Kinerja Positif Pertamina Sepanjang Tahun 2018
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) berhasil melalui tahun 2018 dengan mencetak kinerja positif, dimana terlihat dari perolehan laba bersih perusahaan pada tahun 2018 sebesar USD2,53 miliar atau setara Rp36 triliun. Direktur Keuangan PT Pertamina Pahala Mansury mengatakan, berdasarkan kriteria Tingkat Kesehatan Perusahaan tahun 2018, Pertamina tetap berada dalam kategori sehat.
Sedangkan untuk bidang Health Safety Security Environment (HSSE) pada 2018, Pertamina meraih 83 PROPER yang terdiri dari 14 PROPER Emas dan 69 PROPER Hijau dari wilayah operasi Pertamina Group. “Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan semua stakeholder sehingga Pertamina mampu mencatatkan kinerja positif pada 2018. Semoga hasil yang telah dicapai ini dapat memberikan kontribusi yang optimal pada negara dan masyarakat,” ujar Pahala di Jakarta, Jumat (31/5/2019).
Selanjutnya, RUPS memutuskan bahwa setoran dividen tunai Pertamina sebesar Rp.7,95 Triliun. Hal tersebut merupakan bagian dari hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Pertamina yang dilaksanakan pada Jumat 31 Mei 2019 di Jakarta.
Ia menjelaskan, pada tahun 2018 memang terdapat sejumlah dinamika yang mempengaruhi kinerja sektor migas seperti nilai ICP yang berada di level USD67,47 per barel dan kurs yang berada di kisaran Rp14.246 per USD. Selain itu Pertamina juga telah berupaya maksimal menjalankan penugasan dari pemerintah dengan menyediakan BBM solar, minyak tanah dan premium serta LPG tabung 3 kg bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan harga sesuai yang ditetapkan pemerintah.
Sampai dengan 31 Desember 2018 Pertamina berhasil melaksanakan penyaluran BBM satu harga sebanyak 123 titik di daerah 3T Indonesia. “Berdasarkan kondisi tersebut, perusahaan tetap mampu mencetak kinerja positif dengan pendapatan perusahaan yang sebesar USD57,93 miliar pada 2018 atau naik dari pendapatan pada 2017 yang sebesar USD46 miliar,” ujarnya.
Realisasi EBITDA sebesar USD 9,20 miliar naik 27% dibandingkan tahun lalu senilai USD 7,26 miliar. Lebih lanjut, pada tahun 2018 Pertamina memberikan kontribusi pajak kepada negara sebesar Rp112,6 Triliun dan kontribusi Pertamina dari sektor hulu melalui government entitlement atas crude dan gas bagian negara serta signature bonus dari komitmen pengelolaan WK terminasi sebesar USD 11,2 miliar.
Lebih lanjut Pahala mengungkapkan, bahwa beberapa hal penting yang memberikan dampak positif terhadap peningkatan perolehan laba Pertamina di tahun 2018 antara lain peningkatan kinerja operasional, termasuk penjualan dalam negeri atas minyak mentah, gas, energi panas bumi, dan hasil minyak. Selain itu, Pertamina juga mendapatkan dukungan Pemerintah dalam hal subsidi solar dan penggantian selisih harga fomula dengan harga jual eceran untuk Jenis BBM Tertentu dan Jenis BBM Khusus Penugasan.
Kinerja positif ini juga ditandai di bidang operasional dimana telah terjadi kenaikan produksi minyak dan gas sebesar 921,36 MBOEPD atau naik 33% dibandingkan tahun 2017 yang sebesar 693 MBOEPD. Demikian juga dengan lifting minyak mentah dan gas yang tercatat sebesar 757,26 MBOEPD atau naik 36% dari tahun sebelumnya yang sebesar 556,33 MBOEPD.
Guna menjaga keberlanjutan produksi migas Indonesia, Pertamina juga telah berhasil meningkatkan tambahan cadangan migas pada tahun 2018 mencapai 426,25 MMBOE atau 36% lebih tinggi dibandingkan realisasi di tahun sebelumnya. Di sektor pengolahan minyak, kemampuan kilang Pertamina untuk menghasilkan produk yang bernilai (yield valuable product) tercatat naik menjadi 79,57% dari tahun sebelumnya yang sebesar 78,13%.
Realisasi pengolahan minyak mentah pada tahun 2018 juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2018 tercatat pengolahan minyak mentah mencapai 333,28 juta barel atau naik 4% dibandingkan tahun 2017 yang mencapai sebesar 320,50 juta barel. Di bidang pemasaran, volume penjualan mengalami kenaikan 4,5% pada 2018 menjadi sebesar 86,5 juta KL dibandingkan pada 2017 yang sebesar 82,76 juta KL.
Selanjutnya, terkait dengan penjualan dan transportasi gas juga mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2018, penjualan gas mencapai 1.122,62 ribu BBTU sedangkan transportasi gas mencapai 777,01 BSCF. Keduanya mengalami peningkatan sekitar 2% dibandingkan realisasi tahun 2017.
Pada tahun 2018, Pertamina telah berhasil menjalankan pembentukan holding migas sehingga bisnis migas Pertamina menjadi lebih kuat dan terintegrasi. Saat ini Pertamina sebagai satu-satunya pemilik pipa gas terpanjang di Asia Tenggara dengan panjang lebih dari 9.600 km. Pertumbuhan bisnis gas diprediksi naik 7 hingga 9% selama 5 tahun ke depan. Volume transmisi gabungan sebesar 2.627 Juta kaki kubik standar per hari (MMSCFD) di seluruh jaringan PGN dan Pertagas
Pertamina juga telah berhasil mendapatkan sejumlah capaian di bidang pengelolaan Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia diantaranya telah menyelesaikan tahap awal RDMP dan GRR. Sebagai contoh proyek RDMP Balikpapan telah melaksanakan beberapa milestone penting diantaranya EPC Contract award, Pekerjaan Early Work Tahap 1, Preliminary market survey Partner Selection, dan Roadshow ECA. Selanjutnya untuk pelaksanaan tahap awal proyek RDMP dan GRR di Cilacap, Tuban, Balongan, dan Bontang juga terus menunjukkan perkembangan positif.
Sedangkan untuk bidang Health Safety Security Environment (HSSE) pada 2018, Pertamina meraih 83 PROPER yang terdiri dari 14 PROPER Emas dan 69 PROPER Hijau dari wilayah operasi Pertamina Group. “Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan semua stakeholder sehingga Pertamina mampu mencatatkan kinerja positif pada 2018. Semoga hasil yang telah dicapai ini dapat memberikan kontribusi yang optimal pada negara dan masyarakat,” ujar Pahala di Jakarta, Jumat (31/5/2019).
Selanjutnya, RUPS memutuskan bahwa setoran dividen tunai Pertamina sebesar Rp.7,95 Triliun. Hal tersebut merupakan bagian dari hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Pertamina yang dilaksanakan pada Jumat 31 Mei 2019 di Jakarta.
Ia menjelaskan, pada tahun 2018 memang terdapat sejumlah dinamika yang mempengaruhi kinerja sektor migas seperti nilai ICP yang berada di level USD67,47 per barel dan kurs yang berada di kisaran Rp14.246 per USD. Selain itu Pertamina juga telah berupaya maksimal menjalankan penugasan dari pemerintah dengan menyediakan BBM solar, minyak tanah dan premium serta LPG tabung 3 kg bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan harga sesuai yang ditetapkan pemerintah.
Sampai dengan 31 Desember 2018 Pertamina berhasil melaksanakan penyaluran BBM satu harga sebanyak 123 titik di daerah 3T Indonesia. “Berdasarkan kondisi tersebut, perusahaan tetap mampu mencetak kinerja positif dengan pendapatan perusahaan yang sebesar USD57,93 miliar pada 2018 atau naik dari pendapatan pada 2017 yang sebesar USD46 miliar,” ujarnya.
Realisasi EBITDA sebesar USD 9,20 miliar naik 27% dibandingkan tahun lalu senilai USD 7,26 miliar. Lebih lanjut, pada tahun 2018 Pertamina memberikan kontribusi pajak kepada negara sebesar Rp112,6 Triliun dan kontribusi Pertamina dari sektor hulu melalui government entitlement atas crude dan gas bagian negara serta signature bonus dari komitmen pengelolaan WK terminasi sebesar USD 11,2 miliar.
Lebih lanjut Pahala mengungkapkan, bahwa beberapa hal penting yang memberikan dampak positif terhadap peningkatan perolehan laba Pertamina di tahun 2018 antara lain peningkatan kinerja operasional, termasuk penjualan dalam negeri atas minyak mentah, gas, energi panas bumi, dan hasil minyak. Selain itu, Pertamina juga mendapatkan dukungan Pemerintah dalam hal subsidi solar dan penggantian selisih harga fomula dengan harga jual eceran untuk Jenis BBM Tertentu dan Jenis BBM Khusus Penugasan.
Kinerja positif ini juga ditandai di bidang operasional dimana telah terjadi kenaikan produksi minyak dan gas sebesar 921,36 MBOEPD atau naik 33% dibandingkan tahun 2017 yang sebesar 693 MBOEPD. Demikian juga dengan lifting minyak mentah dan gas yang tercatat sebesar 757,26 MBOEPD atau naik 36% dari tahun sebelumnya yang sebesar 556,33 MBOEPD.
Guna menjaga keberlanjutan produksi migas Indonesia, Pertamina juga telah berhasil meningkatkan tambahan cadangan migas pada tahun 2018 mencapai 426,25 MMBOE atau 36% lebih tinggi dibandingkan realisasi di tahun sebelumnya. Di sektor pengolahan minyak, kemampuan kilang Pertamina untuk menghasilkan produk yang bernilai (yield valuable product) tercatat naik menjadi 79,57% dari tahun sebelumnya yang sebesar 78,13%.
Realisasi pengolahan minyak mentah pada tahun 2018 juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2018 tercatat pengolahan minyak mentah mencapai 333,28 juta barel atau naik 4% dibandingkan tahun 2017 yang mencapai sebesar 320,50 juta barel. Di bidang pemasaran, volume penjualan mengalami kenaikan 4,5% pada 2018 menjadi sebesar 86,5 juta KL dibandingkan pada 2017 yang sebesar 82,76 juta KL.
Selanjutnya, terkait dengan penjualan dan transportasi gas juga mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2018, penjualan gas mencapai 1.122,62 ribu BBTU sedangkan transportasi gas mencapai 777,01 BSCF. Keduanya mengalami peningkatan sekitar 2% dibandingkan realisasi tahun 2017.
Pada tahun 2018, Pertamina telah berhasil menjalankan pembentukan holding migas sehingga bisnis migas Pertamina menjadi lebih kuat dan terintegrasi. Saat ini Pertamina sebagai satu-satunya pemilik pipa gas terpanjang di Asia Tenggara dengan panjang lebih dari 9.600 km. Pertumbuhan bisnis gas diprediksi naik 7 hingga 9% selama 5 tahun ke depan. Volume transmisi gabungan sebesar 2.627 Juta kaki kubik standar per hari (MMSCFD) di seluruh jaringan PGN dan Pertagas
Pertamina juga telah berhasil mendapatkan sejumlah capaian di bidang pengelolaan Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia diantaranya telah menyelesaikan tahap awal RDMP dan GRR. Sebagai contoh proyek RDMP Balikpapan telah melaksanakan beberapa milestone penting diantaranya EPC Contract award, Pekerjaan Early Work Tahap 1, Preliminary market survey Partner Selection, dan Roadshow ECA. Selanjutnya untuk pelaksanaan tahap awal proyek RDMP dan GRR di Cilacap, Tuban, Balongan, dan Bontang juga terus menunjukkan perkembangan positif.
(akr)