Cegah Penebangan Hutan, Fortress Gelar Edukasi Lingkungan Hidup
A
A
A
JAKARTA - Kayu adalah komoditas ekspor terbesar kedua di Indonesia setelah sektor migas. Mulai dari Jepang, Amerika Serikat hingga negara-negara di Eropa menjadi negara favorit tujuan ekspor kayu Tanah Air, baik dalam bentuk gelondongan maupun olahan kayu potongan dan berlapis.
Terlepas dari prestasi ekspor material kayu yang diperhitungkan dunia tersebut, tentu penebangan hutan secara masif tanpa penanaman pohon kembali akan berdampak pada ekosistem hutan di Indonesia. Dana Lingkungan Hidup, World Wildlife Fund, memprediksi Pulau Kalimantan akan kehilangan 75% luas wilayah hutannya pada 2020 menyusul tingginya laju deforestasi.
Dari sekitar 74 juta hektare hutan yang dimiliki Kalimantan, hanya 71% yang tersisa pada 2005. Sementara jumlahnya pada 2015 menyusut menjadi 55%. Jika laju penebangan hutan tidak berubah, Kalimantan diyakini akan kehilangan 6 juta hektare hutan hingga 2020. Artinya hanya kurang dari sepertiga luas hutan yang tersisa.
Berangkat dari keprihatinan itu, PT Jaya Bersama Saputra Perkasa (JBSP), produsen pintu rumah plat baja Fortress, melalui program corporate social responsibility (CSR) membagikan 1.000 bibit pohon kepada pengunjung kawasan wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.
"Harapan kami melalui kampanye ini masyarakat bisa mendapatkan edukasi dan mengambil peran untuk memelihara hutan Indonesia dengan menanam pohon di rumahnya masing-masing. Ini langkah kecil tapi akan berdampak besar pada kehidupan anak cucu kita nanti," kata Joni Effendi, Direktur Utama JBSP, dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (13/6/2019).
Program ini merupakan wujud dari komitmen JBSP terhadap masa depan berkelanjutan. Hadir sejak 2003, perusahaan merintis bisnis pintu rumah berbahan baja untuk melindungi bangunan dari keamanan dan risiko kebakaran.
Uniknya, corak pintu yang digunakan menyerupai urat kayu sehingga tampak depan seperti pintu kayu konvensional. "Tentu pintu dari plat baja lebih kuat dan tahan lama karena tidak terpengaruh kelembaban dan serangan rayap. Kehadiran pintu baja Fortress juga sejalan dengan komitmen perusahaan untuk terus menjaga kelestarian lingkungan karena tidak menggunakan material kayu. Jika satu rumah ada tiga pintu dari bahan kayu, butuh berapa banyak pohon yang harus ditebang untuk jutaan unit rumah?” tuturnya.
Program berbagi 1.000 bibit pohon dan mengurangi penggunaan kayu dalam pemilihan perabot rumah tangga tentu berdampak positif bagi lingkungan alam di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada 2017 luas hutan di Indonesia seluas 133.300.543 hektare.
Luas hutan di Indonesia pada 2045 bisa bertambah sebanyak 16.148.000 hektare apabila penebangan batang pohon ditekan per tahunnya. Efeknya, julukan Indonesia sebagai paru-paru dunia akan melekat abadi dengan total luas hutan sebesar 149.484.543 hektar pada 2045.
Terlepas dari prestasi ekspor material kayu yang diperhitungkan dunia tersebut, tentu penebangan hutan secara masif tanpa penanaman pohon kembali akan berdampak pada ekosistem hutan di Indonesia. Dana Lingkungan Hidup, World Wildlife Fund, memprediksi Pulau Kalimantan akan kehilangan 75% luas wilayah hutannya pada 2020 menyusul tingginya laju deforestasi.
Dari sekitar 74 juta hektare hutan yang dimiliki Kalimantan, hanya 71% yang tersisa pada 2005. Sementara jumlahnya pada 2015 menyusut menjadi 55%. Jika laju penebangan hutan tidak berubah, Kalimantan diyakini akan kehilangan 6 juta hektare hutan hingga 2020. Artinya hanya kurang dari sepertiga luas hutan yang tersisa.
Berangkat dari keprihatinan itu, PT Jaya Bersama Saputra Perkasa (JBSP), produsen pintu rumah plat baja Fortress, melalui program corporate social responsibility (CSR) membagikan 1.000 bibit pohon kepada pengunjung kawasan wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.
"Harapan kami melalui kampanye ini masyarakat bisa mendapatkan edukasi dan mengambil peran untuk memelihara hutan Indonesia dengan menanam pohon di rumahnya masing-masing. Ini langkah kecil tapi akan berdampak besar pada kehidupan anak cucu kita nanti," kata Joni Effendi, Direktur Utama JBSP, dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (13/6/2019).
Program ini merupakan wujud dari komitmen JBSP terhadap masa depan berkelanjutan. Hadir sejak 2003, perusahaan merintis bisnis pintu rumah berbahan baja untuk melindungi bangunan dari keamanan dan risiko kebakaran.
Uniknya, corak pintu yang digunakan menyerupai urat kayu sehingga tampak depan seperti pintu kayu konvensional. "Tentu pintu dari plat baja lebih kuat dan tahan lama karena tidak terpengaruh kelembaban dan serangan rayap. Kehadiran pintu baja Fortress juga sejalan dengan komitmen perusahaan untuk terus menjaga kelestarian lingkungan karena tidak menggunakan material kayu. Jika satu rumah ada tiga pintu dari bahan kayu, butuh berapa banyak pohon yang harus ditebang untuk jutaan unit rumah?” tuturnya.
Program berbagi 1.000 bibit pohon dan mengurangi penggunaan kayu dalam pemilihan perabot rumah tangga tentu berdampak positif bagi lingkungan alam di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada 2017 luas hutan di Indonesia seluas 133.300.543 hektare.
Luas hutan di Indonesia pada 2045 bisa bertambah sebanyak 16.148.000 hektare apabila penebangan batang pohon ditekan per tahunnya. Efeknya, julukan Indonesia sebagai paru-paru dunia akan melekat abadi dengan total luas hutan sebesar 149.484.543 hektar pada 2045.
(akr)