat menengah ke bawah.
"Keinginan kami mengembangkan bus sebagai angkutan utama sudah ada sejak tahun lalu. Terbukti ada beberapa produk yang mencoba dengan kelas khusus dan itu sukses," jelasnya.
Dia pun mengungkapkan buat bus baru dengan tarif yang mahal itu relatif sukses. Bahwasanya mobil pribadi menjadi favorit sekarang itu mungkin. Tapi untuk jangka panjang, minimal tahun depan itu tidak terjadi lagi.
"Kita tahu permintaan akan bus ini naik tiga kali lipat. Berita itu menggembirakan untuk kita, karena mereka tidak memilih kendaraan pribadi, kendaraan pribadi memang membuat kemacetan. Risiko lalu lintasnya juga banyak, kita kan tidak bisa memaksa hak individu untuk menggunakan kendaraan pribadi, jadi kita mengedukasi agar kita prefer dengan angkutan massal khususnya bus".
"Dalam jangka menengah, kami memang berencana merenovasi dan memperbaiki terminal-terminal bus tipe A di seluruh Indonesia. Selama ini, kami tidak dapat anggaran tapi tahun depan mungkin dapat alokasi anggaran yang memadai," ujar Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi di Jakarta, Sabtu (18/5/2019).
Untuk itu, Budi Karya akan berbicara dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani terkait anggaran renovasi terminal bus. Ia yakin bisa mendapatkan anggaran yang sesuai dengan kebutuhan.
"Anggarannya kita harapkan dapat yang besar. Bila dapat, katakanlah Rp500 miliar, masing-masing terminal bisa dapat Rp10 miliar. Minimal di terminal itu ada lounge, WC yang bagus dan nyaman. Karena banyak sekali terminal yang masih perlu perbaikan. Karena ini juga ada kaitannya dengan pariwisata di daerah," katanya.
Selain perbaikan terminal bus, Menhub juga meminta kepada pengusaha bus untuk memperbaiki level of service, dengan memperbaiki dan merawat bus.
"Kalau busnya sudah reot, orang tidak akan mau naik. Tapi kalau busnya kinclong, orang akan tertarik," katanya.
Menhub menambahkan bahwa keinginan untuk mengembangkan bus sebagai angkutan utama sudah ada sejak tahun lalu. Karena kebanyakan yang naik bus ini adalah masyarakat menengah ke bawah.
"Keinginan kami mengembangkan bus sebagai angkutan utama sudah ada sejak tahun lalu. Terbukti ada beberapa produk yang mencoba dengan kelas khusus dan itu sukses," jelasnya.
Dia pun mengungkapkan buat bus baru dengan tarif yang mahal itu relatif sukses. Bahwasanya mobil pribadi menjadi favorit sekarang itu mungkin. Tapi untuk jangka panjang, minimal tahun depan itu tidak terjadi lagi.
"Kita tahu permintaan akan bus ini naik tiga kali lipat. Berita itu menggembirakan untuk kita, karena mereka tidak memilih kendaraan pribadi, kendaraan pribadi memang membuat kemacetan. Risiko lalu lintasnya juga banyak, kita kan tidak bisa memaksa hak individu untuk menggunakan kendaraan pribadi, jadi kita mengedukasi agar kita prefer dengan angkutan massal khususnya bus".
(ven)