Rp9,7 Triliun Uang Mengalir ke Daerah Mudik Dapat Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi
A
A
A
JAKARTA - Puncak perputaran uang paling besar di Indonesia terjadi saat perayaan Idul Fitri. Seperti tahun-tahun sebelumnya, momentum Idul Fitri 1440 tahun ini menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat di daerah tujuan mudik.
Data Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta. Khusus dari DKI Jakarta jumlah pemudik diperkirakan mencapai 7.346.430 jiwa, atau naik 4 % dari jumlah pemudik tahun 2018 sebesar 7.063.875 jiwa atau setara dengan 2.448.810 keluarga.
"Jika setiap rumah tangga kita rata-ratakan membawa uang paling minim Rp4 juta maka uang yang mengalir ke daerah di Lebaran tahun ini diperkirakan mencapai Rp9,7 triliun," ujar Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta, Sarman Simanjorang, Sabtu (8/6/2019).
Uang tersebut mayoritas akan beredar di Jawa Tengah, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur dan sebagian di Sumatra (Lampung, Sumatra Barat, Sumatra Selatan) dan sisanya daerah Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Dana tersebut diatas belum termasuk remintasi dari TKI Indonesia yang bekerja di luar negeri yang berjumlah hampir 9 juta orang.
"Memang kita agak sulit membuat perhitungan gaji TKI kita di luar negeri karena masing-masing negara berbeda-beda. Akan tetapi kita jika kita membuat perhitungan yang sangat sederhana saja para TKI kita mengirimkan Rp1 juta per orang pada Idul Fitri tahun ini, maka daerah akan menerima perputaran tambahan Rp9 triliun, walaupun kecenderungannya dana tersebut tidak akan dibelanjakan semua".
Sarman pun mengacu dari data Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta, dimana uang warga Jakarta yang mengalir ke daerah mudik selama tiga tahun terakhir. Pada 2017, terdapat jumlah pemudik sebanyak 6.825.000 orang atau 2.275.000 Kepala Keluarga (KK), dengan asumsi rata-rata Rp3 juta. Sehingga jumlah uang mencapai Rp7 triliun.
Pada 2018 terdapat jumlah pemudik sebanyak 7.063.875 orang atau 2.354.625 KK, dengan asumsi rata-rata Rp3,5 juta. Sehingga jumlah totalnya Rp8,2 triliun. Dan pada 2019 ini, terdapat jumlah pemudik sebesar 7.346.430 orang atau 2.448.810 KK, dengan asumsi rata-rata Rp4 juta. Sehingga jumlah totalnya Rp9,7 triliun.
Ekonomi daerah akan bergerak dan bergairah dengan jumlah transaksi yang sangat signifikan karena perputaran uang yang sangat tinggi sebagai dampak dari uang yang mengalir dari kota Jakarta ke daerah tujuan mudik.
Belanja konsumsi masyarakat ini akan mampu memberikan kontribusi dalam mengdongkrak pertumbuhan ekonomi kuartal II 2019 yang diperkirakan mencapai 5,2%, naik dari pertumbuhan ekonomi kuartal I 2019 yang hanya mencapai 5,07%.
Momentum perayaan Idul Fitri tahun ini diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional kuartal II 2019 karena hampir 60% bersumber dari konsumsi masyarakat.
Konsumsi masyarakat di daerah akan banyak berputar di sektor pariwisata, oleh-oleh khas daerah, aneka produk UKM seperti kuliner dan kerajinan daerah, batik dan uang saku untuk keluarga yang ditinggalkan.
Masa liburan Idul Fitri tahun ini yang mencapai 11 hari sangat mendukung perputaran uang di daerah karena para pemudik lebih leluasa untuk mengatur jadwal wisata di daerah masing masing dan membelanjakan uang yang dibawa yang bersumber dari gaji, THR, bonus dan tabungan selama setahun.
"Namun karena habis Idul Fitri langsung memasuki tahun ajaran baru yang memerlukan biaya masuk sekolah maka terbuka kemungkinan para pemudik agak sedikit ngerem dan selektif dalam membelanjakan uangnya," ujar Sarman yang juga Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Jakarta.
Sarman melansir data dari Bank Indonesia yang menyebutkan untuk memenuhi perputaran uang selama Idul Fitri tahun ini, menyediakan dana tunai Rp217,1 triliun, atau naik 13,5% dari tahun 2018 sebesar Rp191,2 triliun, dimana perputaran uang tunai tersebut dominan terpusat di Pulau Jawa.
Namun, kata Sarman, yang menjadi evaluasi pemerintah dalam musim mudik tahun ini adalah harga tiket pesawat udara yang jauh dari daya beli masyarakat. Kekecewaan masyarakat akan tingginya tarif tiket penerbangan membuat sektor transportas udara turun drastis mencapai 30% dan beralih ke sektor laut dan darat.
Disisi lain kenyamanan pemudik tahun ini perlu kita diapresiasi dimana Kemenhub dan Dirlantas Polri mampu melakukan rekayasa lalu lintas yang sangat baik. Sehingga kelancaran pemudik selama perjalanan sangat terjamin tiba sesuai yang diprediksi dan angka kecelakaan turun sangat drastis.
Data Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta. Khusus dari DKI Jakarta jumlah pemudik diperkirakan mencapai 7.346.430 jiwa, atau naik 4 % dari jumlah pemudik tahun 2018 sebesar 7.063.875 jiwa atau setara dengan 2.448.810 keluarga.
"Jika setiap rumah tangga kita rata-ratakan membawa uang paling minim Rp4 juta maka uang yang mengalir ke daerah di Lebaran tahun ini diperkirakan mencapai Rp9,7 triliun," ujar Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta, Sarman Simanjorang, Sabtu (8/6/2019).
Uang tersebut mayoritas akan beredar di Jawa Tengah, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur dan sebagian di Sumatra (Lampung, Sumatra Barat, Sumatra Selatan) dan sisanya daerah Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Dana tersebut diatas belum termasuk remintasi dari TKI Indonesia yang bekerja di luar negeri yang berjumlah hampir 9 juta orang.
"Memang kita agak sulit membuat perhitungan gaji TKI kita di luar negeri karena masing-masing negara berbeda-beda. Akan tetapi kita jika kita membuat perhitungan yang sangat sederhana saja para TKI kita mengirimkan Rp1 juta per orang pada Idul Fitri tahun ini, maka daerah akan menerima perputaran tambahan Rp9 triliun, walaupun kecenderungannya dana tersebut tidak akan dibelanjakan semua".
Sarman pun mengacu dari data Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta, dimana uang warga Jakarta yang mengalir ke daerah mudik selama tiga tahun terakhir. Pada 2017, terdapat jumlah pemudik sebanyak 6.825.000 orang atau 2.275.000 Kepala Keluarga (KK), dengan asumsi rata-rata Rp3 juta. Sehingga jumlah uang mencapai Rp7 triliun.
Pada 2018 terdapat jumlah pemudik sebanyak 7.063.875 orang atau 2.354.625 KK, dengan asumsi rata-rata Rp3,5 juta. Sehingga jumlah totalnya Rp8,2 triliun. Dan pada 2019 ini, terdapat jumlah pemudik sebesar 7.346.430 orang atau 2.448.810 KK, dengan asumsi rata-rata Rp4 juta. Sehingga jumlah totalnya Rp9,7 triliun.
Ekonomi daerah akan bergerak dan bergairah dengan jumlah transaksi yang sangat signifikan karena perputaran uang yang sangat tinggi sebagai dampak dari uang yang mengalir dari kota Jakarta ke daerah tujuan mudik.
Belanja konsumsi masyarakat ini akan mampu memberikan kontribusi dalam mengdongkrak pertumbuhan ekonomi kuartal II 2019 yang diperkirakan mencapai 5,2%, naik dari pertumbuhan ekonomi kuartal I 2019 yang hanya mencapai 5,07%.
Momentum perayaan Idul Fitri tahun ini diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional kuartal II 2019 karena hampir 60% bersumber dari konsumsi masyarakat.
Konsumsi masyarakat di daerah akan banyak berputar di sektor pariwisata, oleh-oleh khas daerah, aneka produk UKM seperti kuliner dan kerajinan daerah, batik dan uang saku untuk keluarga yang ditinggalkan.
Masa liburan Idul Fitri tahun ini yang mencapai 11 hari sangat mendukung perputaran uang di daerah karena para pemudik lebih leluasa untuk mengatur jadwal wisata di daerah masing masing dan membelanjakan uang yang dibawa yang bersumber dari gaji, THR, bonus dan tabungan selama setahun.
"Namun karena habis Idul Fitri langsung memasuki tahun ajaran baru yang memerlukan biaya masuk sekolah maka terbuka kemungkinan para pemudik agak sedikit ngerem dan selektif dalam membelanjakan uangnya," ujar Sarman yang juga Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Jakarta.
Sarman melansir data dari Bank Indonesia yang menyebutkan untuk memenuhi perputaran uang selama Idul Fitri tahun ini, menyediakan dana tunai Rp217,1 triliun, atau naik 13,5% dari tahun 2018 sebesar Rp191,2 triliun, dimana perputaran uang tunai tersebut dominan terpusat di Pulau Jawa.
Namun, kata Sarman, yang menjadi evaluasi pemerintah dalam musim mudik tahun ini adalah harga tiket pesawat udara yang jauh dari daya beli masyarakat. Kekecewaan masyarakat akan tingginya tarif tiket penerbangan membuat sektor transportas udara turun drastis mencapai 30% dan beralih ke sektor laut dan darat.
Disisi lain kenyamanan pemudik tahun ini perlu kita diapresiasi dimana Kemenhub dan Dirlantas Polri mampu melakukan rekayasa lalu lintas yang sangat baik. Sehingga kelancaran pemudik selama perjalanan sangat terjamin tiba sesuai yang diprediksi dan angka kecelakaan turun sangat drastis.
(ven)