Kementan Tingkatkan Kualitas Data Peternakan Secara Online
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) tengah mempercepat pencapaian swasembada protein melalui peningkatan kualitas data peternakan secara online menuju pertanian 4.0. Hal ini penting mengingat permintaan terhadap daging sapi terus meningkat akibat membaiknya pendapatan dan berubahnya pola konsumsi pangan masyarakat.
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Sekretariat Jenderal Kementan I Ketut Kariyasa mengatakan, program terobosan yang tengah dijalankan yakni Upaya Khusus (UPSUS) peningkatan populasi ternak sapi dan kerbau di Indonesia, yang dikenal dengan Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB). Untuk menunjang program ini, perlu mengetahui data populasi sapi dan kerbau yang akurat dan terkini.
Oleh karena itu, lanjut Kariyasa, perlu terobosan pendataan sapi dan kerbau melalui pelaporan data secara online melalui Informasi Sistem Kesehatan Hewan Nasional (ISIKHNAS).
"Kami di Pusdatin telah menyusun pedoman pendataan populasi sapi dan kerbau secara online melalui ISIKHNAS ini. Uji coba pendataan menggunakan sistem ini telah berhasil dilaksanakan di Provinsi DKI Jakarta pada bulan Februari 2019," kata Kariyasa di Jakarta, Rabu (29/5/2019).
Kariyasa menyebutkan hasil pendataan online ini yakni didapat populasi sapi dan kerbau di DKI Jakarta pada bulan Februari 2019 sebanyak 4501 ekor. Jumlah ini meningkatkat 8,64% dibandingkan dengan hasil Survei Antar Sensus (SUTAS) 2018 yang dirilis BPS.
"Uji coba pendataan selanjutnya akan kami laksanakan di Provinsi Jawa Timur pada Juli 2019 mendatang. Dan beberapa hari lalu, kami mengadakan fokus group diskusi bersama pihak BPS dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar penerapan pendataan online benar-benar melahirkan data yang akurat," ujarnya.
Lebih lanjut Kariyasa menuturkan manfaat pendataan sapi dan kerbau secara online yakni diperolehnya angka populasi yang lebih akurat dan terkini. Membantu dalam perencanaan dan pelaksanaan UPSUS SIWAB khususnya informasi data akseptor (betina produktif) sapi dan kerbau.
"Selain itu, meningkatkan akurasi data potensial stok sapi dan kerbau yang siap untuk di potong serta menghasilkan peta sebaran populasi sapi dan kerbau by name by address," tuturnya.
Dari data SUTAS yang dirilis BPS 2018, tercatat pemerintah melalui UPSUS SIWAB telah berhasil meningkatkan populasi ternak sapi dan kerbau secara nyata. Selama tahun 2013-2018, populasi sapi dan kerbau meningkat 25,8% atau bertambah sebanyak 3,67 juta ekor. Pada tahun 2013, populasi ternak sapi dan kerbau hanya sekitar 14,24 juta ekor. "Dan pada tahun 2018 populasi sapi dan kerbau meningkat menjadi 17,41 juta ekor," jelas Kariyasa.
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Sekretariat Jenderal Kementan I Ketut Kariyasa mengatakan, program terobosan yang tengah dijalankan yakni Upaya Khusus (UPSUS) peningkatan populasi ternak sapi dan kerbau di Indonesia, yang dikenal dengan Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB). Untuk menunjang program ini, perlu mengetahui data populasi sapi dan kerbau yang akurat dan terkini.
Oleh karena itu, lanjut Kariyasa, perlu terobosan pendataan sapi dan kerbau melalui pelaporan data secara online melalui Informasi Sistem Kesehatan Hewan Nasional (ISIKHNAS).
"Kami di Pusdatin telah menyusun pedoman pendataan populasi sapi dan kerbau secara online melalui ISIKHNAS ini. Uji coba pendataan menggunakan sistem ini telah berhasil dilaksanakan di Provinsi DKI Jakarta pada bulan Februari 2019," kata Kariyasa di Jakarta, Rabu (29/5/2019).
Kariyasa menyebutkan hasil pendataan online ini yakni didapat populasi sapi dan kerbau di DKI Jakarta pada bulan Februari 2019 sebanyak 4501 ekor. Jumlah ini meningkatkat 8,64% dibandingkan dengan hasil Survei Antar Sensus (SUTAS) 2018 yang dirilis BPS.
"Uji coba pendataan selanjutnya akan kami laksanakan di Provinsi Jawa Timur pada Juli 2019 mendatang. Dan beberapa hari lalu, kami mengadakan fokus group diskusi bersama pihak BPS dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar penerapan pendataan online benar-benar melahirkan data yang akurat," ujarnya.
Lebih lanjut Kariyasa menuturkan manfaat pendataan sapi dan kerbau secara online yakni diperolehnya angka populasi yang lebih akurat dan terkini. Membantu dalam perencanaan dan pelaksanaan UPSUS SIWAB khususnya informasi data akseptor (betina produktif) sapi dan kerbau.
"Selain itu, meningkatkan akurasi data potensial stok sapi dan kerbau yang siap untuk di potong serta menghasilkan peta sebaran populasi sapi dan kerbau by name by address," tuturnya.
Dari data SUTAS yang dirilis BPS 2018, tercatat pemerintah melalui UPSUS SIWAB telah berhasil meningkatkan populasi ternak sapi dan kerbau secara nyata. Selama tahun 2013-2018, populasi sapi dan kerbau meningkat 25,8% atau bertambah sebanyak 3,67 juta ekor. Pada tahun 2013, populasi ternak sapi dan kerbau hanya sekitar 14,24 juta ekor. "Dan pada tahun 2018 populasi sapi dan kerbau meningkat menjadi 17,41 juta ekor," jelas Kariyasa.
(fjo)