Yen Jepang Melonjak Setelah Trump Mengancam Tarif Baru ke Meksiko
A
A
A
NEW YORK - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, membuka front baru perang dagang, dengan mengancam akan mengenakan tarif 5% bagi semua impor produk Meksiko mulai 10 Juni mendatang. Ancaman ini datang, karena Trump, menuding negara tetangganya di selatan tidak serius dalam menghentikan laju imigran ilegal yang masuk ke AS.
Ancaman ini membuat investor khawatir perang tarif dengan Meksiko, semakin menambah ketidakpastian ekonomi global, dimana sebelum ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing masih berlangsung, dan menimbulkan perlambatan ekonomi China yang berdampak ke negara-negara berkembang.
Melansir dari Reuters, Sabtu (1/6/2019), ancaman baru Trump memicu investor memburu aset safe haven seperti obligasi pemerintah dan yen Jepang. Hasil ini membuat yen menguat 0,8% terhadap dolar Amerika Serikat menjadi 108,78, level tertinggi sejak Februari.
Yen Jepang juga menguat tajam 0,7% terhadap euro menjadi 121,165, level tertinggi sejak 3 Januari.
Ahli strategi valuta asing di Commerzbank, Ulrich Leuchtmann, mengatakan potensi tarif baru buat Meksiko menambah kekhawatiran perang dagang karena bisa memicu ketidakseimbangan perdagangan.
"Kebijakan perdagangan AS telah berubah saat ini. Menggunakan ancaman tarif sebagai alat untuk tujuan politik. Ini membuat pemerintah AS bukan mitra yang bisa diandalkan dalam perjanjian perdagangan," kata Leuchtmann.
Kerugian dolar AS diperparah oleh pernyatan Wakil Ketua Federal Reserve, Richard Clarida. Ia membahas kemungkinan penurunan suku bunga jika ekonomi AS memburuk. Namun, Clarida menegaskan bahwa ekonomi AS saat ini sangat bagus.
Pernyataan Clarida soal terbukanya penurunan suku bunga jika ekonomi AS meredup di saat ada ancaman tarif, mendorong imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun yang turun ke posisi 2,13%, terendah sejak September 2017. Sehingga semakin mengikis keunggulan suku bunga antara imbal hasil dan utang pemerintah.
Ancaman ini membuat investor khawatir perang tarif dengan Meksiko, semakin menambah ketidakpastian ekonomi global, dimana sebelum ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing masih berlangsung, dan menimbulkan perlambatan ekonomi China yang berdampak ke negara-negara berkembang.
Melansir dari Reuters, Sabtu (1/6/2019), ancaman baru Trump memicu investor memburu aset safe haven seperti obligasi pemerintah dan yen Jepang. Hasil ini membuat yen menguat 0,8% terhadap dolar Amerika Serikat menjadi 108,78, level tertinggi sejak Februari.
Yen Jepang juga menguat tajam 0,7% terhadap euro menjadi 121,165, level tertinggi sejak 3 Januari.
Ahli strategi valuta asing di Commerzbank, Ulrich Leuchtmann, mengatakan potensi tarif baru buat Meksiko menambah kekhawatiran perang dagang karena bisa memicu ketidakseimbangan perdagangan.
"Kebijakan perdagangan AS telah berubah saat ini. Menggunakan ancaman tarif sebagai alat untuk tujuan politik. Ini membuat pemerintah AS bukan mitra yang bisa diandalkan dalam perjanjian perdagangan," kata Leuchtmann.
Kerugian dolar AS diperparah oleh pernyatan Wakil Ketua Federal Reserve, Richard Clarida. Ia membahas kemungkinan penurunan suku bunga jika ekonomi AS memburuk. Namun, Clarida menegaskan bahwa ekonomi AS saat ini sangat bagus.
Pernyataan Clarida soal terbukanya penurunan suku bunga jika ekonomi AS meredup di saat ada ancaman tarif, mendorong imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun yang turun ke posisi 2,13%, terendah sejak September 2017. Sehingga semakin mengikis keunggulan suku bunga antara imbal hasil dan utang pemerintah.
(ven)